Masalah kenakalan pelajar belakangan ini semakin memprihatinkan. Tawuran antar siswa yang kerap kali terjadi di sekolah, geng motor yang membuat resah masyarakat, serta maraknya pergaulan bebas yang tak jarang berujung pada tindakan kriminal, menjadi persoalan serius yang butuh perhatian segera. Di tengah kondisi ini, Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, mengusulkan solusi yang cukup kontroversial: mengirim siswa bermasalah ke barak militer untuk menjalani pendidikan karakter dan pembinaan perilaku. Program ini direncanakan untuk berlangsung selama enam bulan, dengan harapan dapat menumbuhkan kedisiplinan dan mengubah perilaku siswa yang terlibat dalam berbagai permasalahan sosial.
Namun, usulan ini menuai beragam reaksi dari masyarakat. Beberapa pihak mendukung, melihatnya sebagai pendekatan yang tegas dan langsung untuk menangani pelajar yang sulit diatur. Sebaliknya, ada juga yang mengkritik kebijakan ini, berpendapat bahwa permasalahan remaja tidak bisa diselesaikan hanya dengan pendekatan militer. Sebagian besar pihak menilai bahwa penyelesaian yang lebih holistik dan berbasis pada pendidikan karakter, peran orang tua, serta pembinaan di sekolah jauh lebih efektif.
Apakah benar bahwa pendekatan ala militer akan memberikan solusi jangka panjang bagi permasalahan yang dihadapi remaja, atau justru ini hanya bentuk pengabaian terhadap akar masalah yang seharusnya mendapat perhatian lebih mendalam?
Masalah kenakalan pelajar, seperti tawuran, geng motor, dan pergaulan bebas, semakin marak belakangan ini. Banyak pihak yang merasa prihatin karena perilaku tersebut semakin sulit untuk dikendalikan. Salah satu penyebab utama dari fenomena ini adalah kondisi keluarga. Dalam banyak kasus, keluarga menjadi tempat pertama bagi anak untuk belajar nilai-nilai moral dan sosial. Namun, dengan semakin padatnya aktivitas orangtua dan tantangan dalam mengelola hubungan keluarga, tak jarang perhatian yang diberikan kepada anak pun berkurang. Anak-anak yang tumbuh tanpa pengawasan yang cukup sering kali mencari pengaruh dari luar, yang bisa jadi datang dari lingkungan yang tidak sehat.
Selain keluarga, lingkungan pergaulan juga berperan besar dalam membentuk perilaku remaja. Di usia muda, remaja sangat mudah dipengaruhi oleh teman sebaya. Ketika mereka berada di tengah kelompok yang sering terlibat tawuran atau geng motor, mereka cenderung mengikuti pola perilaku tersebut untuk diterima dalam kelompok. Pergaulan yang salah ini, tanpa disadari, mengarah pada tindakan yang lebih berisiko dan sering kali membahayakan diri mereka maupun orang lain.
Pendidikan karakter di sekolah juga menjadi faktor penting yang tak boleh diabaikan. Meskipun kurikulum pendidikan di Indonesia saat ini semakin menekankan pada pencapaian akademik, banyak sekolah yang masih kekurangan perhatian terhadap pembinaan karakter siswa. Pendidikan yang hanya berfokus pada hasil ujian dan nilai akademik mengabaikan pentingnya pembentukan pribadi siswa yang baik dan bertanggung jawab. Padahal, karakter yang kuat justru menjadi fondasi utama bagi siswa dalam menghadapi tantangan hidup.
Sementara itu, pengaruh sosial media dan budaya populer semakin kuat, bahkan jauh melampaui batas pengaruh yang diberikan oleh lingkungan sekitar. Remaja saat ini mudah terpapar konten-konten yang tidak mendidik di media sosial, seperti kekerasan, kebebasan yang berlebihan, atau gaya hidup yang mengarah pada hedonisme. Data menunjukkan bahwa hampir 70% remaja Indonesia menghabiskan lebih dari dua jam setiap hari di media sosial, yang tentu saja membuka peluang bagi pengaruh negatif. Budaya populer yang mengutamakan citra, kekayaan, dan kesenangan sering kali menjadi daya tarik yang menggoda bagi remaja untuk mengikuti perilaku yang kurang sehat.
Dengan adanya berbagai faktor yang saling terkait ini, tidak mengherankan jika kenakalan pelajar terus meningkat. Fenomena ini jelas menunjukkan bahwa masalah yang dihadapi tidak hanya bersifat individual, tetapi juga masalah sosial yang membutuhkan penanganan menyeluruh.
Pro-Kontra Rencana Pengiriman ke Barak Militer
Pro:
Disiplin Ketat
Pendekatan militer memang dikenal dengan sistem yang tegas dan terstruktur. Pengiriman siswa bermasalah ke barak militer dapat memberikan mereka pengalaman dalam mengikuti aturan yang ketat, yang sering kali menjadi masalah utama bagi pelajar yang terlibat tawuran atau geng motor. Pembiasaan terhadap disiplin dalam bentuk kegiatan fisik dan rutin yang jelas diharapkan bisa membentuk mental yang lebih kuat dan membangun kesadaran mereka tentang tanggung jawab.-
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!