Penolakan terhadap makan gratis juga bisa dilihat dari perspektif psikologis dan sosial. Bagi pelajar Papua, menerima bantuan yang tidak mereka minta bisa menimbulkan rasa inferioritas atau perasaan rendah diri. Tawaran tersebut, meskipun bertujuan baik, mungkin dianggap sebagai pengingat akan ketidaksetaraan yang mereka rasakan dalam kehidupan sehari-hari. Penolakan ini bisa menjadi bentuk perlawanan terhadap perasaan tersebut, menunjukkan bahwa mereka tidak akan diperlakukan sebagai kelompok yang selalu "minta" atau "menerima" tanpa memiliki hak dan martabat yang setara.
Secara sosial, penolakan ini juga bisa memicu percakapan yang lebih luas tentang bagaimana Papua diperlakukan dalam konteks pembangunan nasional. Jika para pelajar menolak sesuatu yang sederhana seperti makanan gratis, hal itu menunjukkan betapa dalamnya perasaan mereka tentang ketidakadilan yang mereka rasakan. Mereka menuntut lebih dari sekadar tindakan jangka pendek atau karitatif; mereka menuntut pengakuan dan perubahan yang berkelanjutan.
 Apa yang Harus Diperhatikan?
Menanggapi aksi seperti ini, kita harus mempertanyakan bagaimana kita melihat dan memperlakukan kelompok minoritas atau masyarakat yang terpinggirkan. Apakah kita benar-benar mendengarkan suara mereka, atau hanya memberikan solusi instan yang tidak menyentuh akar masalah? Apa yang dibutuhkan oleh masyarakat Papua bukan hanya bantuan simbolis, tetapi akses yang lebih adil terhadap pendidikan, kesehatan, dan peluang ekonomi.
Penolakan makan gratis oleh pelajar Papua bukanlah tentang menolak kebaikan atau solidaritas, melainkan tentang menuntut penghargaan yang lebih tinggi terhadap hak mereka. Ini adalah bentuk ketegasan mereka bahwa mereka ingin dilihat sebagai agen perubahan, bukan hanya sebagai penerima bantuan.
Kesimpulan
Penolakan makan gratis oleh pelajar Papua lebih dari sekadar tindakan simbolis. Ini adalah sikap yang mencerminkan keinginan mereka untuk diakui dan dihargai sebagai individu yang berhak mendapatkan peluang yang setara. Dalam konteks perjuangan sosial di Papua, aksi ini menyuarakan pesan penting bahwa masyarakat Papua tidak hanya ingin bantuan jangka pendek, tetapi juga perubahan struktural yang berkelanjutan dan berfokus pada pemberdayaan. Makanan gratis hanyalah simbol; yang mereka butuhkan adalah hak, keadilan, dan kesempatan yang setara.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI