Mohon tunggu...
Sirilus
Sirilus Mohon Tunggu... Guru - pencinta budaya terutama budaya Manggarai dan filsafat. Juga ingin studi antropologi.

Saya ingin mengajak kaum muda untuk melestarikan budaya kita. Ini adalah harta kekayaan kita yang berharga. Saya juga peduli dengan peristiwa yang terjadi di masyarakat. Untuk itu subscribe chanel youtube saya :motivasi hidup . Chanel ini berisi musikalisasi puisi dan video mengenai budaya dan daerah wisata.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Petani Kopi Tidak Bahagia Tahun 2020

16 Juni 2020   01:32 Diperbarui: 16 Juni 2020   08:58 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

kop-5ee82715d541df1fce53aa32.jpg
kop-5ee82715d541df1fce53aa32.jpg
      Foto ilustrasi (floresa. Com)

Bulan juli sebenarnya menjadi moment yang ditunggu oleh petani kopi. Di bulan ini biasanya kopi di panen. Di wajah petani terpapar wajah ceria, senyum indah, karena penghasilan dari kerja keras selama hampir satu tahun telah tiba. Kerja keras membersih dan merawat kebun kopi. Di bulan ini bertepatan dengan awal masuk tahun ajaran baru. Petani kopi tidak memiliki kesulitan dalam menyekolahkan anaknnya karena ada uang dari hasil penjualan kopi.

Bapak saya petani kopi, sejak kecil saya selalu ikut bapak bersama beberapa karyawan yang bekerja untuk memetik kopi di kebun kami. Hasilnya lumayan untuk membiayai sekolah saya. Saat masuk sekolah di tahun ajaran baru, saya selalu dibelikan celana, sepatu, dan baju baru, sebagai hadiah dari membantu bapak memetik kopi. Indah rasanya. Punya uang dari hasil penjualan kopi. Dan bulan juli menjadi mment yang saya nantikan. Di bulan ini saya selalu mendapat anggaran belanja pakaian dari bapak.

Kemarin saya tanya kepada bapak melalui whatsapp: bapak...senang ya, sudah musim kopi. Ingat ya pa...untuk saya. Jangan lupa untuk beli bajuku.

Memang dari bulan lalu saya selalu berpikir, bulan juli pakaian baru.

Bapak kemudian menjawab, dengan ekspresi yang sedih, nak..bapak tidak semangat lagi.                
untuk bekerja memetik kopi. Mengapa ayah? Tanyaku. Karena harga kopi semakin menurun.

Tidak sesuai dengan biaya orang yang bekerja untuk memetik kopinya. Saya pun diam mendengar itu. Harapan menjajdi pupus.

Demikian percakapan singkat saya dengan bapak. Kisah ini menjadi gambaran penderitaan petani kopi di tahun ini. Disituasi yang sulit, dengan harga barang makanan yang semakin mahal, ditambah lagi beban untuk membiayai kuliah saya. Uang dari penghasilan kopi sudah tidak cukup, bahkan min..lebih banyak pengeeluaran dibandingkan pemasukan.

Petani kopi merasakan suasana yang menekan batin mereka. Mereka tidak lagi bahagia seperti tahun sebelumnya dalam memetik kopi. Mereka tidak lagi membeli barang keperluan seperti pakaian yang dibeli sekali setahun menunggu uang kopi. Petani kopi berada dalam keadaan malalng tahun ini. Pemerintah mungkin tidak mengamati petani. Atau mungkin pihak pemerintah bukan berasal dari keluarga petani, sehingga tidak merasakan.

Pemerintah mesti mengambil solusi yang tepat untuk mengatasi pesoalan ini. Yang dilakukan adalah pemerintah mesti turun kelapangan untuk menghitung pengeluaran dan pemasukan menjadi petani kopi. Biaya yang dikeluarkan untuk membiayai kerjanya. Dan pemasukan yang mereka terima. Mungkin dengan cara itu pemerintah menyadari keadaan petani. Kalau tidak turun untuk meninjau keadaan, pastilah petani tetap berada dalam situasi krisis dan dapat dikatakan malas untuk bekerja. Siapa yang tidak malas. Pengeluaran lebih banyak dari pemasukan.

Petani tidak mungkin berdemonstasi. Apalagi petani pedesaan yang sebagian besar memiliki SDM rendah, maksudnya sekolah hanya SMA yang tertinggi. Bukan bermaksud merendahkan petani. Hanya berusaha untuk membantu, melihat keadaan petani. Petani kopi harus menerima imbalan yang semestinya besar. Artinya sesuai dengan waktu yang mereka kerjakan.

Hargai waktu dan perjuangan mereka dengan harga yang sesuai. Pemerintah memiliki peran penting disini. Peduli keadaan petani.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun