Coba lihat di artikelku ini, bahwa membangun rumah itu harus sesuai dengan ijinnya. Jika ijinya sudah benar, tetapi penggunaan bangunan itu salah, tetap saja TIDAK SESUAI DENGAN ATURAN ( ada ijinnya tersendiri : Ijin Penggunaan Bangunan ). Akibatnya jika 1 warga berbisnis di rumahnya ( rumahnya dijadikan kantor, atau cafe, atau toko atau restauran ), pasti akan memicu bisnis2 kecil di rumah2 sebelahnya. Dan semakin luas bangunan yang tidak sesuai dengan ijin dan penggunaannya, semakin terpuruklah daerah tersebut sebagai tempat tinggal yang nyaman ..... Lihat tulisanku 'Dunia Glamour dan Gemerlap' Kelapa Gading.
Pondok Indah adalah kawasan yang enak untuk tinggal karena sebenarnya developer yang membangun ini mempunyai rasa kepedulian tentang arsitektural serta tata perkotaan, karena beliau adalah seorang arsitek senior, salah satu idolaku. Pernah aku bekerja untuk beliau di beberapa pembangunan mega proyeknya dan aku tahu tentang kepedulian beliau. Tetapi dengan perkembangan jaman, manajemennya berubah, serta ketidak-pedulian si pembeli dan sekarang pemilik rumah2 yang membeli dari developer tersebut, tidak mengerti ( atau tidak mau tahu? ) tentang perarurannya, sehingga semakin berkembanglah dan melebarlah rumah2 yang dijadikan bisnis disana ......
Apakah warga Pondok Indah semakin merasa nyaman dengan 'kesemrawutan' fisik kawasan seperti ini? Apakah mereka lebih senang dengan bertambah banyaknya bisnis2 kecil dalam area perumahan mereka, karena mereka lebih gampang untuk akses mencari kebutuhan disana? Atau sebaliknya, mereka justru bersikap tdak suka karena 'kesemrawutan' kawsan tempat tinggal merea menjadi macet dan hilang ke-khas-an kawasan perumahan mewah mereka? Terserah saja!
Tetapi yang jelas aku berdiri di tengah2 sebagai arsitek, urban planner serta pengamat fisik bangunan dan sosial, untuk mengungkapkan dan misi idealisme demi 'Jakarta yang lebih baik' ......

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI