Mohon tunggu...
Chrispian Jambul Chilvio
Chrispian Jambul Chilvio Mohon Tunggu... Lainnya - hallo

hallo semua....

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mahasiswa KKN RDR 77 Kelompok 91 UIN Walisongo Semarang Mengadakan Webinar Bertema Moderasi Beragama

17 November 2021   07:28 Diperbarui: 22 November 2021   19:35 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Webinar Moderasi Beragama. 

Minggu (7/11) Mahasiswa KKN Reguler dari rumah kelompok 91 UIN Walisongo Semarang mengadakan Webinar online yang mana hal itu merupakan bentuk program kerja dari kuliah kerja nyata (KKN) yang berbasis online. Webinar yang diusung oleh kelompok KKN 91 ini Bertema "Moderasi Beragama : Menumbuhkan Toleransi Melalui Pemahaman Agama Yang Moderat". 

Acara webinar tersebut di isi oleh Bapak Endang Supriyadi, M.A sebagai narasumber. Beliau adalah dosen prodi sosiologi Fakultas FISIP UIN Walisongo Webinar ini dilakukan melalui platform Google Meet yang di hadiri kurang lebih 50 peserta yang terdiri dari kelompok lain KKN UIN Walisongo dan juga mahasiswa universitas lain. 

Alasan mengapa kelompok KKN 91 ini mengusung tema tersebut karena hal tersebut untuk mengingatkan kita kembali bahwa kita hidup di negara yang penuh akah perbedaan mulai dari ras, suku bangsa, dan juga Agama. Dengan adanya perbedaan yang banyak itu harus juga di iringi dengan rasa toleransi yang sangat tinggi agar terciptanya kehidupan masyarakat yang tentram dan terhindar dari perpecahan. 

Agama memang menjadi objek yang seksis untuk dijadikan kambing hitam atas adanya perpecahan, maka dari itu pemahaman agama yang moderat bisa menjadi salah satu jalan keluar yang paling relevan apalagi jika di korelasikan dengan kondisi negara Indonesia yang majemuk dan syarat akan perbedaan. 

Selain untuk menjaga toleransi, pemahaman agama yang moderat juga bisa menjadi tameng yang melindungi rakyat Indonesia dari pemahaman yang ekstrimis atau radikal. Hal tersebut bisa dilihat melalui sikap pemerintah dalam menanggapi maraknya fenomena radikalisme. 

Saat tindakan terorisme tersebut mulai masif terjadi, pemerintah bersiap-siaga melawannya dengan cara menggencarkan diskusi, kajian, atau seminar dengan mengangkat isu moderasi beragama. Moderat berarti ada di tengah, tidak berlebih-lebihan juga tidak sembarangan dalam mengambil sikap. Memahami agama tidak bisa asal-asalan, meskipun pada dasarnya penafsiran terhadap ayat suci pasti erat akan subjektifitas. 

Maka dari itu, dari pada tersesat karena salah penafsiran, lebih baik bertumpu pada para mufasir yang moderat, yang menafsirkan ayat dengan kontekstual dan intinya tidak berlebih-lebihan. Endang Supriyadi, M.A : "Pada intinya, ide moderasi adalah untuk mencari persamaan bukan mempertajam perbedaan."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun