"Kamu boleh nakal, tetapi kamu tidak boleh putus sekolah." Begitulah pesan yang selalu diulang orang tuanya kepada Harli. Pesan itu ia pegang teguh sampai kini.
Di antara 20 anak di kampungnya yang pernah didaftarkan ke sekolah, hanya Harli yang bertahan hingga menamatkan pendidikan menengah. Bertahan sekolah bukan perkara mudah bagi anak-anak desanya. Jarak kampung dengan SD terdekat mencapai 10 km. Artinya, Harli dan kawan-kawan harus berjalan kaki sejauh 20 km setiap hari, pergi dan pulang. Perjalanan itu pun penuh tantangan, melewati semak belukar, dan saat musim hujan jalan berubah menjadi rawa karena tergenang banjir.
Bekal yang tak boleh terlupa adalah bawang dan minyak kayu putih. Bukan untuk dimakan, tetapi untuk mengusir ular yang bisa tiba-tiba muncul dari semak belukar. Saat hujan lebat, demi bisa sampai ke sekolah dengan pakaian kering, mereka harus melepas sepatu bahkan celana sebelum menyeberangi rawa.
Setelah lulus SD, Harli melanjutkan sekolah ke SMP di kota kecamatan. Jaraknya 17 km dari desa, sehingga ia harus menempuh perjalanan 34 km pulang-pergi. Kali ini, ia tidak mungkin berjalan kaki, melainkan menggunakan sepeda. Harli harus berangkat sejak subuh agar tidak terlambat masuk kelas.
Lulus SMP, Harli melanjutkan SMA di ibu kota Kabupaten Tolitoli. Ia memilih sekolah Muhammadiyah karena dinilai lebih berkualitas dibanding sekolah negeri. Jarak dari desanya ke Tolitoli sekitar 150 km, dengan akses jalan darat yang belum tersedia kala itu. Satu-satunya jalan menuju kota adalah lewat laut, menempuh perjalanan sehari semalam menggunakan perahu layar. Selama SMA, Harli tinggal di kos dan hanya bisa pulang setahun sekali.
Selesai SMA, Harli melanjutkan pendidikan tinggi di Universitas Tadulako, Kota Palu. Di kampus, ia mulai bersentuhan dengan dunia aktivisme. Ia aktif di HMI hingga kemudian dipercaya menjadi Direktur Walhi. Interaksi dengan dunia aktivis membuat wawasannya berkembang dan jejaringnya semakin luas. Dari sanalah ia kemudian mendapat beasiswa Ford Foundation International Fellowship Program untuk melanjutkan studi magister di Belanda.
Kini, Harli dikenal sebagai salah satu pengacara ternama di Jakarta dengan klien-klien besar dari berbagai daerah di Indonesia. Banyak orang mengenalnya sebagai pengacara hebat, tetapi belum banyak yang tahu bahwa Harli adalah anak dari pelosok desa, yang dengan keberanian dan keteguhan hati berhasil melewati segala rintangan demi meraih masa depan yang lebih cerah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI