Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Siti Zubaidah (Bagian 8)

17 Februari 2021   14:15 Diperbarui: 17 Februari 2021   14:27 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang perawat secara diam-diam lalu memasukkan obat pencahar kedalam kopi petugas Imigrasi tersebut. Tak berapa lama kemudian obat pencahar itu bekerja dengan sangat baiknya. 

Ketika petugas Imigrasi tersebut berada di dalam toilet, Siti segera melarikan diri ke pantai dekat perkampungan nelayan dimana Samosir dan Henry sudah menunggunya. Mereka lalu kabur naik kapal menuju Tanjung Balai, Sumatera Utara...    

Menjelang dini hari yang berkabut di perairan selat Malaka, tak jauh dari perbatasan perairan Malaysia-Indonesia, tiba-tiba terlihat kapal patroli Malaysia.

Seperti biasa, Samosir segera mematikan semua lampu di kapal dan segera saja melarikan kapalnya secepatnya menuju perairan Indonesia.

Melihat kapal penyeludup itu melarikan diri, kapal patroli Malaysia itu segera mengejar kapal kayu Samosir itu. Kapal patroli Malaysia itu sudah hampir saja menembaki mereka, tetapi urung dan seketika berbalik arah.

Ternyata sebuah kapal patroli Indonesia yang lebih besar dari kapal patroli Malaysia tersebut melintas dengan tenangnya. Namun sekarang justru merekalah yang mengejar kapal kayu Samosir itu!

"Lepas dari mulut harimau masuk ke mulut buaya!" Kapal patroli Indonesia pun sebelas dua belas juga ganasnya dengan kapal patroli Malaysia. Apalagi Samosir tidak membawa "bekal" seperti biasanya kalau dia membawa penumpang gelap ataupun barang seludupan ke Tanjung Balai.

Samosir kemudian seperti kesetanan saja melarikan kapal kayu itu meliuk-liuk membelah ombak selat Malaka yang kini semakin meninggi itu. Kapal patroli Indonesia itu kemudian mempercepat lajunya untuk mengejar kapal Samosir. Namun tak berapa lama kemudian, kapal patroli itu memperlambat kecepatannya, kemudian berbalik arah menuju perbatasan Malaysia.

Melihat dari kecepatan kapal penyeludup tersebut, nakhoda kapal patroli itu paham kalau kapal penyeludup itu bermuatan kosong. Jadi sia-sia saja mengejar mereka ini, "bensin habis sementara kantong buruannya pun kosong."

Kalaupun harus ditangkap, ABK beserta kapal terpaksa harus ditarik ke kantor, lalu buat laporan lagi. Tahanan pun harus diberi makan pula. Cape deh, lebih baik mengintai mangsa yang lain saja.    

Samosir tidak mengetahui kalau kapal patroli itu sudah menghentikan pengejarannya terhadap mereka. Dia hanya fokus kepada laju kapalnya dan bagaimana caranya agar bisa mengelabui kapal patroli tersebut. Ombak selat Malaka yang semakin kencang dirasanya cukup membantunya untuk menghindari kejaran dari aparat keamanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun