Mohon tunggu...
Choirul Anam
Choirul Anam Mohon Tunggu... Penulis tinggal di Bojonegoro

Setiap perjalanan adalah peluang untuk menemukan hal baru, menghadapi tantangan, dan menemukan kekuatan dalam diri. Jangan mengeluh tentang perjuanganmu. Bersyukurlah karena kamu masih diberi kesempatan untuk berjuang.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Mengonlinekan NU Bojonegoro: Dari Konsolidasi ke Konektivitas

15 Agustus 2025   17:59 Diperbarui: 15 Agustus 2025   17:59 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di bawah langit Bojonegoro yang baru saja disemarakkan oleh pelantikan pengurus PCNU dan Banomnya---Ansor, Fatayat, IPNU, dan IPPNU---ada satu pertanyaan penting yang mulai menggelitik: setelah semua sah dilantik, foto bersama dibagikan ke WhatsApp grup dan feed Instagram, lalu apa?

Jawabannya bisa jadi sesederhana: saatnya mengonlinekan NU Bojonegoro.

Jangan salah. Ini bukan ajakan untuk meninggalkan ngaji kitab kuning dan beralih ke TikTok dakwah (meskipun bisa juga sih), tapi lebih kepada mengkonsolidasikan potensi besar NU melalui pemanfaatan teknologi digital. Sebab, di era internet of things ini, konsolidasi organisasi tidak cukup hanya dilakukan lewat rapat-rapat fisik dan apel akbar. Perlu langkah nyata menghubungkan hati dan pikiran warga NU melalui koneksi yang lebih cepat dari sinyal HT Banser.

Konsolidasi itu Wajib, Tapi Online-kan Itu Sunnah Muakkad

Pelantikan pengurus PCNU dan Banom baru-baru ini adalah momentum penting. Ia bukan hanya ajang formalitas mengangkat sumpah, tapi juga momen strategis untuk memulai konsolidasi gerakan. Dalam konteks NU, konsolidasi bukan cuma menyatukan visi dan misi organisasi, tapi juga menjahit ulang tali silaturahim antar warga nahdliyin yang tersebar dari kota sampai pelosok dusun.

Namun, jika konsolidasi hanya dikerjakan dengan pendekatan konvensional, risikonya besar: program jalan tapi tak terdengar, gerakan besar tapi sepi dukungan, dan yang paling gawat, kader muda lebih tahu trending challenge TikTok daripada jadwal kegiatan PAC atau ranting.

Di sinilah pentingnya mengonlinekan NU. Menghidupkan kanal digital NU Bojonegoro sebagai etalase gerakan dan pusat konsolidasi informasi. Bayangkan kalau semua kegiatan PAC hingga ranting terdokumentasi rapi di website dan akun media sosial NU Bojonegoro. Dokumentasi digital bukan lagi sekadar buat arsip ketua, tapi juga jadi alat belajar kader-kader baru.

Dari Masjid ke Media Sosial: Jalan Baru Dakwah Kultural

Kita tahu, NU punya kekuatan besar dalam dakwah kultural---selawatan, manaqiban, tahlilan, sampai pengajian umum yang digelar dari panggung tenda. Tapi tantangan hari ini adalah: bagaimana mengemas dakwah-dakwah tersebut agar bisa menjangkau generasi yang lebih akrab dengan YouTube daripada kitab Safinatun Najah?

Sudah saatnya NU Bojonegoro tidak hanya konsolidasi struktur, tapi juga konsolidasi konten. Misalnya, video pendek tentang kearifan lokal ala NU, tutorial ngaji kitab kuning versi 3 menit, atau podcast santai yang membahas tradisi keislaman ala pesantren. Tidak harus sempurna, yang penting konsisten. Kalau akun TikTok NU bisa bikin orang jatuh cinta pada Islam ramah, itu sudah lebih dari cukup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun