Di arah berbeda, di bursa transfer musim dingin awal tahun ini Rodgers mendatangkan Harry Souttar, Victor Kristiansen dan Tete. Namun, Rodgers tak mampu mendongkrak performa mereka.
Sementara itu, para pemain yang sudah ada, entah mengapa, seperti kehilangan pesona. James Maddison, Youri Tielemans, dan Harvey Barnes adalah beberapa contoh. Lini belakang Leicester sungguh memprihatinkan. Betapa mudahnya mereka kebobolan.
Secara keseluruhan, Leicester justru terjun bebas. Bukan lagi versi terbaik Leicester yang pernah menggemparkan Inggris itu. Rodgers seperti kehilangan sentuhan magisnya. Seperti kata Aiyawatt Srivaddhanaprabha semuanya jauh dari ekspektasi.
Kini, Leicester siap menyambut era baru. Entah siapa yang akan ditunjuk, tugas berat sudah menanti.
Target jangka pendek adalah mengembalikan kepercayaan diri para pemain agar bisa mengeluarkan kemampuan terbaik.
Ia harus membuat Leicester bisa bergeliat meski tidak harus segarang dua tahun lalu. Setidaknya, bisa mengeluarkan tim itu dari lembah keterpurukan.
Bos Leicester, Aiyawatt Srivaddhanaprabha merangkumnya demikian. "Tugas kami dalam 10 pertandingan terakhir sudah jelas. Kami sekarang harus bersatu - penggemar, pemain, dan staf - dan menunjukkan ketenangan, kualitas, dan perjuangan untuk mengamankan posisi kami sebagai klub Liga Premier."
Apakah akan semudah itu? Apakah pemecatan Rodgers, yang kembali merasakan hal yang sama seperti Oktober 2015 ketika didepak Liverpool, adalah jalan ninja klub?
Waktu akan menjawab!