Mohon tunggu...
M Chozin Amirullah
M Chozin Amirullah Mohon Tunggu... Relawan - Blogger partikelir

Antusias pada perubahan sosial, aktif dalam gerakan mewujudkannya. Menghargai budaya sebagai bunga terindah peradaban. Memandang politik bukan sebagai tujuan namun jalan mewujudkan keadilan sosial. Tak rutin menulis namun menjadikannya sebagai olah spiritual dan katarsis. Selalu terpesona dengan keindahan yang berasal dari dalam. Ketua Gerakan Turuntangan, Mengajak anak muda jangan hanya urun angan tetapi lebih bauk turun tangan. Kenal lebih lanjut di instagram: chozin.id | facebook: fb.com/chozin.id | twitter: chozin_id | Web: www.chozin.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenal Apa itu Santri dan Cantrik

4 Mei 2021   19:48 Diperbarui: 4 Mei 2021   19:56 556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid Pesantren Gebang Tinatar, Tegalsari, Ponorogo


KITA pasti familiar dengan istilah santri, istilah khusus untuk peserta didik (siswa) di pondok pesantren. Sama-sama siswa, kenapa musti dibedakan namanya?
Santri adalah anak-anak didik yang datang dari jauh untuk khusus belajar tentang ilmu agama dan tinggal di sebuah kompleks pendidikan yang disebut pesantren, di bawah asuhan para kyai.

Walaupun, seiring dunia pesantren semakin berkembang, kurikulum pendidikannya tidak hanya semata berisi pelajaran agama tetapi juga pelajaran umum.

Oleh karena itu, istilah santri bukan hanya bagi yang belajar ilmu agama saja, melainkan juga bagi yang belajar ilmu umum asalkan tinggal di pondok pesantren.

Dalam tradisi pesantren, konsep "santri", sebenarnya tidak muncul begitu saja. Istilah santri bermula ketika seorang kyai kenamaan bernama Mohammad Besari (wafat 1747 M) mulai membuka pusat pendidikan agama Islam - yang kemudian disebut pondok pesantren - secara massal di desa Tegalsari, Jetis, Ponorogo sekitar tahun 1600-an.

Pusat pendidikan agama tersebut diberi nama Pesantren Gebang Tinatar. Gebang adalah sejenis nama pohon yang menjulang tinggi seperti palem, tinatar artinya pendidikan atau perkaderan.
Sistem pendidikan di Pesantren Gebang Tinatar mampu memesona kalangan elite bangsawan Mataram Islam di Solo. Anak-anak bangsawan banyak yang dikirim untuk nyantri di sana.
Sunan Pakubuwono II adalah salah satu anak raja yang pernah nyantri di situ. Selain itu, nama-nama besar seperti pujangga Ronggowarsito dan Pangeran Diponegoro juga tercatat pernah menjadi santri di Gebang Tinatar.

Banyaknya elite bangsawan yang nyantri menjadikan pesantren Gebang Tinatar sangat dikenal di seluruh Nusantara sehingga jumlah santrinya sangat banyak. Sebuah sumber mengatakan jumlah santrinya mencapa 16.000 orang.

Kecemerlangan pesantren Gebang Tinatar asuhan Kyai Besari ini menjadi tonggak baru berkembangnya sistem pendidikan keagamaan di Nusantara.
Pesantren Gebang Tinatar mengubah sistem pendidikan, terutama di keraton, dari yang semula kyai dipanggil ke keraton untuk mengajarkan agama, berubah menjadi keraton mengirimkan anak-anaknya kepada kyai di pesantren.
Oleh karena itu, pesantren Gebang Tinatar di Tegalsari dianggap sebagai pesantren tertua dan merupakan akar dari munculnya pesantren-pesantren di Nusantara.

Apa bedanya dengan cantrik?

Lalu, apakah sebelum Pesantren Gebang Tinatar belum pernah ada sistem pendidikan yang mensyaratkan siswanya bermukim di lokasi? Jawabannya ada.
Bahkan sebelum mendirikan Gebang Tinatar, Kyai Mohammad Besari sendiri belajar kepada Kyai Donopuro di Desa Sentono, tidak jauh dari Desa Tegalsari. Akan tetapi, sistem pendidikannya waktu itu bersifat padepokan, siswanya tidak terlalu banyak dan berasal dari lingkungan terdekat.
Siswanya juga belajar apa saja, tidak melulu belajar agama. Siswa bahkan dituntut untuk bekerja membantu kyai melakukan pekerjaan-pekerjaan fisik, seperti bertani, merawat rumah, menjadi kurir barang dan sebagainya. Oleh karena itu disebutnya bukan santri melainkan "cantrik".

Kata cantrik memang lebih berasosiasi pada sosok pembantu (asisten) bagi seorang guru, ksatria, pendeta, dhalang, ataupun pertapa. Sifatnya berguru secara personal berdasarkan pengalaman berinteraksi dengan 'mentor' dalam keseharian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun