Apa tujuan dari politik belah bambu itu ? Tujuan  menerapkan politik belah bambu untuk mempertahankan kekuasaan. Prakteknya, sebagian kelompok masyarakat yang menentang kekuasaan, diinjak, ditekan, dan selanjutnya jika perlu dihancurkan sampai habis. Tetapi sebagian kelompok yang lain ( terutama yg mendukung kekuasaan) diangkat, diberi fasilitas, dan diistimewakan kehidupan nya di masyarakat.
Sejarahnya, politik belah bambu biasa dilakukan oleh bangsa-bangsa penjajah dari Eropa. Sejak abad 15, bangsa-bangsa penjajah Eropa melakukan ekspansi dan menganeksasi wilayah wilayah yang sudah dikuasainya lewat peperangan, atau penguasaan perekonomiannya.
Di dalam wilayah jajahannya mereka menerapkan politik belah bambu , agar kelompok-kelompok besar yang ada dalam masyarakat dipecah-belah menjadi kelompok kecil, sehingga tidak kuasa ( tidak mempunyai kemampuan ) melakukan perlawanan baik secara politik maupun secara militer.
Dalam zaman digital sekarang ini, rupanya politik belah bambu masih menjadi pilihan penyelenggara negara untuk kepentingan kekuasaannya. Atas nama demokrasi, kita berada dalam situasi seolah-olah, seakan-akan. Seakan sudah sesuai dengan prosedur. Sudah menjaring aspirasi, sudah sesuai keinginan masyarakat, dengan ribuan jumlah angka banyakjnya pertemuan, luring, daring, dan publikasi gencar aspirasi sudah 75% diakomodir. Dsb.dsb nya.
Proses pembahasan RUU Omnibus Kesehatan yang sedang berlangsung ini, tidak bisa dielakkan dari rumusan politik belah bambu yang diuraikan diatas. Kalau dulu oleh bangsa penjajah. Sekarang ini  namanya OLIGARKI. Oligarki berkolaborasi dengan penguasa, disebut Peng-Peng. Pengusaha (oligarki) dan Penguasa, bergandengan tangan. Penguasa membentangkan karpet merah kepada Pengusaha untuk leluasa  menggarap lahan bernama RUU Omnibus Kesehatan.
Sektor kesehatan akan dijadikan  lahan investasi  dengan alasan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dengan menggunakan instrument UU yang sudah di omnibus kan. Apakah ini untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat? Para profesi tenaga kesehatan yang berhimpun dalam organisasi profesi meragukannya. Yang terbayang kedepan adalah investor itu seperti lintah darat yang menghisap dara rakyat yang sedang sakit. Para tenaga  medis  hanya dapat memandang pilu  tidak bisa berbuat apa-apa  karena tangannya telah terikat tidak berkutik atas nama Undang-Undang Omnibus.
Mereka itu ( para OP), berteriak menolak, melawan, tetapi perlawanan semakin lama semakin lemah, soliditas menurun, Â karena lawan tidak seimbang, licin, liat dan lentur.
Insan kesehatan sudah pasrah, tidak bisa berharap pada rejim sekarang ini. Pintu untuk mendapatkan keadilan sepertinya semakin memudar. Mereka berharap agar rejim ini berakhir sesuai dengan konstitusi melalui Pemilu 2024. Semoga pemerintahan baru nantinya benar-benar membawa PERUBAHAN. Â Change or Die.