Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Kota Gotemba yang Jauh dari "Euforia Wisata" dan Sarat Makna Kehidupan

13 September 2018   10:47 Diperbarui: 13 September 2018   12:02 561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Welcome to Gotemba City"

Meskipun Gotemba haya dikenal sebagai 'tempat transit' untuk menuju ke Gunung Fuji dan tempat belanja dengan adaanya Factory Outlet Gotemba yang 'Amerika banget', tetapi kota kecil itu menyimpan potensi yang lumayan baik.

Pasti Jepang tidak salah menjadikan Gotemba sebagai tempat singgah dan tempat belanja. Pasti Jepang sudah melihat potensi2 nya. Tidak mungkin memilih tempat sebagai bagian dari pariwisata Jepang untuk wisatawan asih manca Negara.

Seperti kita tahu, Jepang memang menyimpan potensi wisata religious yang luar biasa untuk setiap kota2nya. Baik kota besar, ataupun kota2 kecil. Agama utama Negara Jepang adalah Shinto dan Buddha, sehingga kedua agama inilah yang menjadi titik tolak bangunan2 untuk pemujaan Tuhan dalam agama mereka.

Dari kuil besar atau temple, sampai shrine atau kuli kecil (biasanya ada di daerah permukiman) selalu ada di semua kota2 di Jepang. Seperti di Indonesia, yang banyak terdapat masjid besar, kecil atau musholla, sebagai agama mayoritas di Negara kita, walau juga ada Gereja2, serta bangunan2 dari agama2 yang lain di Indonesia.

Karena bangunan temple atau shrine Jepang adalah yang unik, tidak seperti bangunan2 modern, menjadikan temple dan shrine di Jepang, dianggap sebagai tempat wisatan religious.

Di Gotemba, misalnya.

Ada beberapa Shrine atau kuil kecil lingkungan, yang memang Gotemba adalah kota kecil. Ada Suwa Shrine, San Shrine, Sengen Shrine dan Shimmei Shrine. Tetapi, karena Shrine nya kecil dan berada di daerah permukiman, tidak terlalu 'menonjol' untuk dijadikan tempat wisata.

Jika ada wisatawan yang memang hbinya adalah berkunjung ke tempat2 wisata religious, pasti mereka pun akan tetap mengunjunginya.

Dan Gotemba kaya akan pemandangan alam menuju Gunung Fuji nya. Ketika berada di depan stasiun Gotemba pun, kita bisa melihat Gunung Fuji dengan salju abadi nya di puncaknya, di sela2 bangunan2 sedang tinggi di Gotemba .....

***

Jika memang kita mau menyusuri Gotemba dengan wisata religious serta pemandangan alam nya, silahkan saja. Tetapi jika haya sekedar dari bus Shinjuku saja pun, tidak masalah. Seperti yang aku lakukan, karena sangat terbatas untukku dengan kursi roda elektrikku.

Pengamatanku, kehidupan di Gotemba sangat tenang. Sepanjang perjalananku keliling kota Gotemba dengan mengendarai bus dari Shinjuku Tokyo, berhasil merekamnya.

Sebaguan besar bangunan2 disana, merupakan 1 atau 2 lantai. Dengan lingkungan yang asri, seperti Jepang pada umumnya. Pedestrian2 besar dan ramah disabilitas, penghijauan2 yang terlihat setara dan sebanding dengan lingkungannya, bahkan di beberapa titik terdapat taman2 hijau yang asri.

Penghuninya pun tidak terlalu tampak diluaran, seperti di Tokyo. Maksudnya, hanya di Tokyo Metropolitas saja yang terlihat penuh dengan warga Tokyo, karena di hari2 kerja, mereka bekerja dan bersekolah. Atau di tempat2 wisata saja yang penuh dengan wisatawan.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
 Kota Gotemba 'downton' nya. Terlihat sepi, karena sepertinya warga Gotemba sebagian besar adalah pekerja2 di Factory Otlet dan kantor2 'tour and travel' ke Gunung Fuji.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Walau kota Gotemba terlihat sepi, baik warga atau kendaraannya, tetapi semua warga dan kendaraan tetap mematuhi peraturan. Ketika aku disana, terlihat jelas lampu merah pedestrian dan si pengendara sepedapun berhenti total.

Jika di perempatan, bergantan untuk menyeberang, mungkin memakan waktu 5 menit atau lebih. Tetapi walau tidak ada kendaraan yang lewat, dan polisi pun tidak terlihat, pejalan kaki atau sepeda pun dengan patuhnya akan menunggu sampai lampu hijau untuk mereka, menyala .....

Begitu juga di Gotemba. 

Karena Gotemba adalah kota kecil, dimana 'Gotemba downtown' adalah di Factory Outlet nya, sehingga selama penyusuran kota Gotemba sampai 'blusukan' lewat jalan2 kecil, jarang terlihat warga kota yang sekedar berjalan2 saja.

'Blusukan' di Gotemba di daerah2 permukiman. Rumah2 1 atau 2 lantai, serta apartemen2  2 lantai, dengan fasilitas2 parkirnya, yang tetap rapih dan nyaman .....

Dari atas bus besar dan berjendela besar2, tentu aku puas melihat2. Fasilitas2 kota tetap baik, "Jepang gitu lho!". Fasilitas2 disabilitas nya pun juga terlihat sangat baik, walau tidak 'semodern' di Tokyo.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Baru masuk kota Gotemba, pedestriannya tetap nyaman dan 'ramah disabilitas'. Dimensinya sesuai dengan dimensi kursi roda

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Pedestrian perkotaan yang luas dan nyaman. 'Ramah disabilitas' bagi Jepang merupakan komitmen. Ramp dan manuver2nya sangat nyaman bari pemakan kursi roda bahkan stroleer bayi. Rapih dan tak terlihat satu sampah pun!

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Di 'downtown' Gotemba atau pun di lingkungan perumahan, 'ramah disabilitas' tetap terjaga. Jika di 'downtown', ada pedestrian dan garis2 putih jalur2 yang aman bagi pejalan kaki serta disabilitas, beda dengan di permukiman.

 Karena permukiman tdak besar dan jalannya kecil2, antar jalan kendaraan dengan pedestrian pun dijadikan 1 permukaan (seakan2 tidak ada pedestrian).

 Tetapi, pemerntah Jepang sangat concern dengan warganya, sehingga masing2 garis2 putih itu mempunyai arti dan makna. Dengan melanggarnya, pemerintah Jepang berhak menangkap kita, karena di setiap judut jalan ada CCTV yang terhubung .....

 

Contohnya,

 

Aku bisa naik turun bus wisata, walau agak terasa berat karena masih manual. Tetapi supir bus dan asistennya tetap melayaniku sebagai turis disabilitas, dengan sangat baik. Mereka sering membungkukkan tubuhnya kearah ku, sambil berbicara yang tidak kumengerti.

 

Yang aku tahu, jika mereka membungkukkan tubuhnya ke arah kita, berarati mereka menghormanti kita. Ditambah mereka berbicara dengan hormat, munkin pun mereka meminta maaf jika pelayanan mereka untukku bukan atau tidak berkenan.

 

Biasanya, aku membalah dengan menundukkan kepalaku sambil tersenyum, serta hanya membalas dengan kata2, "Thank you" atau "Arigato" .....

 

***

 

Keberadaan kota Gotemba yang kecil ini, tetapi mempuyai fasilitas2 baik bagi warga nya serta kepedulian bagi disabilitas, merupakan sebuah inspirasi bagiku.

 

Jika wisatawaan asing, terutama dari Indonesia yang berkunjung ke Jepang haya di kota2 besar saja, atau tidak pernah merenungi tentang sebuah makna kehidupan yang nyaman, karena sibuk dengan eforia wisata saja, memang sangat manusiawi.

 

Tetapi dengan ku sempat berkunjung ke sebuah kota kecil, dan sempat mengamati kehidupan perkotaan disana, Gotemba bisa membawa perubahan pemikiran bagi hidupku. Sebuah makna baru dan sarat akan kepedulian, yang ingin aku bawa untuk kehidupanku pribadi, jika belum bisa dibawa pulang untuk Indonesia ku .....

 

Sebelumnya :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun