Las Vegas of Asia, begitulah julukan sebuah wilayah pulau kecil bernama Macau itu. Bekas koloni Portugis itu kini menjadi salah satu wilayah Republik Rakyat China yang memiliki otonomi khusus; memiliki sistem pemerintahan internal sendiri, sistem passport sendiri, mata uang, dan termasuk diperbolehkan menjalankan bisnis judi Casino yang bahkan diharamkan China daratan dan Hongkong. Casino justru menjadi penopang utama ekonomi Macau, yang tentunya dibackup dengan bisnis-bisnis jasa wisata lainnya seperti perhotelan dan kuliner.Berkesempatan menginap beberapa hari di Macau adalah ketidaklaziman bagi saya. Apalagi menginap di salah satu hotel utama di jantung kota Macau yang tentunya menjadi pusat aktivitas Casino. Begitu sampai di pintu utama lobi hotel, langsung terlihat tulisan Casino, menandakan lokasi dimana tersedia permainan Casino. Meski tak sempat mencoba permainan judof (judi-offline) tersebut, tetapi bisa saya rasakan hive dan suasana orang-orang yang keluar-masuk ke lokasi permainan.
Di luar soal Casino, Macao sesungguhnya wilayah yang eksotis. Banyak tempat menarik yang bisa dikunjungi seperti beberapa lokasi peninggalan Portugis berupa benteng, bangunan dan gereja tua, klenteng, dan tentunya kulineran khas ala Cantonese food. Disamping itu, hotel-hotel untuk penginapan di pusat kota juga memang didesain artistik menyerupai Eropa. Ada nama-nama hotel seperti Londoner, Italian, Venesian, dan sebagainya yang arsitekturnya sama dengan kota asalnya.
Salah satu situs yang menarik dikunjungi adalah benteng Portugis yang lokasinya berada di ketinggian dan langsung menghadap laut. Jika kita pernah mengunjungi beberapa benteng Portugis atau Belanda di Indonesia, maka secara umum bentuknya tak jauh beda. Cuma yang menarik adalah di lokasi benteng tersebut terdapat museum yang berisi barang-barang kuno dan diorama sejarah Macau. Melalui museum tersebut kita bisa memahami Macau secara utuh dari masa ke masa.
Berikutnya adalah situs bekas gereja Katolik masa Portugis. Bangunan yang tersisa adalah bagian fasad muka gereja yang menjadi icon Macau. Siapapun ke Macau terasa belum sah kalau belum foto di depan gereja tersebut. Aktivitas gerejanya sudah tidak ada, karena bangunan lengkapnya sudah runtuh. Namun kita masih bisa melihat sisa-sisa reruntuhannya yang masih dirawat dan dijadikan sebagai rute kunjungan.
Lokasi lainnya adalah klenteng tua tempat ibadah agama Budha dan Sinto. Di lokasi bersejarah tersebut memang terdapat dua klenteng, yaitu klenteng Budha dan klenteng Shinto. Di sekitaran lokasi klenteng inilah muasal nama Macao. Alkisah, sewaktu Portugis mendarat, mereka bertanya kepada penduduk lokal tentang nama lokasi, disebutlah Ma-Cao, yang berarti tempat dimana sumber air dan kehidupan.
Meski disebut sebagai serambi Las Vegas, namun tak banyak terlihat wisatawan bule berkunjung ke Macau. Orang-orang Portugis yang dulu tinggal, kini juga sebagian besar sudah kembali ke negeri asalnya di Eropa sana. Wisatawan terbanyak justru dari China daratan. Lokasi pulau Macau ke China daratan memang dekat, hanya menyeberang sekitar 30 menit-1 jam saja. Tak heran jika Macau menjadi destinasi wisata utama. Atau bisa jadi, karena di China daratan judi dilarang, sehingga mereka melampiaskan tradisi berjudinya di Macau?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI