Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Not For Sale, Emangnya Ada yang Nawar?

26 Februari 2021   18:20 Diperbarui: 26 Februari 2021   18:26 666
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
AHY, sumber: pikiran-rakyat.com

Di kawanan singa, memang hanya boleh ada seekor singa jantan yang kuat dan gagah untuk memimpin kelompok yang biasanya dihuni oleh para betina dan anak-anak singa.

Lha, singa jantan lain pada kemana?

Singa jantan lain itu memang harus pergi menjauh agar tidak dibunuh sang "ketum."

Singa hidup dengan berburu mangsa. Oleh karena itu anak-anak singa yang lahir haruslah dari bibit, bebet, bobot yang terbaik pula. Kalau seekor singa jantan tidak bisa mengalahkan "ketum-nya," maka dia bukanlah singa terbaik. Takutnya nanti anak-anak singa yang lahir lewat benihnya akan lebih suka meni-pedi daripada berburu rusa. Atau nantinya ada anak singa berkata, "anjai nek, eike takut sama darah, eike pilih sosis atau chicken nugget aja deh."

Beberapa kilometer dari kawanan itu, lewat penciumannya yang tajam, singa tua bisa mengendus kehadiran singa jantan lain. Sebenarnya para singa jantan itu selalunya mengikuti kelompok besar tadi. Bahkan mereka itu pun tadinya berdiam dalam kelompok besar, sebelum dihajar oleh sang ketum.

Mereka ini jelas bukan ancaman. Mereka ini juga sudah tua, renta dan termarjinalkan sebagai singa ompong dengan kuku tumpul.

Selain singa jantan tua tentunya ada pula singa jantan muda lainnya di luar sana. Akan tetapi mereka ini juga bukanlah ancaman.

Sebagian dari mereka ini justru sudah berganti "KTP." Lewat operasi plastik, bahkan ada pula yang berubah wujud menjadi seekor "banteng bermoncong putih!" Tampaknya kaum muda ini pun sudah berpindah pula ke lain hati.

Namun tampaknya singa tua sudah lelah untuk terus-menerus berkelahi dan memprovokasi singa lainnya. Sementara itu luas lahan teritorial merekapun semakin mengecil akibat dicaplok "mahluk pemangsa" lainnya pula. Lama kelamaan kawanan ini bisa saja punah dan berakhir di museum.

Nasib kawanan itu bisa saja akan sama seperti nasib parpol di Indonesia yang punah akibat krisis internal. Contohnya seperti Hanura dan PBB, yang kemudian tidak mendapat kursi lagi di parlemen.

Dalam pandangan penulis, apa yang terjadi pada dinamika politik di Indonesia saat ini tak ubahnya seperti yang terjadi di The Serengeti National Park Tanzania itu, yakni bahwa setiap mahluk hidup harus berjuang terus-menerus untuk mempertahankan hidupnya dengan berbagai cara agar bisa tetap hidup!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun