Mohon tunggu...
Christopher Brandon Tjandra
Christopher Brandon Tjandra Mohon Tunggu... SMA Kolese Kanisius (Mahasiswa)

Mengamati, memproses, dan memahami.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Caranya Membangun Karakter dari Arena Cubing

4 Oktober 2025   23:14 Diperbarui: 5 Oktober 2025   11:44 532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
CC CUP XL | Sumber: Dokumentasi Penulis

Kasus keracunan program Makan Bergizi Gratis (MBG) dalam beberapa bulan terakhir menyoroti rapuhnya ketahanan generasi muda. Fenomena ini tidak hanya menyangkut persoalan pangan, tetapi juga karakter. Banyak anak muda yang tampak lengah, terbiasa dengan hal instan, dan rentan terhadap tekanan zaman.

Krisis yang Lebih Dalam dari Sekadar Pangan

Indonesia pada tahun 2024–2025 menghadapi rentetan kasus keracunan massal yang terjadi di sekolah-sekolah akibat program Makan Bergizi Gratis (MBG). Data Badan POM mencatat lebih dari 160 kasus keracunan massal sepanjang 2024, dengan lebih dari 12.000 korban yang sebagian besar merupakan pelajar. Sebagian besar kasus disebabkan oleh makanan yang tidak diolah dengan higienis, penyimpanan yang buruk, atau pengawasan distribusi yang lemah.

Kasus paling menghebohkan terjadi di sebuah sekolah dasar di Jawa Timur. Ratusan siswa harus mendapatkan perawatan medis setelah menyantap hidangan yang disediakan dalam program MBG. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan besar di masyarakat: bagaimana mungkin program yang bertujuan menyehatkan anak bangsa justru menimbulkan masalah baru?

Krisis pangan akibat MBG hanyalah permukaan dari persoalan yang lebih dalam, yakni krisis karakter. Kurangnya tanggung jawab, kebiasaan kerja yang tergesa-gesa, serta lemahnya kesadaran menjaga mutu mencerminkan pola pikir serba instan yang telah merasuki kehidupan generasi muda. Bila dalam urusan sederhana seperti makanan saja lalai, bagaimana mereka akan menghadapi persoalan hidup yang lebih kompleks? Pertanyaan ini menuntut refleksi dan jawaban nyata.

Arena Latihan Karakter

Dalam konteks tersebut, Canisius College Cup XL 2025 hadir sebagai ruang pendidikan karakter yang sesungguhnya. Dengan melibatkan lebih dari 200 sekolah dan 500 panitia, ajang ini bukan sekadar festival pertandingan, melainkan laboratorium pembentukan nilai hidup. Dari lapangan basket, panggung seni, hingga meja kecil cubing, para peserta diajak untuk berkompetisi secara sehat, menghadapi risiko, dan melatih daya tahan mental.

Sebagai panitia cabang cubing, pengalaman itu terasa nyata. Cubing mungkin terlihat sederhana, sekadar memutar kotak berwarna hingga setiap sisi seragam. Namun, di baliknya terdapat suasana penuh ketegangan. Peserta menunggu giliran dengan cemas, penonton menghitung detik dengan tegang, dan panitia harus sigap mencatat skor dengan akurat.

Dalam posisi panitia, setiap kesalahan kecil dapat memicu ketegangan. Ada peserta yang protes karena merasa timer rusak, ada yang menjatuhkan cube sebelum mulai, bahkan ada yang menangis karena gagal menyelesaikan. Semua situasi tersebut menuntut ketenangan, komunikasi yang baik, serta rasa adil. Cubing mengajarkan bahwa arena kecil dapat menumbuhkan nilai yang besar: kesabaran, sportivitas, dan tanggung jawab.

 Cubing bukan sekadar menghafal algoritma, tetapi latihan kesabaran, konsistensi, dan keberanian menghadapi tekanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun