Tapi Bagaimana Jika Kita Masih Butuh Harta di Dunia?
Tentu saja, tak ada yang salah dengan menabung di bank, membeli rumah, atau merencanakan masa depan secara finansial. Islam tidak pernah melarang kita untuk kaya, bahkan mendorong kita agar menjadi hamba yang kuat secara ekonomi. Tapi yang salah adalah ketika kita terlalu melekat pada harta dan lupa bahwa harta itu titipan.
Menabung di langit bukan berarti mengabaikan bumi, tapi menyeimbangkan keduanya. Bahwa di balik setiap rezeki yang kita terima, ada bagian yang bukan untuk kita nikmati sendiri, tapi untuk kita salurkan.
Kisah Nyata: Bukti Menabung di Langit Itu Nyata
Ada satu kisah menarik dari zaman Rasulullah. Suatu ketika, sahabat bernama Abu Talhah memiliki kebun yang sangat subur, bernama Bairuha. Letaknya strategis, dekat masjid, dan airnya jernih. Ketika turun ayat tentang infak, "Kamu tidak akan mendapatkan kebajikan sampai kamu menginfakkan sebagian dari apa yang kamu cintai" (QS Ali Imran: 92), Abu Talhah langsung mendatangi Nabi dan berkata, "Ya Rasulullah, aku infakkan kebun terbaikku untuk Allah."
Coba bayangkan, kalau hari ini ada orang yang punya properti di tengah kota---dan dia wakafkan seluruhnya. Kita pasti bilang, "Gila, ini orang dermawan banget." Tapi bagi Abu Talhah, itu bukan kegilaan. Itu strategi investasi abadi. Ia tahu bahwa harta yang paling berharga bukan yang kita simpan, tapi yang kita lepaskan untuk kebaikan.
Langit Tidak Pernah Lupa
Setiap kebaikan yang kita lakukan---sekecil apa pun---tidak akan hilang. Jika dunia tidak mencatatnya, langit mencatatnya. Jika manusia tidak membalasnya, Tuhan akan membalasnya. Kadang balasannya datang cepat, kadang ditunda untuk saat yang lebih tepat. Tapi satu hal pasti: ia tidak akan pernah sia-sia.
Menabung di langit bukan hanya tentang materi. Senyum kepada orang lain, menghibur yang sedih, menenangkan yang panik, atau memaafkan yang bersalah---semuanya juga bentuk tabungan amal. Kita tidak tahu amal mana yang kelak akan menjadi kunci keselamatan kita. Maka lebih baik kita terus menabung, walau receh.
Penutup: Ayo Mulai Investasi di Langit
Hari ini, saat kita begitu sibuk merancang masa depan, membeli asuransi, menyiapkan dana pensiun, ada baiknya kita juga bertanya: "Sudahkah aku punya simpanan di langit?"