Mohon tunggu...
Choirul Nurahman
Choirul Nurahman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Semester 7

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Angka Kelaparan Tinggi tapi Limbah Makanan Juga Tinggi

20 Desember 2022   13:47 Diperbarui: 20 Desember 2022   13:53 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di era globalisasi seperti saat ini sampah menjadi permasalahan yang sangat serius untuk dibenahi. Pada umumnya sampah dikelompokan menjadi dua jenis, yaitu sampah organik dan anorganik. Selain itu kategori sampah juga dikelompokan menjadi beberapa jenis seperti sampah plastik, sampah sisa makanan, sampah kaca, sampah karton, sampah logam, sampah kain, hingga sampah kayu.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Direktorat Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), jumlah sampah di Indonesia pada tahun 2020 mencapai 64,3 juta ton. Dengan jenis sampah yang paling tertinggi adalah sampah makanan sebanyak 39,9 juta ton. Barilla Center For Food and Nutritions melaporkan jika satu orang Indonesia dapat menghasilkan 300 Kg sampah makanan pertahun.

Banyaknya sampah sisa makanan melebihi jumlah sampah plastik dalam komposisi sampah nasional. Kondisi tersebut juga bukan terjadi pada tahun 2020 saja tetapi juga tahun-tahun sebelumnya. Menurut Barilla Center For Food and Nutritions Tingginya angka sampah makanan di Indonesia membuatnya menjadi daftar negara dengan sampah makanan terbanyak kedua di dunia, setelah Arab Saudi dan disusul oleh Amerika Serikat dan Uni Emirat Arab pada 2018.

Masalah tingginya angka sampah makanan tersebut menjadi ironi karena data Global Hunger Index tahun 2021 menyatakan jika indeks kelaparan masyarakat Indonesia terdapat pada urutan ke 73 dari 116 negara dengan angka kelaparan masyarakat yang serius. Berdasarkan data dari BPS pada tahun 2020, angka kelaparan di tunjukan dengan prevalensi ketidakcukupan konsumsi pangan sebesar 8,34% dari total penduduk.

Selain menjadi ironi sosial, ditengah masih terdapat wilayah di Indonesia yang masih kekurangan makanan. Sampah makanan juga memberikan dampak pada kondisi ekonomi, lingkungan, dan juga gaya hidup. Kerusakan yang timbul dari sampah makanan di Indonesia dari kurun waktu 2000-2019 nilainya mencapai 213-551 triliun rupiah pertahun atau setara dengan 4%-5% dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta, Dian Rachmawati Afandi, S.TP.,M.P., Menjelaskan jika sampah makanan menjadi sampah organik yang dapat membentuk emisi gas rumah kaca. Penyebabnya karena bahan organik dapat menghasilkan gas metan yang 21 kali lebih merusak dan merangkap panas lebih banyak dibandingkan dengan karbondioksida. Sehingga sampah sisa makanan dalam sektor lingkungan dapat menjadi salah satu penyebab efek rumah kaca yang berdampak pada pemanasan global.

Pemerintah berkomitmen untuk mengurangi sampah makanan dengan memasukan penanganan sampah makanan sebagai salah satu bagian pembangunan rendah karbon yang tercantum, dalam berbagai peraturan termasuk RPJMN. Indonesia serius berkomitmen mengurangi sampah makanan sebesar 30% dan target penangan 70% pada 2025. Berbagai strategi diterapkan seperti Good Agriculture Processing (GAP), Good Handling Processing (GHP), Good Distribution Processing (GDP). Dan masih banyak lagi.

Selain dari upaya yang dilakukan oleh pemerintah kesadaran dari individu mengenai sampah makanan juga penting untuk diperhatikan salah satunya adalah dengan mengolah kembali sampah makanan tersebut menjadi makanan lain. Pengelolaan sampah makanan dapat menunjang ketahanan pangan karena makanan tidak terbuang sia-sia dan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Pengendalian sampah kini menjadi penting dimana manajemen sampah secara struktural dapat membantu dalam mengatasi permasalahan ini dan tentunya pengelolaan sampah tersebut lebih utama dimulai dari kesadaran diri sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun