Satu obsesi yang ingin saya capai di Ramadhan kali ini adalah bagaimana bisa membuat Masjid di lingkungan tempat saya tinggal menjadi ramai di bulan Ramadhan ini. Bukan hanya ramai dalam artian banyak jamaah tetapi juga dengan kegiatannya yakni menjadikan Masjid sebagai pusat kegiatan spiritual jamaah selama Ramadhan.
Sebenarnya ini bukanlah target yang bisa dipenuhi oleh seseorang (saya) tetapi ini tentu harus menjadi target atau tujuan bersama dari pengurus Masjid dan jamaahnya. Nah lantas kenapa kok ini menjadi target dan obsesi saya di bulan Ramadhan kali ini?
Kebetulan ini adalah Ramadhan pertama sejak saya diamanahkan oleh rapat keputusan jamaah sebagai ketua pengurus Masjid di kompleks pemukiman saya. Fenomena yang selalu membuat penasaran dan sekaligus gregetan adalah kenapa di setiap Ramadhan ramainya Masjid itu hanya di awal hingga pertengahan Ramadhan saja setelah itu semakin menurun seiring dengan semakin dekatnya lebaran.
Hal ini terjadi hampir di setiap Ramadhan dan sepertinya tidak hanya di Masjid kompleks saya saja, tetapi juga terjadi di banyak Masjid lainnya. Hari pertama hingga 10 Ramadhan jamaah tarawih di Masjid hampir terisi penuh seperti saat Shalat Jumat. Selepas itu pelan-pelan mulai berkurang hingga tersisa kira-kira dua shaf yang longgar, dari sebelumnya yang mencapai 9-10 shaf.
Bulan Oktober saya mulai diamanahkan sebagai ketua pengurus Masjid. Menjadi pengurus Masjid apalagi sebagai ketua sesungguhnya bukanlah amanah yang mudah, pengurus Masjid bukanlah organisasi yang terbentuk oleh orang-orang dengan visi dan misi yang sama.
Kebetulan Masjid di kompleks saya ini sudah cukup lama keberadaannya, sudah berdiri lebih dari 50 tahun, tidak terlalu besar tetapi juga bukan Masjid yang kecil. Saya sudah terlibat dalam kepengurusannya juga sudah cukup lama sejak dari remaja Masjid, jadi setidaknya saya sudah hapal apa dan bagaimana sih keadaan Masjid di bulan-bulan Ramadhan.
Masalah meramaikan Masjid di bulan Ramadhan tentu merupakan tuntutan ibadah, sungguh berapa meruginya seseorang yang menyia-nyiakan obral pahala di bulan Ramadhan demi urusan dunia yang remeh temeh. Tetapi begitulah kondisi yang bisa kita lihat di waktu-waktu mendekati akhir Ramadhan, Masjid semakin lowong mall-mall semakin padat.
Nah, perkaranya disini untuk meramaikan Masjid itu berarti mengajak banyak orang yang bukan hanya punya banyak kepentingan, tetapi juga punya perbedaan pandangan, perbedaan keinginan hingga perbedaan mazhab.
Persoalan berikutnya dari meramaikan Masjid ini adalah biaya operasional, sebagaimana kita tahu mengelola Masjid agar nyaman dan representative sebagai sarana ibadah jamaah tentu butuh biaya, dan biaya itu sudah pasti datangnya dari jamaah. Nah, jika jamaah kurang, berarti kurang pula pemasukan.
Terkait "biaya" dalam tanda kutip ini bukanlah masalah sepele, kenapa? Karena ini bisa menjadi persoalan di kalangan jamaah tentang apa dan bagaimana pengelolaannya. Hal ini yang membuat saya sebenarnya berat menerima amanah sebagai ketua pengurus.
Gonjang-ganjing seputar pengelolaan keuangan sudah menjadi cerita bersambung yang tak pernah sepi dan bahkan menjadi sumber perselisihan. Dan sayalah yang ketiban beban untuk mengurusnya.
Dan untuk menjernihkan kekeruhan yang terjadi diantara pengurus sebelumnya, maka saya punya obsesi untuk memulainya dari meramaikan Masjid di bulan Ramadhan. Upaya pertama tentu bagaimana menjadikan Masjid itu nyaman, baik itu secara fisik (indah, bersih, dan sejuk) maupun secara agama (jalinan ukhwah, pelaksanaan ibadah dll).
Terlepas dari kebiasaan masyarakat yang lebih menjadikan mall dan pusat perbelanjaan lainnya untuk diramaikan ketimbang ke Masjid di akhir-akhir Ramadhan. Kami pengurus tentu harus berupaya bagaimana bisa mengajak jamaah agar mau menjadikan Masjid sebagai pusat kegiatan spiritual mereka selama Ramadhan.
Hal yang pertama tentu menjadikan Masjid senyaman mungkin bagi jamaah secara fisik. Pertama menerima mandat sebagai ketua pengurus kami diwariskan dana kas sebesar Rp. 153.800 dan dana di rekening Rp. 0, Alhamdulillah dalam rangka menyambut Ramadhan kami telah memperbaiki AC sekitar 10 unit yang hampir sebagian besar tidak berfungsi maksimal, kemudian membuat kanopi untuk lahan parkir +/- 2x 75 m2.
Alhamdulillah, karena semua kegiatan kami laksanakan dengan perencanaan dan pelaksanaan yang setransparan mungkin dan setiap keputusan yang diambil harus melalui rapat pengurus, aliran dana infaq untuk pembangunan Masjid pun lancar.
Kesiapan secara fisik mungkin sudah tidak ada kendala bagi kami. Sekarang persoalannya bagaimana syiar Masjid sebagai pusat kegiatan dan rutinitas spiritual terkhusus di bulan Ramadhan ini dapat dilaksanakan dengan baik.
Yang pertama kami tempuh adalah mengajak jamaah untuk mengeratkan tali silaturahmi di Masjid dengan mengajak berbuka puasa bersama yang sajiannya dari warga dan untuk warga, mengajak tadarrusan, mengisi tarawih dengan ceramah yang dibawakan oleh dai yang pilihan, juga mengatur agar anak-anak tidak ribut mengganggu kekhusyu'an ibadah.
Alhamdulillah, sampai malam keempat Ramadhan jamaah tarawih dan Shalat subuh cukup banyak, kecuali pada malam pertama yang mungkin karena kelamaan menunggu pengumuman penetapan 1 Ramadhan dari Kementerian Agama, banyak jamaah yang keburu pulang.
Semoga apa yang menjadi obsesi saya secara pribadi dan juga pengurus dapat terwujud, kalau tidak bisa sampai selesai Ramadhan setidaknya dua atau tiga hari terakhir kembali lagi ramai. Dan jumlah jamaah di hari-hari terakhir setidaknya lima atau enam shaf itu sudah cukup bagus dan semoga di Ramadhan yang akan datang lebih meningkat lagi. Aamiin
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI