Terakhir, kegiatan positif yang melibatkan komunitas pemuda, seperti program pelatihan keterampilan, seni, olahraga, atau pengabdian masyarakat, dapat memberikan kesempatan bagi remaja untuk mengeksplorasi potensi mereka yang lebih luas. Ini bisa menjadi bentuk pembinaan yang mengarah pada peningkatan keterampilan dan membentuk rasa tanggung jawab sosial yang lebih tinggi.
Kesimpulan
Dalam mengatasi perilaku negatif siswa, disiplin ala militer memang dapat memberikan efek jangka pendek berupa ketegasan, namun dalam jangka panjang, pendekatan ini hanya akan menghasilkan penurunan semangat dan kreativitas mereka. Siswa yang bermasalah membutuhkan lebih dari sekadar hukuman fisik atau disiplin ketat. Mereka perlu pemahaman, pendampingan, dan perhatian yang lebih mendalam dari berbagai pihak, baik itu orang tua, guru, maupun pemerintah.
Harapannya, kebijakan ini bisa menjadi refleksi bagi kita semua untuk mencari solusi yang lebih berbasis pada pendidikan karakter yang menyeluruh. Bukan hanya menargetkan perilaku buruk, tetapi juga memperbaiki akar permasalahan yang lebih kompleks, seperti peran keluarga dan lingkungan. Pemerintah, sekolah, dan orang tua harus bersinergi dalam menciptakan ruang yang aman bagi siswa untuk tumbuh dan berkembang, serta memberikan kesempatan bagi mereka untuk memperbaiki diri tanpa merasa terasingkan.
Pada akhirnya, remaja bukanlah sekadar generasi yang bermasalah dan perlu didisiplinkan, tetapi mereka adalah generasi penerus yang harus dipahami, didampingi, dan diberdayakan untuk menjadi individu yang lebih baik bagi masa depan bangsa.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI