Mohon tunggu...
Choirul Anam
Choirul Anam Mohon Tunggu... Penulis tinggal di Bojonegoro

Setiap perjalanan adalah peluang untuk menemukan hal baru, menghadapi tantangan, dan menemukan kekuatan dalam diri. Jangan mengeluh tentang perjuanganmu. Bersyukurlah karena kamu masih diberi kesempatan untuk berjuang.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

MBG dan Pangan Lokal: Dari Papeda sampai Pizza Tiwul

2 Oktober 2025   19:24 Diperbarui: 2 Oktober 2025   19:24 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menu MBG dan Pangan Lokal | www.tangselpos.id

Kalau ditanya soal makanan pokok di Indonesia, hampir pasti jawabannya: nasi. Bahkan, ada ungkapan yang sudah jadi pepatah sehari-hari: "belum makan kalau belum makan nasi." Padahal, negeri ini sejatinya punya banyak sekali sumber karbohidrat selain beras. Dari ujung timur sampai barat, ada jagung, ubi, singkong, talas, sampai sagu yang semuanya menyimpan gizi dan cerita kearifan lokal.

Mari kita tengok Nusa Tenggara Timur. Di Timor, jagung bukan sekadar sayur pelengkap lauk, tapi justru makanan pokok. Jagung disangrai, dikeringkan, digiling, lalu jadi bubur khas yang mengenyangkan. Di Papua dan Maluku, sagu jadi raja. Dari batang pohon raksasa itu, lahirlah papeda, bubur kental lengket yang biasanya dinikmati dengan ikan kuah kuning. Sementara di Jawa, meski nasi jadi dominan, kita mengenal gaplek, tiwul, dan gatot dari singkong kering yang jadi alternatif pengganti beras di masa lalu.

Artinya, sejak lama orang Indonesia punya menu berbasis pangan lokal yang beragam, hanya saja seiring modernisasi, banyak yang tersingkir. Kini, dengan adanya program Makanan Bergizi Gratis (MBG), ada peluang emas untuk menghidupkan kembali warisan itu.

Pertama, jagung bose khas NTT. Ini bukan sekadar jagung rebus, melainkan jagung putih yang direbus lama bersama kacang-kacangan hingga lembut. Teksturnya gurih, cocok dimakan anak-anak, apalagi kalau disajikan dengan ikan atau sayur bening.

Kedua, papeda dari Maluku dan Papua. Meski butuh adaptasi rasa, papeda bisa dimodifikasi agar lebih ramah lidah anak-anak, misalnya dipadukan dengan lauk ayam atau telur berbumbu ringan.

Ketiga, tiwul dari Jawa dan sebagian wilayah Indonesia timur. Dibuat dari singkong yang dikeringkan, tiwul punya rasa khas yang bisa dipadu dengan sayur lodeh atau lauk sederhana.

Keempat, olahan ubi. Ubi ungu, misalnya, bisa dijadikan bubur, bolu, atau bahkan rice bowl versi lokal yang lebih menarik buat generasi muda.

Dengan demikian, menu MBG tidak perlu seragam di seluruh Indonesia. Justru keunikan tiap daerah bisa dirayakan melalui pangan lokal yang khas.

Apakah Anak-anak Akan Menyukainya?

Pertanyaan klasik. Anak-anak zaman sekarang sudah akrab dengan roti tawar, sosis, nugget, hingga mi instan. Lalu, bagaimana jika mereka dihadapkan pada tiwul atau papeda?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun