Salahkah bila suara gesekan daun dari masa lampau itu terdengar kembali? Suara yang mengiringi sebuah peristiwa yang pernah saya saksikan di masa kanak-kanak? Ah, benar-benar sangat merepotkan bila suara itu mengiang tidak pada waktu yang tepat.
Ya, suara gesekan daun itu memang pernah menjadi suara latar saat teman saya tercirit di sekolah. Ketika itu kami bukan lagi anak TK, tetapi sudah duduk di bangku kelas 2 SD.
Sebenarnya, saya tidak ingin berkomentar sama sekali menyaksikan peristiwa itu, apalagi menceritakannya kembali. Pada waktu itu, saya berusaha menjaga pikiran, hati, dan ucapan, seperti pesan Simbok.
"Janganlah menilai apalagi menertawakan suatu peristiwa, dan selalulah berhati-hati dalam menggunakan lisan ya, Nduk. Karena apa yang kamu ucapkan dapat berpulang kepadamu, dan kamu belum tentu siap menghadapinya," begitu yang sering dikatakan Simbok kepada saya.
Tetapi, hari itu saya tidaklah diam seribu bahasa. Meskipun tidak berkata-kata, sejatinya saya telah merekam seluruh peristiwa itu ke dalam ingatan saya, disertai banyak pertanyaan dalam hati.
Dengan dipayungi daun-daun dari pohon besar di pekarangan belakang sekolah, saya pun menyaksikan peristiwa itu.Â
Memperhatikan dengan saksama ketika Ibu Guru begitu telaten membersihkan cirit teman saya di pinggir sumur, dibantu Pak Wadri tukang kebun sekolah yang bertugas untuk menimba air.
Dan di situlah saya pertama kali mendengar suara gesekan daun yang begitu harmoni saat mengiringi sebuah peristiwa.
 *****
Catatan waktu pada lembaran ingatan saya saat itu menunjukkan angka tahun 1980-an. Tahun-tahun di mana saya begitu malas bangun pagi untuk pergi ke sekolah.