Mohon tunggu...
Christina Budi Probowati
Christina Budi Probowati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang ibu rumah tangga yang memiliki hobi menulis di waktu senggang.

Hidup adalah kesempurnaan rasa syukur pada hari ini, karena esok akan menjadi hari ini....

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Sensasi Nikmatnya Menyantap Mi Instan

30 Maret 2021   12:00 Diperbarui: 5 April 2021   10:52 674
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Meskipun hanya mi instan, ternyata cara memasak yang berbeda dapat menghasilkan rasa yang berbeda, dan proses menyajikannya pun meski untuk diri sendiri  apakah sepenuh hati atau tidak, itu juga menentukan kenikmatan rasa yang timbul. Belum lagi minuman pendampingnya, apakah itu air putih saja atau es jeruk, itu pun juga membantu menciptakan kesempurnaan cita rasa di dalam menikmati sajian mi instan yang menggiurkan itu.

Suasana secara keseluruhan juga berperan penting dalam menikmati makanan. Yang saya maksud di sini adalah tempat di mana kita menyantapnya dan bagaimana suasananya ternyata juga memengaruhi kenikmatannya, apakah ramai atau sepi, romantis atau santai, apakah di rumah, di warung atau di kafe, kemudian dengan siapa kita menikmatinya, apakah dengan seseorang, beramai-ramai atau sendirian.

Karena kenikmatan semua makanan adalah masalah selera dan bagaimana seni menikmatinya, bagi saya "Mi Enak" itu kalau ada tambahan sayurannya. Apakah itu mi instan atau mi jenis lain, yang penting ada sayurannya, apa pun sayurannya, apakah itu sayuran lalapan mentah seperti selada atau daun pepaya jepang yang telah direbus selama 15-20 menit untuk menghilangkan kandungan racun  HCN (Hydrogen cyanide)nya.

Foto: Dok. Pribadi
Foto: Dok. Pribadi

Bayam yang direbus singkat, selada air dan sawi hijau juga tak kalah nikmat menjadi sayuran pendamping mi instan. Apabila ada, penambahan perasan air jeruk nipis juga dapat menambahkan sensasi rasa yang luar biasa, selain menyehatkan. Bagi lidah saya, penambahan sayuran hukumnya memang wajib untuk menikmati mi dengan sempurna.

Namun, terkadang itu juga tidak berlaku ketika saya berada di tempat tertentu. Karena untuk bertahan hidup, tanpa sayuran pun mi instan itu rasanya begitu nikmat luar biasa. Ternyata proses memasak dan suasana yang mendukung juga menentukan, ketika komponen lain tidak terpenuhi.

Saya masih ingat waktu saya harus menggali tanah untuk menempatkan parafin (bahan bakar padat) dan membakarnya sebagai tungku api untuk memasak karena tidak ada kompor. Dan mi instan tanpa sayuran itu pun ternyata memberikan kenikmatan cita rasa yang tak tertandingi. Dinginnya udara pegunungan memang benar-benar telah menyempurnakannya.

Minumannya waktu itu pun adalah air putih yang telah membebani pundak saya selama semalaman saat saya berjalan kaki naik ke puncak gunung. Sungguh pasangan yang sempurna bagi "mi enak" saya saat itu. Dan dari pengalaman tersebut, membuat saya menyimpulkan bahwa rasa syukur ternyata menjadi elemen yang paling mendasar untuk dapat menimbulkan letupan-letupan cita rasa yang hakiki di dalam menikmati makanan, yang tentunya dapat kita jadikan bagian dari aktivitas spiritual kita. Apa pun makanannya itu. Termasuk makanan yang disebut mi.

 

"Mi Enak"  itu pernah ada di sudut kota Pahlawan

Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk membangkitkan imajinasi saya ketika berbicara tentang "mi enak". Ingatan saya langsung tertuju pada sebuah kafe di sudut kota Pahlawan yang memancarkan atmosfer menenangkan dan menyejukkan di antara hiruk-pikuk irama hidup masyarakat perkotaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun