By Christie Damayanti
[caption id="attachment_200171" align="aligncenter" width="577" caption="topimagea.com"][/caption]
Sudah lama sekali aku tidak ke Sentosa Island, walau sebenarnya aku masih sering ke Singapore. Sentosa Island identik dengan 'berlibur dan bermain2', padahal tujuan ke Singapore beberapa kali ( kecuali ketika anakku masih kecil tahun 1997 dan kali ini, tahun 2012 ) adalah tentang survey dan pekerjaanku. Terakhir kali aku ke Sentosa Island adalah tahun 1997 ketika Dennis masih kecil, naik kereta gantung .....
Kali ini, kami ke Singapore adalah khusus untuk berjalan2 dan mendidik anak2ku untuk bisa mengurus aku, mamanya, yang seorang disabled ( lihat tulisanku Ternyata, Anak-Anakku Bisa Mengurus Kami Sebagai 'Disabled Persons'..... ). Dan sudah barang tentu, Sentosa Island adalah salah satu tujuan wisata di Singapore yang sejak pertama kali kami fokuskan, yaitu ke Universal Studio Singapore dan ke Maritime Museum ( cerita tentang Admiral Cheng Ho ) yang berkeliling dunia. Dan kali ini, aku akan mengupas Museum Maritime, yang merupakan 'digital museum' : modern, canggih dan sangat menyenangkan!
Connection area antara downtown Singapore dan Sentosa Island pun, sangat layak untuk dikupas disini, next aku akan mengupasnya. Dari hotel kami, Hotel Robertson Quay ke Sentosa Connection, menghabiskan sekitar $7.50. Sebenarnya sangat mungkin kesana via MRT, tetapi karena keterbatasanku, kami memilih naik taxi saja, ditambah memang lebih cepat ( lihat tulisankuCerita tentang Taxi di Singapore ..... ).
Singapore downtown ke Sentosa Island, sekarang tidak harus memakai kereta gantung atau ferry seperti terakhir aku kesana, tetapi sekarang sudah ada terowongan membelah selat dan jembatan yang menhubungkan kedua tempat tersebut. Dan connection areanya adalah ada di 'bawah pulau' ( basement ), yang sungguh, aku sangat kagum dengan keberadaannya! Kemegahannya, kebersihannya, kenyamanannya, atau kecanggihannya juga banyak yang tidak bisa disebutkan .....
Maritime Museum ini memang sudah aku rencanakan dari semasih di Jakarta. Aku melihatnya di sebuah berita 'jalan2' di sebuah TV swasta yang membuat mataku tertancap tidak berhenti. Begitu kami sampai disana, kehidupan maritime, khususnya jaman Admiral Cheng Ho ( Zheng He ), sangat terasa. Setelah membeli tiket sekitar $15.00 ( museum termasuk theaternya ), waktu itu hari Kamis tidak seperti weekendpun, ternyata tetap penuh. Artikel ini mengawali cerita kami di Museum Maritime tersebut, jilid pertama. Dan pada jilid kedua artikelku tentang theater serta 'art' atau seni museum ini .....
Diawali ketika kami memasuki museum ini, kami disuguhi untuk melihat sebuah kapal layar besar, merupakan 'model' atau replika kapal Admiral Cheng Ho jaman itu, dan didepannya merupakan benar2 kapal milik Laksamana Cheng Ho yang karam karena dihancurkan oleh Dinasti Ching pada abad ke-15, di angkat dan direstorasi. Cheng Ho mengawali pelayaran ke daerah Asia dan Afrika, antara lain ke Vietnam, Taiwan, Malaka ( bagian dari Malaysia ), Palembang dan Jawa ( Indonesia ), Srilanka, India, Persia, Arab, Laut Merah dan Afrika.
Menurut sejarah, Admiral Cheng Ho membawa beberapa 'benda berharga' rempah2 serta batuan2 berharga dari Asia serta beberapa binatang dari Afrika untuk menjadikan bukti bahwa mereka benar2 mengelilingi Asia dan Afrika. Dan setiap jejak langkahnya, di patrikan pada sebuah museum yang sangat menarik serta merupakan cerita sejara yang memacu inspirasiku .....
Mulai dengan 'daerah' Quanzhou, kami mengikut cerita pelayaran Admiral Cheng Ho. Dimulai dari China, banyak benda2 dari China yang ada di museum itu, seperti keramik2 cantik, boneka2 Cina bahkan boneka adat pernikahan China. Dari Quanzhou, kapal itu menuju Vietnam ( Qui Nhon ), masuk ke Palembang, Calcuta sampai Afrika. Masing2 negara benar2 'mengambil' sarinya. Misalnya, di Indonesia meskipun fokusnya adalah Palembang, tetapi beberapabarang2 Indoesia bahkan tari Bali Barong, Batik dan Wayang serta beras Indonesia[un itu terdapat pada museum ini. Juga di India, patung seorang India sedang meniup serling ular cobra seerta patung seorang Arah yang mengendarai Onta, juga ada.