Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Raket Artikel Utama

3 Sebab Thailand Kawinkan Medali Emas Beregu dan Kans Indonesia Tebus Kegagalan di Nomor Perorangan

18 Mei 2022   22:10 Diperbarui: 19 Mei 2022   20:01 1561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tim beregu putri Indonesia meraih medali perak SEA Games 2021: Instagram @badminton.ina via tribunnews.com

Target minimal tiga emas SEA Games 2021 dari cabang olahraga badminton sepertinya semakin berat terwujud. Betapa tidak. Peluang di nomor beregu telah pupus. Tersisa pertarungan di nomor perorangan dengan tantangan yang tak kalah berat.

Baik tim putra maupun tim putri gagal menggapai klimaks.  Seperti kita tahu, Tim putra Indonesia lebih dahulu dijegal Thailand di semifinal, Rabu (17/5/2022) kemarin. Chicho Aura Dwi Wardoyo dan kawan-kawan tak berdaya meladeni skuad Gajah Putih di Bc Giang Gymnasium dan harus menyerah 2-3.

Pencapaian tim putra malah lebih mengenaskan dibanding tim putri. Gregoria Mariska Tunjung dan kawan-kawan harus mengakui keunggulan negara yang sama di tempat yang sama, Kamis (18/5/2022), dengan skor telak 0-3.

Bila tim putri bisa membawa pulang medali perak, tim putra hanya kebagian perunggu. Ini menjadi pencapaian terburuk tim putra sepanjang keikutsertaan di ajang multievent tingkat Asia Tenggara itu.

Tim putra yang diharapkan bisa menjaga tradisi medali emas beregu gagal mewujudkan harapan. Sedihnya, langkah tim putra maupun tim putri, kandas di hadapan negara yang sama: Thailand. Lebih sedihnya lagi, Thailand sukses mengawinkan medali emas nomor beregu, seperti yang terakhir kali dilakukan Indonesia di SEA Games Thailand 2007.

Bila kita membuka lembaran sejarah SEA Games, tim putra Merah Putih begitu superior sejak edisi 2007 di Thailand. Kecuali edisi 2013 di Myanmar lantaran nomor beregu tidak dipertandingkan, medali emas selalu jatuh ke tangan Indonesia.

Secara keseluruhan, sejak badminton diikutsertakan di pesta olahraga tingkat ASEAN itu pada 1977, tim putra Indonesia sudah mengoleksi 17 medali emas, unggul jauh dari Malaysia dengan 6 emas, dan Thailand yang baru mendapat tiga emas.

Buntut hasil minor ini, selain gagal menjaga tren positif nomor beregu putra, untuk pertama kali sejak 1977, tim putra Indonesia kebagian medali perunggu, senasib dengan negara pendatang baru di sektor tepok bulu, Singapura. Pencapaian "terburuk" sebelumnya terjadi di edisi 1989, 1991, dan 2005 dengan raihan medali perak.

Rangkuman perolehan medali cabang olahraga badminton sepanjang perhelatan SEA Games: wikipedia
Rangkuman perolehan medali cabang olahraga badminton sepanjang perhelatan SEA Games: wikipedia

Dominasi Thailand

Tidak hanya memutus tren medali emas beregu putra Indonesia setelah mengalahkan Malaysia dengan skor telak 0-3 di partai pamungkas, Thailand juga menjaga dominasi di beregu putri.

Sejak SEA Games 2011 di Jakarta, tim putri Thailand tidak pernah kehilangan medali emas beregu putri.  Tim putri Thailand sudah delapan kali menduduki podium tertinggi, mulai mengejar Indonesia yang sudah mengoleksi 14 medali emas.

Namun, superioritas beregu putri Indonesia mulai tergantikan sejak 2001 setelah menjadi langganan medali emas sejak 12 edisi sebelumnya (sejak edisi 1977). Setelah Singapura dan Thailand mengakhiri dominasi tim putri Indonesia dengan bergantian meraih emas di 2003 dan 2005, Indonesia sempat kembali menggondol emas pada 2007.

Sayangnya, itulah kesempatan terakhir kita melihat para srikandi Merah Putih mengumandangkan Indonesia Raya dengan medali emas di leher. Malaysia menjuarai edisi 2009 dan di edisi selanjutnya hingga kali ini, posisi Thailand belum tergeser.

Kejayaan tim putri Indonesia adalah masa lalu. Thailand yang sudah mengoleksi tujuh emas dari beregu putri, bakal perlahan-lahan mengejar Indonesia.

Sejumlah sebab

Pada edisi kali ini, baik tim putra maupun tim putri Indonesia, kesulitan bersaing dengan tim Thailand karena sejumlah alasan.

Pertama, perbedaan kedalaman skuad. Thailand tetap mengutus sejumlah pemain elite untuk mendampingi para pemain pelapis.

