Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kemenangan Penting Liverpool dalam "Battle of Britain" dan Isu "Ketidakadilan" di Balik Kekalahan Barca di Kandang Inter

5 Oktober 2022   08:46 Diperbarui: 5 Oktober 2022   10:27 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mohamed Salah mengeksekusi penalti ke gawang Rangers di Liga Champions: Nigel Roddis / AFP via tribunnews.com

Liverpool dan Barcelona menuai hasil berbeda di matchday ketiga penyisihan grup Liga Champions 2022/2023, Rabu (5/10/2022) dini hari WIB.

Tim yang disebutkan pertama sukses memaksimalkan laga kandang saat menjamu Rangers di Anfield dengan kemenangan dua gol tanpa balas. Sementara itu, Barcelona harus pulang dengan tangan hampa dari Giuseppe Meazza, kandang Inter Milan.

Liverpool mendominasi "Battle of Britain"-bukan dalam konteks Perang Dunia-melainkan pertemuan sesama klub asal Britania Raya dengan menyedot atensi tinggi di kalangan para penggemar, dengan penguasaan bola 64 persen berbanding 35 persen.

Peluang tuan rumah pun jauh lebih unggul. Melepaskan 23 percobaan dan 10 di antaranya tepat sasaran.

Situasi berbanding terbalik di kubu tim tamu. Klub asal Skotlandia itu hanya mampu mengukir dua "shots on target" dari enam upaya.

Memang Rangers adalah klub terlemah di grup A yang juga dihuni Napoli dan Ajax Amsterdam. Tim yang ditangani eks pemain timnas Belanda, Giovanni van Bronckhorst, menjadi lumbung poin tim-tim lawan.

Rangers sudah tiga kali kalah saat berhadapan dengan tiga kontestan lain. Mereka pun mendekam di dasar klasemen, berjarak tiga poin dari Ajax dan enam poin di belakang Liverpool. Sementara Napoli sukses menjaga catatan sempurna dengan 9 angka.

Terlepas dari itu, kemenangan ini tidak hanya menjaga jarak Liverpool dari dua pesaing utama. The Reds mendapatkan kepercayaan diri setelah menjalani awal musim yang dingin. Penampilan armada Jurgen Klopp di semua level kompetisi masih jauh dari memuaskan.

Selain menjaga harapan ke fase gugur Liga Champions, hasil positif ini ikut mendongkrak semangat baik secara pribadi maupun tim, baik di kalangan para pemain, sang pelatih, maupun secara keseluruhan.

Trent Alexander-Arnold dan Mohamed Salah, penyumbang gol di laga ini, masing-masing di menit ketujuh dan 53, seperti mendapat kembali harapan di tengah sorotan. Trent mulai diragukan kemampuannya baik di klub maupun timnas. Begitu juga Salah setelah Sadio Mane pergi.

Tembakan sempurna dari situasi bola mati yang melengkung sempurna hingga mengoyak gawang Allan McGregor seperti titik balik bagi bek sayap yang sempat dielu-elukan sebagai salah satu yang terbaik di dunia.

Demikian halnya, sepakan penalti Salah, buntut pelanggaran pemain lawan pada Luis Diaz di kotak terlarang, seperti isyarat bahwa sang pemain masih layak diandalkan.

Memang, tiga poin Liverpool tidak diraih dengan memuaskan. Statistik superior tidak berjalan beriringan dengan jumlah gol.

Padahal Klopp sudah mengerahkan semua amunisi terbaik di lini depan: Salah, Darwin Nunez, Diaz, dan Diogo Jota. Di sisi lain, Rangers pun tetap bermain dengan standar permainan yang sama: tidak menggigit dan hanya mengandalkan kiper 40 tahun untuk menghindari banyak kebobolan.

Kiper veteran McGregor cukup baik di bawah mistar gawang. Ia membuat Nunez frustrasi.  Pemain muda Uruguay itu sudah bekerja keras, akselerasi dan penetrasinya begitu berbahaya. Sayangnya, ia masih jauh dari gol.

Terlepas dari performa kedua tim yang sama-sama memiliki poin minus, Liverpool mendapat ritme dan momentum positif.

Tidak hanya sebagai modal bagi kompetisi domestik, tetapi juga melanjutkan persaingan di fase grup Liga Champions dengan tiga laga penentuan.

Upaya balas dendam pada Napoli dan menjaga tren positif menghadapi Ajax. Begitu juga, saat menghadapi Rangers yang bakal mendapat suntikan dukungan mayoritas di Ibrox nanti.

Isu ketidakadilan

Salah satu catatan Xavi Hernandez usai pertandingan dini hari tadi adalah ketidakadilan. Ini menjadi kata kunci yang terus ditekankan pelatih Barcelona itu usai timnya takluk 0-1 di markas Internazionale Milan.

Xavi tegas mengatakan timnya mengalami "ketidakadilan yang nyata." Momen kekecewaan bagi tim tamu berpuncak di menit ke-67.

Pedri mampu memanfaatkan ketidakcermatan kiper tuan rumah Andre Onana saat berusaha menghadang umpan silang. Sayangnya, gol tersebut dianulir usai wasit meninjau VAR.

Gol pemain 19 tahun itu sejatinya membuat Barcelona bisa menyamakan kedudukan sehingga pulang dengan satu poin, setelah tendangan mendatar Hakan Calhanoglu dari luar kotak penalti di penghujung babak pertama tak bisa digagalkan Marc-Andre Ter Stegen.

Xavi protes keras saat wasit menganggap gol tersebut tidak sah. Eks pemain Barcelona dan timnas Spanyol itu diganjar kartu kuning.

"Wasit seharusnya ada di sini menjelaskan mengapa dia membuat keputusan ini, apakah dia membuat kesalahan atau tidak. Itu akan lebih memanusiakan mereka. Hari ini saya benar-benar tidak bahagia. Saya merasa ada ketidakadilan yang nyata." Begitu komentar Xavi melansir bbc.com (5/10/2022).

Barcelona sebenarnya juga diuntungkan wasit. Handball Eric Garcia di menit ke-23 diselamatkan VAR. Begitu juga kejadian lima menit berselang. Serangan balik cepat yang disempurnakan Joaquin Correa dianulir karena sang pemain dianggap lebih dahulu berada dalam posisi offside.

Beberapa insiden di laga ini memang menimbulkan polemik. Terlepas dari kontroversi tersebut, Barcelona seharusnya menyesali permainan mereka secara keseluruhan.

Betapa tidak. Menguasai bola 72 persen, namun hanya mampu menciptakan 2 tendangan tepat sasaran, sama banyak dengan Inter yang memiliki "ball possession" 28 persen.

Statistik pertandingan Inter Milan vs Barcelona, Rabu (5/10/2022): bbc.com
Statistik pertandingan Inter Milan vs Barcelona, Rabu (5/10/2022): bbc.com

Sekali lagi, Barcelona memang unggul dalam penguasaan bola. Namun, mereka tidak sanggup mengrekasi banyak peluang, apalagi menciptakan gol dari skema permainan yang terorganisir.

Satu dari dua peluang emas diukir Dembele dengan tendangan keras yang membentur mistar gawang, beberapa menit sebelum Pedri mencetak gol.

Pesona para pemain seperti Robert Lewandowski, Raphinha, Pedri, Gavi, Ousmane Dembele, Frank Kessie, hingga Ansu Fati tenggelam di balik kedigdayaan Inter mengawal benteng pertahanan.

Inter yang dibesut Simone Inzaghi seperti tahu betul bagaimana meladeni Barca dengan tambahan amunisi dalam diri Lewandowski yang sudah mencetak sembilan gol dalam tujuh laga terakhirnya.

Laga ini seperti ulangan pertemuan dramatis pada 2010.  Meski takluk di fase grup, Jose Mourinho membangkitkan Inter di babak semifinal. Menang 3-1 di kandang sebelum menghadapi leg kedua di markas Barcelona yang berakhir 1-0 untuk tuan rumah. Inter lolos ke final dan meraih satu dari tiga gelar di musim yang indah bagi Nerrazzuri itu.

Kali ini, Barca kembali pulang dengan tanpa membawa poin. Menempatkan mereka dalam posisi sulit di Grup C. Baru mengemas tiga poin dari tiga laga, tertinggal tiga poin di belakang Inter, dan 6 poin dari Bayern Muenchen di posisi teratas.

Lewandowski pun memperpanjang catatan inferior saat bermain di Giuseppe Meazza atau San Siro. Striker gaek asal Polandia itu belum juga "pecah telur" di sana.

Sebaliknya, bagi Inter ini adalah bukti tim tersebut tetap patut diperhitungkan meski penampilan mereka di Serie A terseok-seok: kalah empat kali dari delapan pertandingan dan menempati posisi kesembilan di tabel klasemen saat ini.

Dengan Bayern yang sudah berada di atas angin, tersisa Barcelona dan Inter yang akan berebut satu tiket terakhir ke babak gugur. Tiga laga terakhir adalah penentu.

Barca akan menjamu Inter dalam waktu dekat, tak lebih dari delapan hari ke depan. Bila ingin lolos dan membuktikan Barca sudah kembali ke jalur persaingan di pentas Eropa, tidak ada syarat lain. Minimal memaksimalkan dua laga kandang dari tiga laga "final" itu.

Persis kata Xavi, "Kami kalah di pertandingan ini, tapi kami puya dual aga di kandang dari tiga pertandingan. Itu adalah final sesungguhnya."

Apakah skenario indah ini akan berpelukan dengan hasil di lapangan pertandingan? Apakah tiga final itu berakhir manis bagi Barca?

Kita tunggu saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun