Mohon tunggu...
Victoria Wibowo
Victoria Wibowo Mohon Tunggu... Murid SCK

Phillippians 4:13"I can do all things through Christ who strengthens me"

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Eksperimen Sehari Tanpa Smartphone: Menyelami Dunia yang Lebih Lambat atau Lebih Hidup?

29 Agustus 2025   08:08 Diperbarui: 29 Agustus 2025   08:06 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Ponsel pintar telah menjadi bagian yang sangat penting dalam kehidupan modern sehingga berlatih hidup tanpanya setiap hari bahkan tidak bisa disebut sebagai ketiadaannya. Sebuah momen reflektif yang akan membuahkan hasil jika seseorang beristirahat sejenak dari ponsel pintar selama sehari untuk menyadari dampak keterikatan teknologinya terhadap kehidupan sehari-hari dan manajemen waktu. Sebagaimana diungkapkan oleh psikolog Safari (2024) , "Menurut Global Web Index, rata-rata orang Indonesia menggunakan internet selama tujuh jam; sehingga dapat menimbulkan dampak negatif bagi tubuh manusia." Tanpa penggunaan ponsel pintar, seseorang akan menyadari bagaimana distraksi informasi dan notifikasi yang berlebihan dapat menguras energi dan pikiran. Eksperimen ini akan menjadi kesempatan lain bagi kita untuk memikirkan kembali hubungan kita dengan dunia digital terkait kualitas hidupnya. Hal ini penting untuk memperoleh kesadaran agar penggunaan teknologi tidak mengganggu keseimbangan mental dan sosial.

Tanpa smartphone, gangguan dan kelebihan informasi yang biasanya kita hadapi bisa berkurang drastis, sehingga waktu terasa lebih lambat dan tenang. Dalam kondisi ini, pikiran kita menjadi lebih rileks dan fokus, yang sangat bermanfaat untuk kesehatan mental dan pengelolaan stres. Banyak penelitian menunjukkan bahwa membatasi penggunaan alat digital dapat membantu mengurangi kecemasan dan kelelahan mental. Ini memberi kita ruang untuk menikmati hidup yang lebih santai dan memungkinkan refleksi diri yang lebih mendalam. Sehari tanpa ponsel bisa menjadi pengalaman yang membuka mata tentang bagaimana perangkat teknologi seringkali mendorong kita untuk terus bergerak dan berpikir. Momen tenang ini juga dapat meningkatkan kualitas tidur dan menjaga keseimbangan emosi kita secara signifikan.

Ketiadaan smartphone juga memicu peningkatan interaksi sosial tatap muka dengan orang-orang di sekitar, yang selama ini sering terganggu oleh distraksi layar. Drago (2015) dalam artikel menyatakan bahwa, "Penggunaan berlebihan smartphone menurunkan keterampilan komunikasi tatap muka dan empati," sehingga menarik diri sejenak dari gadget bisa membuat hubungan sosial menjadi lebih dalam dan nyata". Dengan jaringan sosial yang lebih kuat, momen kebersamaan menjadi lebih tulus tanpa gangguan notifikasi. Kehilangan smartphone, dalam konteks ini, justru membuka pintu agar kehadiran kita di dunia nyata lebih terasa. Interaksi menjadi lebih fokus dan memberdayakan kualitas hubungan.

Meski begitu, eksperimen tanpa smartphone tak sepenuhnya mudah bagi kebanyakan orang karena sudah ketergantungan yang terbentuk kuat secara psikologis. Banyak dari orang yang ketergantungan merasakan kecemasan, kekosongan, dan kesulitan mengalihkan perhatian saat tidak tidak ada akses ke perangkat tersebut. Menandakan fenomena smartphone ini dikenal sebagai masalah kesehatan mental. Tapi juga menjadi peluang untuk mulai mengelola pemakaian smartphone dengan bijak sehingga membentuk penggunaan yang sehat dan seimbang. Detoks smartphone tentu saja akan dilakukan secara perlahan dan berproses. 

Kesimpulannya, menjalani sehari tanpa smartphone menghadirkan banyak sekali pengalaman unik yaitu manajemen waktu dan interaksi sosial. Namun, hal ini menjadi kesadaran bagi kita semua untuk mengelola dan memakai smartphone secara bijak dan teratur. Dengan pengelolaan yang tepat, teknologi bisa menjadi alat yang memperkaya kehidupan. Eksperimen ini bisa direkomendasikan untuk orang yang ingin memperbaiki kualitas hidupnya. Sehingga, keseimbangan antara dunia digital dan nyata bisa tercapai demi kesehatan mental dan kebahagiaan diri.

Daftar Pustaka :

Drago, E. (2015). The effect of technology on face-to-face communication. Elon Journal of Undergraduate Research in Communications, 6(1), 1--2. Diakses dari https://www.inquiriesjournal.com/articles/1137/the-effect-of-technology-on-face-to-face-communication

Safari, M. G. S. (2024, Juli 2). Dampak Penggunaan Ponsel Berlebih Terhadap Kondisi Mental. UNAIR News. Diakses 5 Agustus 2025 dari https://unair.ac.id/dampak-penggunaan-ponsel-berlebih-terhadap-kondisi-mental/ unair.ac.id

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun