Mohon tunggu...
Hilal Ardiansyah Putra
Hilal Ardiansyah Putra Mohon Tunggu... -

Pengiat Literasi Kutub Hijau

Selanjutnya

Tutup

Politik

The New World order, Tata Dunia Presiden Dajjal

7 Desember 2015   06:04 Diperbarui: 7 Desember 2015   06:04 5103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

System demokrasi sebenarnya ada miripnya dengan sistem syuro dalam sistem pemerintahan Islam. Yang membedakan adalah, pemenang dalam demokrasi adalah yang mendapat suara terbanyak, terlepas dari benar-salahnya sebuah kebijakan. Jika suatu kebijakan salah atau buruk dalam perspektif sosial-agama, namun mendapat suara terbanyak, mau tidak mau kebijakan tersebut harus diakui dan menjadi peraturan perundang-undangan. Berbeda dengan sistem syuro, disamping suara terbanyak, system syuro harus melihat sebuah dampak kebijakan, baik dan buruknya bagi Agama, dan masyarakat.

Namun sistem demokrasi tidak selalu seteli tiga uang. Demokrasi akan sesuai prinsip syuro jika orang-orang yang duduk di kursi pemerintahan, terutama legislatif, diisi oleh orang-orang yang paham agama. Orang yang paham agama, plus ada rasa takut kepada Allah Ta’ala, maka kebijakan yang dirancang di badan legislatif akan selalu melihat baik-buruknya dalam perspektif agama. Dan perlu kita ketahui bersama, baik menurut Agama (Islam) sudah pasti baik bagi manusia, dan buruk menurut Agama sudah pasti buruk buat manusia.

Ir. Soekarno pernah berpidato, “Jikalau memang rakyat Indonesia rakyat yang bagian besarnya rakyat Islam, dan jikalau memang Islam disini agama yang hidup berkobar-kobar di dalam kalangan rakyat, marilah kita pemimpin-pemimpin menggerakkan segenap rakyat itu, agar supaya mengerahkan sebanyak mungkin utusan-utusan Islam kedalam badan perwakilan ini.

Ibaratnya badan perwakilan rakyat 100 orang anggotanya, marilah kita bekerja sekeras-kerasnya agar supaya 60, 70, 80, 90 yang duduk dalam perwakilan rakyat ini orang Islam, pemuka-pemuka Islam. Dengan sendirinya hukum-hukum yang keluar dari badan perwakilan rakyat itu, hukumnya Islam pula.”

Satu Sistem keagamaan dengan Teologi Bid’ah

Yahudi, mau tidak mau agar impian mereka terwujud untuk menciptakan new world order adalah dengan menghabisi musuh utama mereka, Islam-Muslim. Dan memang, bagi Islam sendiri, Yahudi plus orang-orang Atheis atau musyrik adalah kelompok yang sangat besar rasa permusuhannya terhadap Islam. Allah Ta’ala menjelaskan masalah ini dalam al-Qur’an, “Kalian akan benar-benar mendapatkan orang-orang yang sangat keras permusuhannya kepada kalian adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang yang mensekutukan Allah....”

Teologi bid’ah adalah sebuah teologi yang dirancang untuk menyesatkan kaum muslimin. Setidaknya tiga teologi baru telah mereka jalankan dan telah mereka propagandakan ; Sekulerime, pluralisme, dan liberalisme merupakan tiga teologi bid’ah baru yang sangat merusak bagi kehidupan beragama, apa pun itu agamanya. 

Sekulerisme memandang bahwa Tuhan hanya ada di Masjid, keluar dari Masjid sudah tidak ada Tuhan lagi. Di pasar, di pemerintahan, di bank, Tuhan sudah tidak ada lagi. Tuhan telah terkurung dalam penjara sempit bernama masjid. Kira-kira begitulah sekulerisme. Yahudi menginginkan agar sistem Islam digantung di gantungan mukena di Masjid-Masjid, keluar dari Masjid, hukum Yahudi lah yang dipakai. Sistem Islam adalah musuh nomor wahid bagi Yahudi. Jika sistem Islam ada di mana-mana, maka sistem Dajjal tidak akan ada ruang geraknya kecuali sangat sempit.

Pluralisme menginginkan sebuah teologi bid’ah yang menganggap semua agama adalah sama. Ibarat pintu Masjid, Masjid memiliki banya pintu, dan terserah manusia dia mau masuk Masjid lewat pinta mana saja. Bagi mereka surga memiliki banyak pintu, orang Yahudi masuk lewat pintu Yahudi, Nasrani lewat pintu Nasrani, Islam lewat pintu Islam, dan juga keparcayaan-kepercayaan lainnya, masuk lewat pintunya masing-masing. Teologi semacam ini adalah teologi sesat dan menyesatkan. Pluralitas memang ada, tapi pluralisme bagi Islam tidak ada. Jika semua agama benar, kenapa para pengikut Dajjal melarang syariat Islam tegak ? toh seharusnya mereka membiarkan Syariat Islam tegak kerena sama-sama benar. Dan pada nyatanya, dimana ada Negara yang menginginkan syariat Islam tegak, maka di situlah pengikut Dajjal akan berbuat kerusakan dan makar. 

Liberalisme menginginkan sebuah kebebasan dalam menafsirkan agama, teks-teks agama. Liberalisme menghendaki penafsiran ulang, menggoyahkan yang telah tsabit, dan mencabut yang sudah tidak tsabit lagi. 

Ketiga teologi bid’ah ini bermuara pada satu tujuan, membentuk sebuah agama baru dengan Dajjal al-Masih palsu sebagai tuhannya. jika semua orang kepercayaan teologisnya sudah sesuai dengan kehendak Dajjal, maka akan lebih muda lagi new world order berdiri.  Tragisnya  adalah, para penyebar paham bid’ah tersebut adalah orang-orang muslim sendiri, dan lebih tragisnya lagi paham-paham tersebut disebarkan kepada masyarakat melalui lembaga-lembaga keilmuan Islam semacan IAIN atau UIN.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun