Mohon tunggu...
muhammad chioke zulkarnain
muhammad chioke zulkarnain Mohon Tunggu... Freelancer - Hubungan internasional universitas sriwijaya

Haii

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Faktor Penentu Keberhasilan Negara dalam Diplomasi Koersif

2 Desember 2021   23:31 Diperbarui: 2 Desember 2021   23:56 2805
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Meskipun dalam praktiknua, negara yang melakukan kekerasaan harus bisa menggunakan kekerasan secara maksimal, namun negara yang melakukan kekerasan juga harus bisa memasikan bahwa negara target tidak mencurigai penggunaan kekerasan.

Tujuan Diplomasi ?

Terdapat beberapa suau tujuan diplomasi, di antaranya ialah sebagai berikut :

  • Lindungi terhadap warga negara Anda sendiri di luar negeri.
  • Dapat mewakili Negara dan negara mereka sendiri di luar negari.
  • Dapat menyampaikan dan menutup dalam sebuah informasi yang berguna.
  • Mempromosikan, membina dan memelihara hubungan yang lancar dengan negara lain.
  • Memastikan bahwa kepentingan negara tidak dirugikan di panggung politik internasional.

Dalam dinamika politik global, diplomasi koersif dapat dikatakan berhasil jika mengacu pada 2 (dua) metode. 

Pertama, ultimatum lengkap. Pendekatan ini menunjuk kan bahwa setidaknya ada 3 (tiga) aspek penting yang harus di perhatikan untuk persyaratan negara target, yaitu per syaratan yang sangat spesifik dan jelas, memberikan masa tenggang bagi negara target untuk memulai kerja sama, dan jika negara tersebut tidak mau meng ikuti kerja sama yang di minta oleh negara peserta maka pola atau persyaratan nya merupa kan ancaman yang jelas bagi negara target.

Kedua, ini adalah metode percobaan. Dalam pendekatan ini, hanya aktor negara yang mampu di haruskan memberika persyaratan yang spesifik dan jelas. Ancaman nyata dan masa tenggang akan diberikan kemudian. 

Metode ini berusaha untuk memahami bagaimana negara target akan ber reaksi terhadap diplomasi koersif yang di lakukan oleh negara yang menyebabkan negara penyerang, dan respon apa yang akan di dapatkan dari negara tersebut. Setelah melihat reaksi yang di timbulkan, hanya negara pelaku dapat menyusun langkah berikut nya sesuai dengan kebutuhan yang ditunjukan kepada negara sasaran tersebut.

Sebagai sebuah contoh dalam diplomasi koersif yang terjadi pada invasi militer oleh Amerika Serikat di wilayah Suriah. Invasi tersebut di dasarkan pada informasi bahwa pemerintah Suriah sudah menggunakan senjata kimia dalam proses penyerangan kelompok oposisi yang meng akibatkan Presiden pada saat itu Barrack Obama mengambil suatu kebijakan untuk melakukan intervensi dan membantu per senjataan kelompok oposisi.


Di sisi lain, juga terdapat kasus-kasus di mana diplomasi wajib gagal, seperti diplomasi wajib Arab Saudi dengan Qatar pada tahun 2017. Arab Saudi memutuskan hubungan diplomatik dengan Uni Emirat Arab, Bahrain, Turki dan negara-negara lain serta Qatar. Keempat negara tersebut menuduh Qatar sebagai negara yang aktif mendukung terorisme Al Jazeera sering mempublikasikan propaganda.

Pada awal krisis, kesenjangan antara Arab Saudi dan Qatar sangat terlihat jelas. Jika Arab Saudi dan sekutunya setuju untuk mengambil tindakan militer, Qatar akan terlihat kesulitan mem pertahankan negara nya. Namun, Turki yang telah menyetujui militer dengan Qatar, berusaha untuk mengerahkan semua pasukan ke Doha.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun