Mohon tunggu...
Chazali H Situmorang
Chazali H Situmorang Mohon Tunggu... Apoteker - Mantan Ketua DJSN 2011-2015.

Mantan Ketua DJSN 2011-2015. Dosen Kebijakan Publik FISIP UNAS; Direktur Social Security Development Institute, Ketua Dewan Pakar Lembaga Anti Fraud Asuransi Indonesia (LAFAI).

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Lockdown atau Kematian Bertambah

23 Maret 2020   00:18 Diperbarui: 23 Maret 2020   06:24 602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Keluarnya dana asing tersebut utamanya terjadi pada bulan Maret 2020, dengan rincian outflow di Surat Berharga Negara (SBN) mencapai Rp 92,8 triliun dan pasar saham mencapai Rp 8,3 triliun.

Kondisi tersebut jangan sampai diikuti oleh para pejabat negara yang punya uang banyak diterbangkan ke luar negeri, semakin anjlok ekonomi kita.  Seolah-olah berada dalam kapal yang sedang karam, nakhoda dan mualim serta kelasi kapal berlomba mengambil sekoci menyelamatkan diri, membiarkan penumpang yang bengong, teriak ketakutan tetapi tidak bisa berbuat apa-apa.

Para pengusaha bercampur penguasa yang terkaya dan memiliki asset kekayaan lebih dari 50% total asset rakyat Indonesia, saatnya disentuh hati nuraninya untuk membantu menyelamatkan kapal besar ini. 

Sebab mereka jadi kaya karena mendapatkan dan mencari rejeki dari alam dan rakyat Indonesia. Hal ini perlu kita ingatkan, karena terjadinya capital outflow  100 triliun tersebut.

Kita tidak usaha berdebat soal resiko dan dampak lockdown wilayah. Jelas ada resiko, ada dampak terutama secara ekonomi dan sosial masyarakat. Secara ekonomi, Menkeu SMI memprediksi pertumbuhan ekonomi kita 2,5% bahkan bisa 0%. Tetapi mari kita hitung secara matematis, sejauh mana pengendalian wabah virus corona itu dapat dicapai.

Dapat dihitung kecenderungan angka terpaparnya, tingkat kesembuhannya, angka kematiannya, kalau kita sudah menguasai peta penyebarannya. Untuk mengunci penyebarannya diperlukan lockdown. Itu logika yang sederhana saja.

Wuhan contoh lockdown yang berhasil dan sekarang sudah terbebas dari wabah Covid-19. China siap membantu Indonesia,  untuk menangani wabah. Kita terima, tapi jangan  ada agenda tersembunyi yang menyebabkan Indonesia semakin terpuruk secara ekonomi.

Social distancing memang diperlukan, tetapi tidak cukup mengingat gerakan ekstrim Covid-19.  Dengan lockdown, kita bisa menentukan batas waktu dari kapan secara konsisten dan dilaksanakan dengan ketat dan untuk berapa lama. Jadi rakyat ada kepastian waktu.

Setelah lockdown dicabut, dilanjutkan terus social distancing sebagai upaya  pengendalian wabah, sampai benar-benar bebas dari si Covid-19.  Sekarang ini waktunya lockdown wilayah. Pemerintah tidak perlu ragu. Rakyat bersama pemerintah, karena untuk menyelamatkan nyawa manusia Indonesia.

Sudah ada korban seorang menteri, seorang walikota, bahkan menurut BIN bisa jadi  ter-suspect virus bisa mencapai 4000 per hari. Jika 30 hari akan mencapai 120 ribu. Jika 8% fatality rate nya, berarti 9.600 orang akan meninggal dalam kurun waktu 1 bulan, dan hal itu didepan mata kita. Semoga itu tidak terjadi.

Oleh karena itu, pemerintah harus putuskan sekarang "lakukan lockdown wilayah se-Jabodetabek",  jangan sampai  bangsa ini  jadi arang. Semoga Allah SWT, melindungi kita. Amin YRA.

Cibubur, 21 Maret 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun