Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Konsep Ruang Publik di Tengah Pencakar Langit Jalur Protokol Jakarta

28 Juni 2021   14:04 Diperbarui: 28 Juni 2021   14:40 641
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi | Foto pertama: Pedestrian sepanjang jalur protocol Sudirman -- Thamrin, sebagaian besar lebar dan luas, tetapi tidak ada unsure estetika serta tanpa banyak bench2 (tempat duduk) untuk beristirahat.

By Christie Damayanti

Sepanjang pedestrian di jalur protocol Jalan Sudirman dan Jalan Thamrin yang ku lalui dengan kursi roda ajaibku beberapa waktu lalu, memang mngasyikkan untuk disurvey dan di riset kecil2an.

Pedestriannya lebar, luas serta permukaannya rata, sepanjang kita hanya melewati di jalur utama. Karena, bergitu aku berbelok sedikit saja, fasilitas nyaman serta ramah, berbalik 180 derajat!

Oklah ...

Aku sudah menuliskan itu di beberapa waktu lalu, dalam beberapa artikel2ku. Bagi pejalan kaki sebagai warga kota yang bekerja, mungkin berjalan kaki adalah untuk menuju tempat bekerja.

Misalnya, mereka yang tinggal di pinggian kota Jakaarta, dan bekerja di area protocol Jalan Thamrin atau Jalan Sudirman. Berangkat pagi, naik kereta commuter di 1 titik, disambung dengan naik MRT atau Bus TransJakarta.

Setelah itu, mereka berjalan kaki menuju gedung tempat mereka bekerja. Mereka akan berjalan tergesa2 sampai kantor atau pulangnya, mereka pun akan berjalan tergesa2 untuk mencapai titik penjemputan di halte TransJakarta atau Stasiun MRT, dan selanjutnya menuju rumahnya, di pinggiran kota Jakarta.

Tetapi, jika jam makan siang, mungkin mereka akan berjalan agak santai menuju tempat mereka makan, yang biasanya berjarak tidak terlalu jauh dengan gedung perkantoran mereka.

Mereka akan mencari suasana baru, setelah sejak jam 8.00 pagi sampai jam 12.00 siang, sibuk dengagn pekerjaaan mereka. Sehingga, suasana suntuk yang melanda mereka, akan menjadi lebih begairah di jam2 makan, sambil berjalan santai mencari tempat makan.

Di Jakarta sendiri, belum terbentuk konsep "jam makan bagi pegawai kantoran, di taman sekitar kantor", karena Jakarta memang sudah padat dengan gedung2 pencakar langit dan tidak mau menyediakan fasilitas2 taman, yang juga berfungsi untuk penyerapan kota.

Kebutuhan ruang kerja di Jakaarta, menjadikan gedung2 perkantoran lebih memilih untuk mendesain ruang perkantoran mereka, fully dengan permukaan beton2. Padahal, masing2 gedung bertanggung jawab dan berkewajiban untuk memberikan lahan sebagian mereka untuk lahan penyerapan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun