Lebih dari itu, mereka belajar tentang empati. Menjadi aktivis berarti bersentuhan langsung dengan penderitaan orang lain, dengan realitas sosial yang sering kali jauh dari kehidupan sehari-hari mereka. Dari situ, tumbuhlah kesadaran bahwa dunia ini tidak hanya tentang diri sendiri, tetapi juga tentang orang lain yang perlu dibela.
Sebagai orang tua atau orang dewasa, alih-alih hanya merasa khawatir, kita bisa memandang aktivisme sebagai bagian dari proses pendewasaan. Justru dengan mendampingi dan memberi arahan, anak-anak muda akan lebih bijak dalam menentukan sikap dan mengelola energi mereka.
Ada yang beranggapan bahwa gelombang aktivisme anak muda hanya sekadar tren, mirip dengan fenomena viral di media sosial yang cepat muncul dan cepat hilang. Pandangan ini tidak sepenuhnya salah. Memang ada anak-anak muda yang ikut aksi hanya untuk eksistensi, demi konten, atau karena takut ketinggalan tren.
Namun, jika kita perhatikan lebih serius, aktivisme anak muda juga bisa dipandang sebagai tanda kebangkitan kesadaran. Mereka hidup di era di mana informasi mudah diakses, isu global cepat masuk ke layar ponsel, dan jejaring solidaritas lintas negara bisa terbangun hanya dengan satu tagar. Hal ini membuat anak-anak muda lebih peka, lebih cepat merespons, dan lebih berani untuk bersuara.
Mungkin benar, sebagian gerakan akan redup begitu saja. Tetapi sebagian lainnya akan bertahan, bertransformasi menjadi komunitas, bahkan melahirkan pemimpin-pemimpin baru. Dari situlah kita bisa melihat potensi kebangkitan yang nyata.
Apa yang Bisa Kita Contoh?
Sebagai generasi yang lebih dewasa, ada beberapa hal yang bisa kita contoh dari fenomena aktivisme anak muda:
Keberanian bersuara. Anak muda tidak takut untuk menyampaikan pendapat, bahkan terhadap isu besar yang sering dianggap tabu. Ini bisa menginspirasi kita untuk tidak pasif.
Kreativitas dalam aksi. Dari mural, musik, hingga kampanye digital, aktivisme mereka penuh warna dan segar. Cara ini lebih mudah menyentuh publik ketimbang retorika panjang yang membosankan.
Solidaritas lintas batas. Anak muda mampu membangun jejaring, bahkan melampaui batas geografis dan ideologis. Sebuah pelajaran penting di tengah masyarakat yang sering terpecah belah.
Semangat perubahan. Mereka percaya bahwa perubahan itu mungkin, meski kecil sekalipun. Sebuah optimisme yang sering hilang pada generasi lebih tua.