Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Suarez dan Mata Air Mata Piala Dunia 2022

3 Desember 2022   08:38 Diperbarui: 3 Desember 2022   12:46 1090
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu pemain Uruguay yang tak kuasa menahan sedih adalah Luis Suarez. Pemain gaek yang menjadikan Qatar sebagai panggung terakhirnya. Begitu juga dengan empat pemain senior lain yang masih dipercaya Diego Alonso yakni Edinson Cavani, Fernando Muslera, Sebastian Sosa, dan Diego Godin.

Pertemuan Uruguay dan Ghana adalah yang kedua kalinya. Bedanya, pertemuan sebelumnya terjadi di babak perempat final Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan.

Saat itu, Suarez menjadi buah bibir. Ia adalah pahlawan kemenangan bagi Uruguay serentak sosok paling dibenci Ghana. Ia adalah aktor yang meloloskan Uruguay dan menyebabkan satu-satunya harapan Afrika yang masih tersisa itu harus tersingkir secara tragis.

Dendam Ghana itu pun masih terbawa hingga 12 tahun setelah itu. Kenangan Ghana pada Suarez masih begitu membekas. Ada sumpah serapah yang keluar dari mulut penggemar Ghana di Qatar setiap kali Suarez mendekati pinggir lapangan.

Uruguay sebenarnya sudah di ambang kelolosan ketika mereka mampu mengamankan keunggulan dua gol sejak paruh pertama dan Portugal mampu mengimbangi Korea Selatan. Bila hasil akhir terjadi demikian, maka Uruguay akan lolos sebagai runner-up, mendampingi Portugal.

Sayangnya, skenario tersebut hanya ada dalam angan-angan meski wasit memberi tujuh menit waktu tambahan. Korea Selatan berhasil mencetak satu gol lagi jelang bubaran.

Uruguay pun tak juga mampu meyakinkan sang pengadil pertandingan untuk mendapat hadiah penalti dari dugaan pelanggaran pemain Ghana pada Cavani di kotak terlarang. Momen itu terjadi di ujung laga. Wasit bergeming. Kubu Uruguay frsutrasi kemudian meluapkan kekecewaan pada ofisial pertandingan setelah itu.

"Orang-orang FIFA dan komite wasit harus menjelaskan tentang apa yang mendasari keputusan mereka tidak memberi penalti untuk kami. Kami seharusnya mendapat dua penalti hari ini," protes Suarez melansir dari Goal.

Berbeda dengan kubu Uruguay, pihak Korea Selatan setelah memastikan skor Uruguay versus Ghana tak lagi berubah, mereka benar-benar jatuh dalam kegembiraan paripurna.

Mereka bergembira atas perjuangan yang baru saja dilalui. Sebuah perjuangan heroik untuk bangkit dari ketertinggalan, lalu menyamakan kedudukan, dan mencuri gol kemenangan.

Tumpuan Korea Selatan yakni Son berhasil menjadi motor penggerak dan inspirasi. Ia terus menerus menyemangati para pemain dan memprovokasi para penggemar agar tak boleh kehilangan harapan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun