By Christie Damayanti
[caption id="attachment_167855" align="aligncenter" width="651" caption="Illustrasi - eastjava.com"][/caption]
Di otakku, sering 'menangkap' bayang batik, secara aku memang penyuka batik. Dan aku juga sangat tertarik dengan kebudayaan, termasuk batik. Apalagi, ketika kami berada di Yogyakarta kapanpun itu, aku sengaja 'berburu' batik, dan ketika tahun lalu libur Natal, aku ke Imogiri untuk 'mBatik' ( lihat tulisanku Wisata Membatik : Seni Tradisional HARUS menjadi 'Heritage' Indonesia ) .....
Sebenarnya, apapun coraknya, baik Batik Yogya, Batik Solo, Batik Pekalongan atau Batik Madura, tetap aku menyukainya. Tetapi ada yang khusus tentang batik, ini yang sangat menyukainya yaitu batik tulis, seperti yang aku sempat pelajari di liburanku di Imogiri tahun lalu. Batik tulis memang lain dengan batik 'cap'. Batik tulis menggunakan jari jemari pembatik untuk 'mengeluarkan' hatinya, tetapi batik 'cap' bisa dibuat siapa saja dan dimana saja, dimana semua batik buatan China adalah batik 'cap' .....
Batik tulis. Hmmmmm ..... suatu warisan tradisi yang telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Jawa, dimana secara turun temurun, mereka telah mewariskan sekaligus melestarikan tradisi batuk tulis. Dengan media kain, malam atau lilin dan canting, mereka terus berkarya, menghasilkan batik tulis yang tidak hanya indah, tetapi juga sarat makna dan filosofis. Yaitu harmonisasi antar sesama manusia, antar manusia dengan mahkluk hidup yang lain, manusia dengan alam dan Sang Pencipta, maupun harapan akan kehidupan yang lebih baik, dan semuanya dituangkan dalam motif dan ornamen2 yang luar biasa .....
Motif2 berawalan 'sido' merupakan golongan yang banyak dibuat para pembatik. Artinya, 'terlaksana', dimana mengandung harapan agar apa yang diinginkan bisa tercapai. Salah satunya, Sido Mukti, yang mengandung harapan untuk mencapai kebahagiaan lahir batin. Motif2 'sido' termasuk Sido Luhur, Sido Mulyo atau Sido Asih.
Batik motf Sido Mukti dan Sido Asih.
Lain lagi dengan Wahyu Tumurun, melambangkan turunnya wahyu atau anugerah Tuhan kepada manusia. Biasanya, Wahyu Tumurun dipakai untuk upacara2 adat Jawa seperti 'mitoni' ( memperingat 7 bulan usia kehamilan ), siraman ( membersihkan diri bagi calon pengantin sebelum menikah ) serta akad nikah.
