"Makan," jawabnya.
"Lho, food court di sebelah kanan. Kenapa kita belok kiri?" Aku nggak paham dengan jalan pikiran Elang.
Bahu Elang naik dengan cepat dan turun dengan perlahan, mengulangi beberapa kali sebelum berkata, "Yang namanya time zone itu buat main. Masa kaya gitu ditanyain?"
"Bilang kek dari tadi kalau kita mau main." Mataku berbinar melihat berbagai permainan.
Aku memyambar kartu time zone yang dipegang Elang. Karena terlalu bersemangat sampai tidak menyadari kalau Elang menatap dengan senyum geli. "Sebaiknya kamu benar-benar menikmati permainan ini agar mukamu nggak kusut lagi."
"Masa iya mukaku kusut?" Aku memasang senyum ceria yang paling ceria. Masa iya Elang tahu kalau pikiranku baru ruwet.
"Kamu nggak pintar berbohong."
"Kamu udah kaya Rindu saja." Aku tertawa lepas.
Aku melirik Elang yang tampak bahagia. Dia juga bisa tertawa lepas. Aku rasa kami bersenang-senang hari ini.
"Lho, Mbak Elok dan Mas Elang nggak kuliah? Ta bilangin pakde lho."
"Eh, Winnie. Kuliahnya sudah selesai kok. Btw, helmmu kupinjam dulu ya." Aku tersenyum.