Mohon tunggu...
chavia fadhilah
chavia fadhilah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa ilmu komunikasi

UPN Veteran Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hermien Y. Kleden dan Jilbab Shocking Pink

9 November 2020   08:35 Diperbarui: 9 November 2020   10:05 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indonesia memiliki seorang wartawan investigasi professional yang telah menjelajahi 33 negara, terutama di wilayah Eropa Timur dan Balkan untuk menguak informasi bagi para pembaca setianya. 27 tahun menempuh karier jurnalistik, Hermien Y. Kleden atau kerap di sapa Hermien, kini resmi menjadi Redaktur Senior TEMPO sebelumnya ia menjadi seorang Pemimpin Redaksi TEMPO English Weekly. 

Universitas Gajah Mada merupakan tempat di mana Hermien muda menuntut ilmu demi mendalami jurnalisme investigasi. Tahun 2009 Hermien menerima SK Trimurti Award, penghargaan ini ia dapatkan melalui sumbangannya terhadap kebebasan pers, karya-karya jurnalisme investigasi serta pendidikan para wartawan Indonesia. 

Lalu apa pengalaman Hermien dalam mencapai keberhasilan dibidang jurnalisme investigasi? Tidak akan lengkap jika kesuksesan seseorang tidak dibarengi dengan pengalaman yang dapat menciptakan decak kagum dan tak jarang mengorbankan apapun yang ia miliki demi
mencapai sebuah berita yang mampu menginformasikan khalayak.

Pengalaman dimulai ketika Hermien pernah mewawancarai seorang terpidana kasus Bom Bali I, Hisyam bin Ali Zein atau Umar Patek sempat menjadi buronan teroris yang paling dicari oleh pemerintah dari berbagai negara. Selain kasus Bom Bali I, Umar Patek pernah melakukan pelatihan perang di Filipina. 

Umar Patek ditangkap di Abbottabad pada tanggal 25 Januari dan dibawa ke Indonesia setelah melalui proses negosiasi yang panjang dengan berbagai negara yang berkepentingan dengan beliau. Umar Patek tiba di Indonesia pada tanggal 11 Agustus 2011 dan langsung dibawa ke rumah tahanan Brimob, Kelapa Dua Umar Patek melakukan itu karena pemahaman terhadap agama yang kurang serta lingkungan dan cara ia memperdalam ilmu agama yang salah. Umar menjadi teroris lantaran di iming-imingin surga setelah melakukan pengeboman sebagai tanda ia telah membela agama islam.

Bagi Hermien bekerja menjadi wartawan tidak hanya sekadar melaporkan suatu kejadian. Lebih dari itu, wartawan juga harus memiliki keberanian dan menyesuaikan diri saat melakukan tugas liputan dimanapun. Suatu hari, Hermien melaksanakan wawancara dalam kondisi yang mengharuskannya mengenakan jilbab. 

Melihat latar belakang keyakinannya yang beragama Nasrani, tentu saja Hermien tidak memiliki jilbab di rumahnya. Singkat cerita, akhirnya ia meminjam jilbab pada tetangganya yang kebetulan berwarna shocking pink. Hermien yang memiliki kulit berwarna sawo matang tampak sangat kontras dengan jilbab shocking pink yang dikenakannya yang membuat dirinya terlihat sedikit lucu.

Tak pernah memakai jilbab, kesan pertama yang muncul pada dirinya adalah rasa panas atau gerah yang tak tertahan. Hingga akhirnya ia protes dan mengeluh pada Ibu Dian “ Aduh bu Dian, kenapa ya kepala saya panas ya pakai jilbab ". Dengan polosnya Ibu Dian menjawab, “ Bu,Itu karena ibu kurang iman, nanti kalo ibu imannya sudah kuat, Insyaa Allah ibu akan sejuk kepalanya ”. Mendengar hal tersebut, Dalam hati Hermien menjawab  dengan “Ibu terimakasih banget, udah shocking pink, muka gua kaya gini tapi jilbab itulah yang menyebrangkan gua dengan Umar Patek". Hermien juga hafal sekali dengan Al-fatihah karena di Eropa Timur penduduknya mayoritas Islam, surah Al-fatihah perlu untuk dihafalkan.

Hermien Y. Kleden telah banyak menyumbang informasi kepada khalayak demi kepentingan umum. Hidupnya ia serahkan untuk mengabdi serta menguak banyak kisah menarik di berbagai penjuru dunia. 

Wartawan bukanlah sebuah profesi sederhana, waktu, tenaga, penolakan bahkan bertaruh nyawa pun siap ia hadapi demi selembar berita. Jika ditanya untuk apa melakukan itu, bukan untuk diri sendiri tetapi, untuk semua masyarakat agar dapat menemukan sudut pandang baru seseorang, jangan hakimi penjahat jika tidak tahu fakta sebenarnya. Seseorang melalukan kejahatan, bukan serta-merta ia jahat, tetapi keadaan dan pemahaman yang kuranglah
yang membuatnya seperti itu.

Oleh

Azhaar Savira Pitaloka 1810411033

Rani Nadyanti 1810411268

Renata Ajeng Cahaya 1810411269

Chavia Fadhilah 1810411270

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun