komodo yang "menghadang" sebuah truk proyek di Pulau Rinca, provinsi NTT.Â
Akhir -akhir ini publik dikejutkan dengan viralnya sebuah foto yang memperlihatkan seekorSeketika foto ini langsung mendapat berbagai reaksi dan kecaman dari berbagai pihak khususnya masyarakat Indonesia dan bahkan, media asing juga menyoroti peristiwa ini.Â
Meskipun, sang supir truk yang berada di foto tersebut berujar bahwa truk tersebut mogok dan kemudian komodo hanya sekedar melewati samping truk tersebut. Ini adalah bukti bagaimana berbagai pembangunan yang terus dilakukan oleh negara ini perlahan mulai mengancam kondisi alam dan lingkungan serta identitas dan budaya penduduk lokal di berbagai wilayah.Â
Terlebih rencana pemerintah untuk membangun proyek "Jurassic Park" di wilayah tersebut dapat mengancam eksistensi dari hewan komodo dan juga keindahan serta keaslian alam di Pulau Rinca tersebut.
 Bukan hanya kali ini saja terjadi sebuah"sengketa" antara pihak "pembangun" dengan "penghuni asli" di provinsi NTT. Pada tanggal 25 April 2018, terjadi sebuah bentrokan antara penduduk desa Patiala Bawa, Sumba Barat yang ingin mempertahankan tanah dan wilayah mereka dengan aparat gabungan Brimob dan BPN.Â
Terjadinya bentrokan tersebut disebabkan karena adanya suatu rencana dari PT.Sutera Marosi Kharisma yang ingin mengembangkan dan membangun sektor wisata di daerah tersebut.Â
Bentrokan ini mengakibatkan seorang warga setempat yang bernama Poro Duka harus tewas setelah terkena tembakan peluru dari aparat kepolisian yang menembus dadanya.Â
Bukan hanya di wilayah NTT saja, konflik ini terjadi. Pada tanggal 26 Agustus 2020 yang lalu, Effendi Buhing yang merupakan ketua adat Laman Kinipan, Kabupaten Lamandau, provinsi Kalimantan Tengah beserta lima warga lainya ditangkap oleh aparat kepolisian karena dituduh terlibat dalam pencurian dan perampasan.Â
Ini adalah sesuatu yang cukup ironis mengingat baik Effendi dan warga lainya hanya berjuang untuk mempertahankan hutan mereka yang ditebang dan dibabat demi pengembangan kebun Kelapa Sawit.Â
Selain itu, proyek pembangunan ibu kota baru di Kalimantan Timur juga menjadi ancaman tersendiri bagi keberadaan hutan Kalimantan yang merupakan paru-paru Indonesia dan Asia Tenggara dimana terdapat ribuan flora dan fauna serta masyarakat primitif yang hidup di dalamnya.Â
Bahkan pada tahun 2019, terjadi sebuah kebakaran besar di hutan Kalimantan dan Sumatra yang mengakibatkan banyak hewan terbakar hidup-hidup dan juga polusi asap yang tersebar hingga ke negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia.Â