Mohon tunggu...
Chilmi Muhammad Alawi
Chilmi Muhammad Alawi Mohon Tunggu... -

I am an amateur writer but i have a dream to be professional writer\r\n\r\ndon't forget to follow my twitter @chilmi_muhammad

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kasih Sayang Rasul Kepada Orang Yahudi

17 Juli 2012   13:52 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:52 1598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock



Rasulullah Muhammad SAW adalah seorang yang berbudi luhur, penyayang, lembut, santun bertutur sapa, dan mempunyai segala sifat baik dari seluruh manusia di bumi, maka tidaklah salah bila beliau dianggap sebagai manusia paling sempurna. Berikut ini di ceritakan sebuah kisah dari berbagai banyak kisah teladan dari Rasulullah SAW, dimana kisah ini menceritakan tentang sikap Rasulullah kepada seorang Yahudi buta yang selalu menghina, mencaci maki dan menghujat rasul dimana pun dia berada.

Meskipun dia secara langsung belum pernah melihat sosok Rasulullah SAW , di karenakan kondisi matanya yang buta dan keadaannya yang suda beradah di usia senja, namun itu semua tidak bisa menghalangi sifat bencinya kepada Rasulullah SAW.Suatu ketika Rasul melihat kondisi seorang Yahudi ini yang teramat kasihan, dia hanya bergantung makan dari belas kasih seseorang yang lewat di depannya, beliaupun merasa ibah dan mendekati orang Yahudi ini seraya memberikan sebuah makanan.

Rasul pun kemudian di tanya oleh orang Yahudi ini, “terima kasih, siapa namamu wahai seorang yang dermawan?” mendengar pertanyaan itu Rasulpun tersenyum, karena Rasul sudah mengetahui dari para sahabat, kalau orang ini begitu bencinya terhadap beliau. Sehingga Rasul hanya menjawab “saya hanya seorang pemuda di kota ini”. dan orang Yahudi tadi kembali membalas “terima kasih banyak atas makanannya”. Seraya mengucapkan kata “iya sama-sama” Rasul SAW menyuapi seorang Yahudi tadi. Keadaan seperti ini terus berulang di setiap paginya.

Sampai pada suatu ketika, dimana Rasulullah SAW akan wafat, beliau sempat berpesan kepada sahabat Abu Bakar Ash Shiddiq, untuk meneruskan tugas Rasul dalam memberikan makan setiap pagi kepada seorang Yahudi buta yang terkenal akan sifat bencinya kepada beliau, apabila Rasul telah tiada. Sahabat Abu Bakar pun sedih mendapat amanah seperti itu, beliau merasakan sebuah pertanda kalau perjumpaan beliau dengan Rasul akan segera berakhir di dunia. Dan memang benar, tak lama setelah itu Rasul telah sampai umur, dan kembali kepada Allah dengan meningglkan kasih dan sayangnya kepada seluruh umatnya.

Sahabat Abu Bakar pun lantas segera melaksanakan amanah terakhir dari Rasulullah, yakni memberi makan kepada seorang Yahudi seperti yang di perintahkan, namun saat sahabat Abu Bakar menyuapi orang Yahudi tersebut, tiba-tiba orang Yahudi ini memukul sahabat Abu Bakar dengan tongkat,kemudian mengatakan “ kamu bukan orang yang biasa menyuapi ku di pagi hari”, sahabat Abu Bakar membalas “mengapa engkau tahu, padahal penglihatanmu buta?” orang Yahudi mencoba menjelaskan “ seseorang yang datang setiap pagi untuk menyuapi ku penuh kelembutan dan kasih sayang, sedangkan engkau tidak terlihat menyerupainya, dia mengunyahkan makanan dari mulutnya kemudian baru menyuapkan ke mulutku” seketika itu juga sahabat Abu Bakar menangis, teringat kepada sosok orang yang paling dia cintai.

Tak berapa lama kemudian suara orang Yahudi itu kemudian memecahkan suasana haru dari sahabat Abu Bakar Ash Shiddiq, dia bertanya dengan nada keras “ dimana orang yang biasanya datang kepada ku setiap pagi?” sahabat Abu Bakar sambil menestak air mata menjawab “ orang itu kini telah tiada, dia telah kembali kepada Tuhannya beberapa hari yang lalu”. Mendengar akan berita tersebut, orang Yahudi terlihat mulai meneteskan air matanya. Kemudian sahabat Abu Bakar meneruskan pembicaraannya “ dan tahukah engkau siapa orang yang setiap pagi datang untuk melayanimu dengan baik itu? dia adalah Muhammad, orang yang selama ini engkau benci dan engkau hujat.

“Apakah benar hal itu?” reaksi dari seorang Yahudi tadi, “ benar dan sekarang engkau tidak akan pernah lagi merasakan kasih sayangnya dalam melayanimu” tambahan dari sahabat Abu Bakar. Seketika itu juga orang Yahudi tersebut memeluk islam dan mengucapkan dua kalimat syahadat di depan sahabat Abu Bakar Ash Shiddiq ra.

Kasih Sayang Rasul Kepada Orang Yahudi

Rasulullah Muhammad SAW adalah seorang yang berbudi luhur, penyayang, lembut, santun bertutur sapa, dan mempunyai segala sifat baik dari seluruh manusia di bumi, maka tidaklah salah bila beliau dianggap sebagai manusia paling sempurna. Berikut ini di ceritakan sebuah kisah dari berbagai banyak kisah teladan dari Rasulullah SAW, dimana kisah ini menceritakan tentang sikap Rasulullah kepada seorang Yahudi buta yang selalu menghina, mencaci maki dan menghujat rasul dimana pun dia berada.

Meskipun dia secara langsung belum pernah melihat sosok Rasulullah SAW , di karenakan kondisi matanya yang buta dan keadaannya yang suda beradah di usia senja, namun itu semua tidak bisa menghalangi sifat bencinya kepada Rasulullah SAW.Suatu ketika Rasul melihat kondisi seorang Yahudi ini yang teramat kasihan, dia hanya bergantung makan dari belas kasih seseorang yang lewat di depannya, beliaupun merasa ibah dan mendekati orang Yahudi ini seraya memberikan sebuah makanan.

Rasul pun kemudian di tanya oleh orang Yahudi ini, “terima kasih, siapa namamu wahai seorang yang dermawan?” mendengar pertanyaan itu Rasulpun tersenyum, karena Rasul sudah mengetahui dari para sahabat, kalau orang ini begitu bencinya terhadap beliau. Sehingga Rasul hanya menjawab “saya hanya seorang pemuda di kota ini”. dan orang Yahudi tadi kembali membalas “terima kasih banyak atas makanannya”. Seraya mengucapkan kata “iya sama-sama” Rasul SAW menyuapi seorang Yahudi tadi. Keadaan seperti ini terus berulang di setiap paginya.

Sampai pada suatu ketika, dimana Rasulullah SAW akan wafat, beliau sempat berpesan kepada sahabat Abu Bakar Ash Shiddiq, untuk meneruskan tugas Rasul dalam memberikan makan setiap pagi kepada seorang Yahudi buta yang terkenal akan sifat bencinya kepada beliau, apabila Rasul telah tiada. Sahabat Abu Bakar pun sedih mendapat amanah seperti itu, beliau merasakan sebuah pertanda kalau perjumpaan beliau dengan Rasul akan segera berakhir di dunia. Dan memang benar, tak lama setelah itu Rasul telah sampai umur, dan kembali kepada Allah dengan meningglkan kasih dan sayangnya kepada seluruh umatnya.

Sahabat Abu Bakar pun lantas segera melaksanakan amanah terakhir dari Rasulullah, yakni memberi makan kepada seorang Yahudi seperti yang di perintahkan, namun saat sahabat Abu Bakar menyuapi orang Yahudi tersebut, tiba-tiba orang Yahudi ini memukul sahabat Abu Bakar dengan tongkat,kemudian mengatakan “ kamu bukan orang yang biasa menyuapi ku di pagi hari”, sahabat Abu Bakar membalas “mengapa engkau tahu, padahal penglihatanmu buta?” orang Yahudi mencoba menjelaskan “ seseorang yang datang setiap pagi untuk menyuapi ku penuh kelembutan dan kasih sayang, sedangkan engkau tidak terlihat menyerupainya, dia mengunyahkan makanan dari mulutnya kemudian baru menyuapkan ke mulutku” seketika itu juga sahabat Abu Bakar menangis, teringat kepada sosok orang yang paling dia cintai.

Tak berapa lama kemudian suara orang Yahudi itu kemudian memecahkan suasana haru dari sahabat Abu Bakar Ash Shiddiq, dia bertanya dengan nada keras “ dimana orang yang biasanya datang kepada ku setiap pagi?” sahabat Abu Bakar sambil menestak air mata menjawab “ orang itu kini telah tiada, dia telah kembali kepada Tuhannya beberapa hari yang lalu”. Mendengar akan berita tersebut, orang Yahudi terlihat mulai meneteskan air matanya. Kemudian sahabat Abu Bakar meneruskan pembicaraannya “ dan tahukah engkau siapa orang yang setiap pagi datang untuk melayanimu dengan baik itu? dia adalah Muhammad, orang yang selama ini engkau benci dan engkau hujat.

“Apakah benar hal itu?” reaksi dari seorang Yahudi tadi, “ benar dan sekarang engkau tidak akan pernah lagi merasakan kasih sayangnya dalam melayanimu” tambahan dari sahabat Abu Bakar. Seketika itu juga orang Yahudi tersebut memeluk islam dan mengucapkan dua kalimat syahadat di depan sahabat Abu Bakar Ash Shiddiq ra.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun