Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Penataan Kembali Bali dalam "Ruang Terbatas Dunia" Lewat Pedestrian

28 Juni 2022   17:23 Diperbarui: 28 Juni 2022   17:26 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi www.thecolourofindonesia.com 

By Christie Damayanti

Untuk sebuah kota, apalagi ini sebuah area (bukan hanya sebuah kota) internasional dan sudah asngat dikenal oleh dunia, area ini harus memoynyai banyak kriteria2 tertentu untuk menghasilkan standard2 internasional yang berkualitas.

Tentu saja, area ini akan menjadi salah satu kebanggaan Indonesia karwna justru pada kenyataannya area ini lebih terkenal daripada Jakarta, sebagai ibukota Negara Indoneisa.

Siapa yang tidak tahu tentang Bali?

Bahkan, ketika duluu aku kuliah di Perth Australia Barat, ketika aku berbicara tentag Jakarta sebagai tempat tinggalku, mereka justru sanat mengenal Bali sebagai destinasi wisata pertma mereka! Hanya terbang sekitar 4 jam dari Perth, Bali merupakan tempat wisata utama mereka, tanpa mreka mau tahu tentang Indoneia.

Okelah, jika mereka lebih memilih Bali daripada Indoneia, dan sangat wajar ketka Bali benar2 merupakan tempat cantik nan ciamik bari wisatawan2 asing dunia. Dari Jepang, Korea dan Amerika pun merupakan destinasi utama mereka di negeri tropic. Termasuk juga dari Eropa.

Bicara tentang Bali di beberapa artikelku sebelumnya, dimana aku mengeksplore sedemikian tentang ketidak-puasanku tentang kepedulian Bali sebagai tempat wisata yang kurang peduli dengan prioritas dan disabilitas, tentu saja sebagai arsitek dan juga sebagai warga disabilitas, aku ingin sekali Bali menjadi area terkenal di dunia an kepeduliannya pun harus dikenal di dunia!

Bicara tentang KEPEDULIAN, memang sangat krusial. Karena kepedulian itu menyangkt banyak hal. Untukku sendiri sebagai disabilitas dan seorang arsitek, aku lebih menyoroti kepedulian Bali tentang disabilitas, berupa ruang2 nyaman dan inklusi bagi disabilitas.

Tidak harus special, tetapi setidaknya Bali harus mempuyai pedestrian yang lebar untuk pemakai kursi roda, dengan berbagai fadilitas nyaman untuk pengguna alat2 bantu lainnya, seperti pengguna walker atau tongkat.

Ketika Bali sudah berkembang sedemikian pesatnya, namun tidak mampu menambahkannya dengan fasilitas2 disabilitas dan prioritas, sudahlah. Memang susah untuk memperbaiki secara komprehensif, karena itu akan membongkar dan membangun kembali.

Selain membutuhkan aktu dan biasa yang lama dan besar, sepertinya kota2 tumbuh dimanapun di dunia, tidak akan mampu melakukannya, karena itu merobak total.

Yang ada adalah, mencoba menata kemabali, yang sudah ada, dengan tingkat pernaikan ssduai dengan yang dibutuhkan .....

***

Ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merupakan negara kepulauan berciri Nusantara, baik sebagai kesatuan wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi, maupun sebagai sumber daya, perlu ditingkatkan upaya pengelolaannya secara bijaksana, berdaya guna, dan berhasil guna dengan berpedoman pada kaidah penataan ruang sehingga kualitas ruang wilayah nasional dapat terjaga keberlanjutannya demi terwujudnya kesejahteraan umum dan keadilan sosial sesuai dengan landasan konstitusional Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 

Hal inilah yang bisa membantu masyarakat perkotaan di Indoneisa untuk lebih bisa mengubah kehidupan mereka untuk lebih baik, termasuk penataan kembali Bali.

Sesuai PP 21 Tahun 2021 Penataan ruang sebagai suatu sistem perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan antara yang satu dan yang lain dan harus dilakukan sesuai dengan kaidah penataan ruang sehingga diharapkan :

Dapat mewujudkan pemanfaatan ruang yang berhasil guna dan berdaya guna serta mampu mendukung pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan;

Tidak terjadi pemborosan pemanfaatan ruang; dan

Tidak menyebabkan terjadinya penurunan kualitas ruang.

Penyelenggaraan Penataan Ruang dimaksudkan untuk mengintegrasikan berbagai kepentingan lintas sektor, lintas wilayah, dan lintas pemangku kepentingan yang termanifestasi dalam penyusunan Rencana Tata Ruang, pemaduserasian antara Struktur Ruang dan Pola Ruang, penyelarasan antara kehidupan manusia dengan lingkungan, perwujudan keseimbangan pertumbuhan dan perkembangan antar daerah, serta penciptaan kondisi peraturan perundang-undangan bidang Penataan Ruang yang mendukung iklim investasi dan kemudahan berusaha.

Sumber : Peraturan Daerah Provinsi Bali No.3 tahun 2020

Tentu saja, semuanya untuk kemandirian kota besrta warga nya! Termasuk kaum prioritas (lansia) dan disablitasnya. Bagaimana mereka mampu mandiri, tanpa harus bergantung kepada orang lain, walaupun dalam keadaan yang cukup terbatas, seperti aku sebagai end-user.

Penataan kembali perkotaan di Baliini tentu termasuk penataan fasilitas2 umum untuk rang public yang inklusi. Tidak harus untuk semuanya bagi disabilitas, tetapi bagaimana disabilitas di didik pemerintah Bali untuk tidak manja dalam ruang inklusi.

Tetapi, bagaimana caranya untuk menata ruang public di Bali ini?

Ruang terbatas di dunia, termasuk di Bali :

Tentu saja, ini sangat dan harus dipikirkan, bagaimana Bali mampu menata kembai fasilitas2 umum yang ada menjadi sebuah tempat yang nyaman bagi warga dan wisatawannya. Misalnya saja, bagaimana pedestrian yang sudah ada sekarang, dibangun dengan ukuran yang presisi.

Jika memang tidak mampu untuk menambhakan lebar pedestrian dari yang sudah ada antara 60 cm sampai hanya 100 cm, baiklah tidak mengapa, asalkan dimensi ini benar2 untuk pejalan kaki dan pengguna alat2 bantu seperti pengguna walker dan pengguna kursi roda.

  • Yang seharusnya berukuran ntara 60 cm -- 100 cm, benar2 untuk pejalan kaki/kursi roda.
  • Streetscpe2 yang ada, dipindahkan di permukaan aspal, sehingga minimal, pejalan kaki/pengguna kursi roda tidak harus naik turun pedestrian.
  • Pedestrian atau trotoar ini, dilengkapi dengan "jalur pemandu" atau jalur kuning bagi disabilitas netra. Dan, di desain sesuai denagn criteria, bukan seenakknya saja dengan bentuk yang tidak naman bagi pemakai ongkat putih.
  • Standard strutur dan arsitekturnya jelas, dengan kriyeria2 yang tepat sungguh sehingga tidak melenceng pada saat pemasangan.
  • Workmashipnya harus berkualiats, artinya konraktor2 yang membangun janan kpntraktor kacangan!
  • Dan MK untuk quality cobtrolnya harus juga teris diawasi, karena pada kenyataannya mereka bisa saja seenaknya saja pada saat tidak ada control. Seperti yang ada di Jakarta, dari tulisan2ku tentang ini. Bahwa, pekerjaan pedestrian Jakarta yang katanya "berhasil", sangat tidak berasil, dengan berbagaihasil yang tidak ber-qualified!

Masih banyak sekali masalah2 detail yang ada yang harus dijabarkan satu persatu dalam rangkan penataan Bali kembali. Tetapi, setidaknya kelima angka diatas, sedikit banyak bisa menjamah keinginanku untuk membuat Bali lebih peduli .....

Ini juga baru bicara tentang "ruang terbatas", tetapi terbatas itu bukan berarti tidak berkualitas. Ruang terbatas merupakan tanangan bari seorang areitek seperti aku, dan seharusnya pun bagi pemerintah daerah Bali, untuk memecahkan masalah2 "ruang terbatas" di Bali menjadi sebuah "ruang terbatas tetapi ber-kualifiasi".

Seperti banyak kenyataan di Jepang, sebagai Negara kecil tetapi padat penduduknya. Dimana jalan2 di Jepang angat kecil, sehingga mereka tidak mempunyai pedestrian karwna kecilnya jalan lingkungan di beberapa kota di Jepang.

Apa yang mereka perbuat?

Mereka memang tidak membangun pedestrian, tetapi mereka membangun jalan yang rata, sama dan tanpa perbedaan jalan sama sekali, sehingga antarta kendaraan bermotor, berbagi dengagn pejalan kaki dan pengguna kursi roda seperti aku.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Ini adalah jalan lingkungan di perkampungan FunabashiHoten, dimana anakku tinggal di Chiba, Jepang. Jalan kecil di perumahan perkampungan Jepang, hanya untuk 2 mobil saja, tetapi sangat nyaman walau aku diatas kursi roda.

Foto 1, saluran got benar2 dibawah tanah tanpa bukaan2 yang menonjol, semua permukaan tanah rata. Dan tanpa trotoar, tetapi ada kepedulian antar pemakai kendaraan bermotor dengan pejalan kaki.

Foto 2, Jalan lebih bsar dan mempunyai trotoar dengan perbedaan ketinggian yang sedikit berbeda. Dimana pemakai walker dan ongkat, tetap nyaman dengan perbedaan ketinggian seperti ini, termaduk pemakai kursi roda elektrikku. Semua permukaan material benar2 mulus dan tidak ada kerusakan sama sekali!

***

Tetapi, karena mereka mempunyai konsep kepedulian yang angat tinggi, ketia aku berjalan diatas kursi roda elektrikku dan ada bus kesar akan melewatiku, mereka akan berhenti dengan sabar, sampai aku berada di tempat yang lebih aman, barulah mereka bisa melewatiku!

Ini sedikit yang aku tuliskan untuk sebuah solusi bagi pemerintah daerah Bali, dengan konsep2 yang aku bisa pelajari selama aku tinggal di Jepang .....

Bagaimana dengan "ruang terbatas" yang lainnya di Bali? Tunggu artikelku berikutnya .....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun