Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Not For Sale, Emangnya Ada yang Nawar?

26 Februari 2021   18:20 Diperbarui: 26 Februari 2021   18:26 666
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dini hari itu suasana magis berpadu dengan kabut dingin menerpa kawasan Cikeas. Di teras luar rumah terlihat beberapa lelaki berwajah tegang dengan rokok kretek yang selalu mengepul, ditemani kopi tubruk hitam pekat. Hanya sesekali mereka berbicara. Tak berapa lama kemudian keluar seorang wanita tua dari dalam kamar dan berkata, "bayinya laki-laki"

"Lho kok suaranya tidak kedengaran mbah?" kata lelaki muda itu sambil berdiri. "Lah iya lah, wong bayi itu masih kurang umur dan badannya juga lemah...."

Pepo akhirnya terpaksa harus turun gunung, entah dari Gunung Pangrango, entah dari Gunung Salak yang terlihat sangat jelas dari Jakarta itu. Akan tetapi turun gunungnya pepo kali ini memang jelas-jelas terlihat dari seluruh tanah air tercinta, yaitu dalam rangka untuk membereskan "piring kotor" yang dibuat berantakan oleh anak pepo tersayang. Apa pasal?

Beberapa waktu lalu AHY menuduh ada orang-orang atau kelompok tertentu yang berniat untuk mendongkel kekuasaan AHY sebagai ketua umum Partai Demokrat dengan cara yang kurang senonoh.

Bahkan ketika itu AHY kemudian meminta klarifikasi kepada Istana, apakah Istana mengetahui atau bahkan merestui tindakan kudeta tersebut.

Tiga dekade lalu, jab-jab ringan yang diarahkan tepat ke depan batang hidung seorang Mike Tyson, pastilah akan membuatnya mengamuk bak banteng ketaton. Sebuah upper-cut disusul straight plus sebuah gigitan di telinga, pastinya akan membuat si pemilik jab tadi kelojotan!

Akan tetapi di Istana tidak ada seorang Mike Tyson ataupun petinju lainnya. Di sana adanya para pemikir dengan jargon kerja, kerja kerja. Akibatnya sipemilik jab tadi hanya meninju angin saja.

Walaupun mirip dengan shadow boxing, akan tetapi "meninju angin" adalah pekerjaan sia-sia, bodoh, membuat capai karena salah sasaran dan menunjukkan jati diri dari orang yang "kurang umur!"

Sebaliknya shadow boxing adalah ajang pamer dari seorang petinju untuk menunjukkan footwork, intensitas pukulan, jab-jab, hook, upper-cut, straight, termasuk kelincahan tubuhnya ketika bergerak. Dia memang hanya meninju angin.

Akan tetapi jangan tertipu karena di situlah letak misterinya. Kekuatan pukulan itu jelas tidak bisa ditebak. Salah menilai atau menghitung langkah, maka lawannya itu akan segera "masuk angin" dan kemudian magerdi atas kanvas!

***

Di sebuah sudut The Serengeti National Park Tanzania, seekor singa tua terlihat cemas menatap kawanannya yang kini dipimpin oleh anaknya yang memang masih kurang umur itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun