Ambarawa terkenal sebagai kota bersejarah karena adanya Museum Kereta Api Ambarawa yang menyimpan berbagai koleksi lokomotif tua peninggalan masa kolonial Belanda. Selain itu, Ambarawa juga memiliki peran penting dalam sejarah perjuangan Indonesia, khususnya dalam Pertempuran Ambarawa pada tahun 1945. Perpaduan antara nilai sejarah dan unsur keagamaan menjadikan Ambarawa memiliki daya tarik tersendiri sebagai destinasi wisata yang menggabungkan aspek budaya dan religi.
        Gua Maria Kerep Ambarawa (GMKA) merupakan destinasi wisata religi dengan ikon utama patung Bunda Maria dengan tinggi 42 meter yang populer di Jawa Tengah. Berlokasi di Ambarawa, Kabupaten Semarang, tempat ini menjadi tujuan utama bagi umat Katolik yang ingin berziarah dari berbagai daerah. Selain menawarkan suasana religius yang penuh ketenangan, GMKA juga menyuguhkan keindahan alam yang memanjakan mata serta menghadirkan kedamaian batin bagi para pengunjung. Kunjungan ke GMKA tidak hanya memberikan pengalaman spiritual yang berkesan, tetapi juga memperkenalkan kekayaan sejarah dan budaya khas kota Ambarawa.
        Perjalanan menuju Gua Maria kerep Ambarawa dimulai dari kota saya sendiri Yogyakarta, yang berjarak tempuh 78 km. Perjalanan ditempuh menggunakan sepeda motor berboncengan bersama kakak saya. Perjalanan kami tidak langsung menuju Gua Maria tersebut tetapi ke tempat saudara saya terlebih dahulu di daerah Karang Jati yang kebetulan tidak jauh dari lokasi GMKA. Kemudian kami bertiga bersama keponakan menuju ke GMKA menggunakan sepeda motor kira-kira perjalanan sekitar 30 menit.
        Setelah sampai di Ambarawa, perjalanan menuju GMKA tergolong mudah karena lokasinya yang strategis dan didukung dengan banyaknya papan penunjuk arah. Selama perjalanan, pengunjung akan dimanjakan dengan pemandangan alam berupa pegunungan dan hamparan sawah hijau yang memberikan rasa tenang sebelum tiba di lokasi ziarah. Pada saat sampai disana banyak yang berkesempatan untuk berfoto mengabadikan moment dengan ikon patung Bunda Maria dan taman. Saat memasuki kompleks GMKA, sensasi hawanya terasa sejuk karena banyak pepohonan taman, dan angin yang spoi-spoi ditambah suara burung-burung di udara membuat pengunjung yang hadir semakin nyaman dan betah. Pengunjung akan merasakan suasana yang tenang dan penuh kedamaian. Nuansa religius sudah terasa sejak melewati gerbang utama, di mana terdapat jalan salib yang menggambarkan kisah penderitaan Yesus Kristus. Biasanya, para peziarah akan berjalan mengikuti jalur jalan salib ini sebagai bagian dari doa dan perenungan spiritual.
        Dalam kunjungan ke Gua Maria Kerep, saya sempat berbincang dengan pengunjung dan pedagang di sekitar area tersebut. Seorang peziarah bernama Vera dari Semarang menyampaikan bahwa ia rutin berkunjung ke tempat ini setiap tahun. Menurutnya, suasana yang tenang dan keberadaan patung Maria yang besar membuatnya merasa lebih dekat dengan Tuhan dan memberikan ketenangan saat berdoa.
        Sementara itu, saat hendak membeli lilin saya sempat berbincang sejenak dengan, seorang penjual rosario di area GMKA. Ia menceritakan pengalamannya berdagang di tempat ini selama lebih dari 10 tahun. "Banyak peziarah yang datang untuk berdoa dan membeli rosario atau patung Maria sebagai kenang-kenangan. Saya bersyukur bisa mencari nafkah sekaligus melayani kebutuhan rohani pengunjung," katanya.
        Gua Maria Kerep Ambarawa dibangun pada tahun 1954 atas prakarsa umat Katolik setempat. Tempat ini didirikan sebagai bentuk penghormatan kepada Bunda Maria dan menjadi tempat ziarah bagi umat Katolik di Indonesia. Salah satu daya tarik utama GMKA adalah patung Maria setinggi 42 meter yang menjadi ikon tempat ini. Patung tersebut merupakan patung Maria tertinggi di Indonesia dan menjadi simbol kebesaran iman.
        Memasuki kawasan GMKA tidak dikenakan biaya atau gratis. Meski demikian, pengunjung dapat memberikan donasi secara sukarela untuk mendukung perawatan dan pengelolaan tempat ini. Di area tersebut juga tersedia fasilitas yang cukup lengkap, seperti area parkir yang luas, toilet, tempat makan, dan toko suvenir. Sebagai tempat ibadah, GMKA menetapkan beberapa aturan dan larangan yang perlu dipatuhi oleh para pengunjung. Pengunjung diimbau untuk mengenakan pakaian yang sopan dan menjaga ketenangan selama berada di area ziarah. Kegiatan seperti merokok, membuang sampah sembarangan, dan berbicara dengan suara keras tidak diperbolehkan di kawasan ini.
        Selain patung Maria berukuran besar, GMKA juga memiliki daya tarik lain berupa Taman Doa yang dihiasi dengan patung-patung kecil yang menggambarkan berbagai peristiwa dalam Kitab Suci. Terik matahari menembus kulit tidak menurunkan semangat untuk menikmati keindahan taman doa di sana. Jalan salib yang mengelilingi area gua memberikan pengalaman spiritual yang mendalam bagi para pengunjung. Keunikan lainnya adalah adanya kolam kecil di dekat gua yang dipercaya mengandung air suci. Banyak peziarah yang mengambil air dari kolam tersebut sebagai simbol keberkahan dan keselamatan.
        Saya merasa senang dengan perjalanan di GMKA karena ini merupakan pengalaman perdana saya. Disana banyak spot foto yang instagramable dan tempatnya menenangkan membuat saya menjadi betah. Sebelum saya beranjak pulang saya berekunjung pula di cafe yang terdapat di area GMKA sembari menikmati indahnya sunset. Disana membeli gorengan dan kopi, untuk mengganjal perut dan menambah mood. Setelah puas kami memutuskan untuk pulang di tempat saudara di daerah Karang Jati.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI