Mohon tunggu...
M Chozin Amirullah
M Chozin Amirullah Mohon Tunggu... Blogger partikelir

Antusias pada perubahan, aktif dalam gerakan kerelawanan sosial dan sedang mengembangkan bisnis berbasikan sosioprenership. Menghargai budaya sebagai bunga terindah peradaban. Memandang politik bukan sebagai tujuan namun jalan mewujudkan keadilan sosial. Tak rutin menulis namun menjadikannya sebagai olah spiritual, pencarian makna, dah bahkan katarsis. Selalu terpesona dengan keindahan yang berasal dari dalam. Selain mengelola channel podcast di Youtube Podcast Pedjuang! juga menjadi Pembina Gerakan Turuntangan, sebuah gerakan mengajak anak-anak muda untuk berani turun tangan dari pada sekedar urun angan. Kenal lebih lanjut follow instagram @chozin.id | fb.com/chozin.muhammad | twitter: @chozin_id | tiktok @chozinnews

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lulusan Amerika, jadi Ustadz?

31 Agustus 2025   13:18 Diperbarui: 31 Agustus 2025   13:18 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Saat bertandang di rumah Faishol Adib

Jarang-jarang lulusan Amerika 'berkarir' menjadi ustadz. Lulusan Amerika biasanya jadi konsultan politik, dosen, bisnis, ataupun officer di lembaga international. Tapi teman yang satu ini memang khas.

Sahabat satu ini bernama Faishol Adib, biasa dipanggil Ichong. Kami berteman sejak sama-sama kuliah di UGM dan melanjutkan pasca sarjana di Ohio University, Amerika Serikat. Hari ini saya berkesempatan bertandang ke rumah yang sekaligus menjadi pesantren yang baru saja didirikannya. Minggu depan rencananya akan launching pesantren tersebut. Lokasinya di Potorono, Banguntapan, Bantul, DIY.

Meski western educated, Ichong memang terlahir di lingkungan pesantren. Lalu sejak SD Ia sudah dikirim orang tuanya ke pesantren yang cukup jauh dari rumahnya. Jadi cara bicara, gesture, dan gaya busananya memang identik santri. Basuhan pendidikan di Amerika tak mampu mencuci jejak-jejak tradisi pesantren dalam dirinya.

Alkisah, Ichong mendapat pesan dari neneknya: "kalau membangun rumah jangan dari depan, tetapi dari belakang". Pesan itu disampaikan berulang-ulang oleh Sang Nenek berulang-ulang tanpa ia tahu bahwa Ichong memang sudah membeli sebidang tanah di sebuah kampung di pinggiran timur Yogyakarta.

Bagi santri, pesan nenek-leluhur adalah sakral. Itu adalah titah-bertuah, jadi jangan pernah menanyakan alasan dan rasionalisasinya. Laksanakan saja, hikmah akan muncul di belakangnya. Sepeninggal nenek, Ichong hanya menjalankan saja amanah Sang Nenek tanpa tahu alasan pastinya: membangun rumah pada posisi belakang bidang tanahnya.

Foto: Saat bersantai di kediaman Faishol Adib
Foto: Saat bersantai di kediaman Faishol Adib

Beberapa tahun kemudian seorang teman datang menawarkan joglo Jawa yang dijual murah. Ia terima tawaran itu, dan tempatkan joglo tersebut di bagian halaman depan rumahnya. Joglo itu rupanya menjadi tempat warga berkumpul, bikin pengajian, dan ujungnya 'memaksai' dirinya mengampu pengajian-pengajian tersebut.

Tahun ini Ichong mulai membuka penerimaan santri baru, bagi para santri yang datang dari luar kampungnya. Jumlahnya masih terbatas, dan tentu diseleksi dengan ketat. Jadilah Ichong kini kyai pesantren. Pesantren yang ia rintis sendiri. Menariknya, ia ingin menjadikan bahasa Mandarin sebagai bahasa utama yang diajarkan di pesantrennya. Bayangkan 10-20 tahun ke depan, akan lahir santri-santri yang disamping cakap agama, mereka juga fluent bahasa Mandarin.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun