Tebal buku: 382 Halaman (14x20,5 cm)Â
Tahun Terbit: Juli 2017Â
Penulis: A. FuadiÂ
Jenis: FiksiÂ
Penerbit: Falcon Publishing
Sinopsis
Novel ini menceritakan mengenai kehidupan seorang anak yang dipaksa dengan keadaan untuk pergi merantau. Awal cerita dimulai ketika Martias mengambil raport anaknya yaitu hepi ke sekolah. Setelah pengambilan raport, alangkah terkejutnya martias melihat raport anaknya yang kosong dan tidak mendapat nilai sama sekali. Hepi yang dikenal merupakan siswi yang cerdas dan berprestasi, namun berbanding terbalik dengan apa yang disampaikan melalui pembagian rapor. Hal ini membuat Martias marah dan cukup kecewa dengan hasil yang didapat oleh Hepi. Martias pun berencana untuk membaca Hepi ke kampung halamannya yaitu di daerah Sumatera Barat. Melalui hal tersebut, Martias pun mulai merancang suatu rencana yang akan digunakan untuk menarik perhatian dan kepercayaan Hepi. Akhirnya Martias pun memilih untuk menggunakan ajakan berupa liburan ke kampung halamannya di Sumatera Barat agar tidak terdapat curiga oleh Hepi.Â
Tidak lama kemudian, Martias dan Hepi pun berangkat menuju kampung halaman yaitu di Sumatera Barat. Kampung Durian merupakan daerah kampung halaman Martias yang dimana disana terdapat kakek dan nenek daripada Hepi. Disana Hepi terlihat sangat bahagia dan girang dengan suasana asri kampung halaman ayahnya tersebut. Disana Hepi bermain dan mendengarkan cerita masa kecil ayahnya sambil memandang indahnya pemandangan danau talago. Namun kebahagiaan Hepi itu pun berlangsung secara sementara, setelah hampir dua minggu berapa di Kampung Durian, Martias pun diam diam meninggalkan dan menitipkan Hepi kepada kakek dan neneknya. Melalui hal tersebut, muncul perasaan sakit hati dan kecewa dalam diri Hepi melihat perlakuan ayahnya kepadanya. Sehingga Hepi pun mempunyai tekad dan ambisi yang kuat untuk membeli tiket untuk pulang kembali ke Jakarta dan menyusul ayahnya kembali.Â
Setelah ditinggal oleh ayahnya, Hepi secara terpaksa mulai menjalani aktivitasnya sebagai perantau yang sangat berbeda dengan kehidupannya di Jakarta. Hingga pada akhirnya Hepi bertemu dengan dua anak seumurannya yaitu Zen dan Attar yang merupakan anak dengan daerah tempat tinggal yang sama. Melalui pertemanan ini, Hepi mulai memiliki banyak pengetahuan dan wawasan mengenai Kampung Durian, serta kehidupan atau kebiasaan masyarakat disana. Kehidupan Hepi juga berubah yang dimana Hepi mulai diajarkan beribadah dan mengaji yang baik dan benar oleh kakeknya.Â
Melalui hal tersebut, Hepi pun baru mengetahui bahwa kakeknya tersebut adalah salah satu pengurus masjid disana yang cukup dihormati dan disegani oleh warga sekitar. Berubahnya kehidupan Hepi ditandai dengan adanya kebiasaan yang dilakukan oleh Hepi sama seperti anak kampung lainnya. Namun Hepi masih menyimpan tekad dan ambisi yang kuat untuk kembali ke Jakarta agar bisa bertemu kembali dan hidup di Jakarta. Karena tekad tersebut Hepi menjadi semakin rajin untuk membantu kakeknya dalam mengurus dan membersihkan masjid disana. Selain itu Hepi juga bekerja di warung Mak Tuo Ros yaitu saudara perempuan ayahnya yang setiap hari setelah pulang sekolah Hepi langsung bekerja disana. Disana ia bertugas untuk melayani setiap pengunjung yang ingin membeli dagangan Mak Tuo Ros.Â