Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Kisah Matinya si Bandar Togel

19 Juli 2022   21:00 Diperbarui: 19 Juli 2022   21:27 1030
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Beberapa waktu lalu, seorang Bandar togel (toto gelap) bernama Porkas Panggabean meninggal dunia. 

Nama Porkas yang seorang BTL (Batak Tembak Langsung) dari Tarutung ini ternyata cukup dikenal di kalangan masyarakat. Apalagi ia dulunya adalah seorang jawara di Kawasan Lemahabang, Bekasi hingga Karawang sana. 

Oleh karena itu banyaklah pelayat datang ke rumah duka untuk memberi penghormatan terakhir kepada mendiang Porkas.

Namanya orang Batak, maka tertib acara penghiburan bagi keluarga yang berduka itu lalu diatur sedemikian rupa agar semua kelompok pelayat bisa mendapat giliran berbicara.

Setelah kelompok preman selesai memberi sepatah dua kata penghiburan kepada keluarga mendiang, maka tibalah giliran kelompok jurtul (juru tulis) dan agen togel memberikan kata-kata penghiburan.

Kelompok agen togel ini tadinya sudah mempersiapkan seorang juru bicara bagi mereka. Akan tetapi, untung tak dapat diraih malang tak dapat ditolak. Juru bicara ini mengalami "laka tunggal." Motornya menabrak angkot yang sedang ngetem di perempatan jalan menuju rumah Porkas tadi. 

Menurut "info A1," beliau Kini masih dirawat di tukang urut setempat. Setelah beliau ini sehat walafiat beberapa hari ke depan, maka ia pun akan mengucapkan sepatah dua kata di makam Porkas.

Kini kelompok agen togel terpaksa harus menunjuk seorang pembicara untuk mewakili mereka. Setelah aksi saling dorong diantara sesama jurtul tadi terjadi, maka hasilnya terdoronglah seorang pria paruh baya ke depan.

Setelah menghela nafas panjang, ia kemudian berkata, "Yang saya muliakan Bapak Delapan Kosong (Kepala Desa), Bapak Enam Kosong (Kapolres), Bapak Tujuh tujuh (walikota) dan Ibu Tiga enam (Pendeta Wanita) yang sudah berkenaan hadir ditempat ini."

Setelah melihat Bapak Enam Kosong manggut-manggut, ia kemudian meneruskan pidatonya. "Izinkanlah saya memperkenalkan diri. Nama saya Ucok Panggabean, BTL dari Tarutung dan juga merupakan tetangga dan anak didik dari Ketua mendiang ini. Di kampung kami tadinya hidup sebagai Delapan dua (gembala kerbau) dan Sembilan lima (petani) Karena bosan di kampung kami kemudian menjadi Empat lima (pengembara) ke Jakarta."

Setelah melihat Bapak Delapan Kosong mengacungkan jempolnya, Ucok lalu berkata. "Perlu saya sampaikan juga bahwa Ketua ini tadinya bercita-cita menjadi seorang kosong dua (sarjana) agar bisa menjadi Satu lima (Hakim), tapi kemiskinan kemudian melenyapkan impiannya itu. 

Akan tetapi ketua ini sebenarnya termasuk Empat-empat (Anak berandal) juga, maka ia pun menjadi Kosong delapan (maling kecil) hingga akhirnya menjadi Kosong lima (Kepala rampok)"

Setelah jeda sejenak Ucok kemudian melanjutkan pidatonya. "Dulu sekali, ketua ini pernah berkenalan dengan seorang Dua tujuh (Wanita cantik) yang lalu dijadikannya Tiga sembilan (Kekasih). Ketua berharap bisa menjadikannya sebagai Dua kosong (Istri sejati) akan tetapi itu adalah sebuah hil yang mustahal. 

Ternyata Dua tujuh tadi adalah seorang Empat tujuh (Banci) Ketua lalu mengusirnya sambil berseru, lebih baik saya menjadi Empat dua (Jejaka tua) daripada menikah dengannya. Dengan menahan duka, Empat tujuh tadi lalu pergi dengan perasaan hampa seperti layaknya seorang Empat tiga (Janda muda)"

Bapak Enam kosong dan Bapak Tujuh tujuh terlihat tidak dapat menahan tawanya, sementara wajah keluarga mendiang merah padam menahan amarah dan rasa malu.

Kelompok preman yang berdiri di belakang keluarga mendiang, tampak sangat terkejut dan terlihat tidak terima dengan kata-kata dari Ucok ini. Salah seorang dari jawara kemudian meraih sebuah belati dari balik pinggangnya.  

Untunglah sang Tujuh kosong (panglima preman) yang juga dikenal sebagai Om Kiu-kiu (sembilan sembilan atawa pria hidung belang) itu segera mengibaskan tangannya agar sang Sembilan enam (prajurit) tadi mengurungkan niatnya.

Melihat gelagat yang kurang baik itu, satu persatu dari kelompok agen togel tadi segera beringsut dari tekape Kosong tiga (Orang mati) meninggalkan Ucok yang sedang asyik meneruskan pidatonya.

Ucok lalu mengakhiri pidatonya "Untuk mempersingkat waktu, maka izinkanlah saya untuk mengakhiri kata-kata penghiburan ini. Sebentar lagi si Kosong tiga (Orang mati) ini akan kita masukkan ke dalam Dua dua (Peti mati). Marilah kita menjaga istri ketua yang kini menjadi Empat tiga (Janda) ini, agar jangan sampai pula menjadi Dua satu (Kupu-kupu malam) atau malah mau Enam tiga (kawin lagi). 

Terakhir marilah kita berdoa supaya si Kosong tiga (Orang mati) ini tidak berubah menjadi Kosong satu (Setan) Empat sembilan (Drakula) atau Enam lima (Raja setan)"

Ucok dengan pedenya lalu menoleh ke belakang seperti ingin menunjukkan kepada teman-temannya, betapa hebatnya ia berpidato. Namun ia sangat terkejut karena tidak melihat seorangpun dari mereka itu. Sementara itu dari arah depan tampak para preman berlari ke arahnya dengan wajah garang sambil menghunus samurai, badik, golok dan klewang!

Demikianlah laporan pandangan mata oleh seorang jurnalis warga langsung dari tekape. Belum diketahui bagaimana nasib si Ucok ini jadinya. Apakah ia berubah menjadi Kosong tiga (Orang mati) yang terbaring di dalam Dua dua (Peti mati) ataukah menjadi Delapan tujuh (Orang gila) di tangan para preman itu.

Wassalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun