Ia lolos ke semifinal usai menyingkirkan pebulutangkis Denmark, Jan O Jorgensen, 21-8, 17-21, dan 22-20. Langkahnya ke partai pamungkas dihentikan Lin Dan, 21-17 dan 21-15 yang kemudian menjadi juara dengan mengalahkan musuh bebuyutannya Lee Chong Wei, 16-21, 21-13, dan 21-17.
Sejumlah pencapaian itu adalah masa lalu. Grafik penampilan Nguyen pun menurun seiring bertambahnya usia. Posisinya mulai digusur generasi yang lebih muda hingga ke urutan 69 BWF saat ini.
Christian Adinata sebenarnya berpeluang untuk memanfaatkan keunggulan stamina. Walau usianya terpaut jauh dan peringkat dunia pun setali tiga uang, pemain yang kini berada di posisi 156 BWF itu diharapkan bisa memberikan perlawanan berarti.
Namun, harapan tersebut tinggal harapan. Nguyen justru menjadi bintang lapangan. Ketenangan dan kematangannya tidak sanggup ditandingi Christian. Sebaliknya, Christian justru memperlihatkan gelora jiwa mudanya yang tak terkendali.
Christian banyak melakukan kesalahan sendiri. Eror yang mewujud dalam berbagai rupa mulai dari smes yang kerap menyangkut di net dan keluar dari bidang permainan, pengembalian kok yang tak sempurna, hingga kegagalannya beradu permainan cepat.
Akhirnya, sebagian besar poin lawan justru didapat dari pemberian cuma-cuma pemain kelahiran Pati, Jawa Tengah itu.
Christian sesungguhnya memiliki potensi. Ia disebut-sebut bakal menjadi penerus Anthony Sinisuka Ginting. Â Sang ayah menaruh harapan agar ia bisa mengikuti jejak idolanya yang darinya ia mengambil inspirasi nama sang anak, Christian Hadinata, legenda badminton Indonesia yang berjaya sebagai pemain spesialis ganda di era 1970-an.
Tak heran bila namanya terbilang dalam skuad Indonesia di ajang multievent tingkat ASEAN ini. Itu adalah bukti kepercayaan sekaligus keputusan berdasar dari PBSI.
Namun, bakat besar Christian yang sudah terlihat di level junior belum bisa ditunjukkan secara baik dan konsisten di kelas senior. Variasi pukulan masih minim. Bahkan langkah kakinya masih terlalu lambat untuk menjangkau kiriman kok dari pemain lawan dengan usia jauh lebih tua.
Belum lagi soal mental dan kepercayaan diri. Christian menjadi salah satu pemain tunggal putra yang paling disorot menyusul kegagalan tim beregu putra Indonesia mempertahankan medali emas SEA Games.
Kegagalan Christian di partai ketiga menghadapi wakil Thailand, Sitthikom Thammasin, di babak semifinal beregu putra, Selasa (17/5/2022) lalu, tidak lepas dari ketidaksanggupannya mengatasi tekanan, baik yang datang dari dalam diri maupun dari lawan.