Di nomor tunggal putra, Thailand menyertakan Kunlavut Vitidsarn, pemain muda yang kini berada di ranking 18 BWF.

Pemain yang karib disapa View itu baru berusia 21 tahun, tetapi ia sudah bersaing di papan atas. Mantan peringkat satu di level junior itu terlihat bukan lawan sepadan bagi para pemain pelapis Indonesia seperti Chico Aura Dwi Wardoyo.

Chicho yang kini berada di ranking 44 dunia, tak bisa berbuat banyak saat meladeni View di semifinal SEA Games 2022. Para pemain tunggal lainnya seperti Christian Adinata dan Bobby Setiabudi masih berada di luar lingkaran 100 besar dunia. Christian (ranking 156) kalah telak dari pemain muda Thailand yang berada di posisi 30 BWF, Sitthikom Thammasin.

Sementara, Bobby (ranking 320) yang diharapkan bisa memanfaatkan keunggulan ranking dunia tak bisa menanggung beban sebagai harapan terakhir Indonesia saat meladeni Panitchaphon Teeraratsakul (ranking 545).

Selain View dan Panitchapon, tunggal putra Thailand diperkuat pemain muda lainnya yang kini berada di ranking 45 BWF, Khosit Phetpradab.

Begitu juga di tunggal putri. Tanpa Ratchanok Intanon, para pemain tunggal putri Thailand tetap superior.

Putri Kusuma Wardani yang dipercaya menjadi tunggal pertama, menggantikan posisi Gregoria Mariska, harus mengakui keunggulan Pornpawee Chochuwong. Duel berdurasi 55 menit dengan skor akhir 21-16 22-20 itu masih memperlihatkan perbedaan kualitas.

Bisa dimengerti. Pornpawee sudah berada di jajaran elite, ranking 10 BWF, dibanding Putri KW yang masih berada di luar 50 besar BWF.

Seandainya pun Jorji, sapaan Gregoria, dihadapkan dengan Pornpawee, ranking dunianya pun masih tertinggal.

Selain Pornpawee, Thailand juga diperkuat pemain muda dengan jam terbang lebih tinggi dibanding para pemain muda Indonesia.

Ada Supanida Katethong (ranking 26 BWF) yang di babak final menjadi lawan Stephanie Widjaja (ranking 217). Stephanie kalah telak, 21-14 dan 21-8. Perbedaan kualitas kedua pemain sungguh terlihat jelas seperti ranking dunia yang terpaut sangat jauh.

Hasil final beregu putri SEA Games 2021: tournamentsoftware.com
Hasil final beregu putri SEA Games 2021: tournamentsoftware.com

Bagaimana peta kekuatan Thailand versus Indonesia di nomor ganda? Setali tiga uang, Thailand diperkuat dua pasang ganda putri yang secara peringkat dan jam terbang jauh lebih teruji.

Ganda pertama, ranking 8 BWF, Jongkolphan Kititharakul/Rawinda Prajongjai masih terlalu tangguh bagi pasangan baru Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti.

Nama besar Apri tetap tidak mengangkat penampilannya bersama pasangan baru itu. Apalagi sampai berdampak melewati hadangan lawan yang sudah lebih berpengalaman sebagai pasangan reguler.

Jalan cerita tim Indonesia bakal berbeda bila Apri berpasangan dengan seniornya Greysia Polii. Kekalahan straight set 21-16 21-12 dari pasangan ranking 8 BWF memberi Apri dan Siti banyak pelajaran baik sebagai individu, maupun pasangan.

Demikian halnya Febby Valencia Dwijayanti Gani/Ribka Sugiarto. Pasangan kakak-beradik Benyapa Aimsaard/Nuntakam Aimsaard sudah lebih siap untuk menang. Seperti Apri/Fadia, Febby/Ribka juga melakoni debut sebagai pasangan baru di turnamen besar seperti ini. Keduanya bakal kewalahan menghadapi Aimsaard bersaudara yang kini sudah berada di ranking 28 BWF.

Tim putra Indonesia beruntung diperkuat pasangan-pasangan muda yang sudah lebih tinggi jam terbangnya. Leo Rolly Carnando/Raniel Marthin hingga juara Asia 2022, Pramudya Kusumawardana/Yeremia Erich Yoche Yacob Rambitan.

Namun, sebagai turnamen beregu, mengandalkan dua nomor saja dan tidak didukung sektor tunggal jelas tidak cukup untuk merebut kemenangan.

Kedua, patut diakui, tidak seperti Thailand, Indonesia mengambil kebijakan cukup berani saat menentukan komposisi pemain yang diterjunkan ke dua turnamen besar yang digelar hampir dalam waktu bersamaan, SEA Games 2021 dan Piala Thomas dan Uber 2022.

Indonesia dengan penuh percaya diri mengutus dua tim berbeda. Tidak ada kesempatan bagi seorang pemain atau pasangan untuk bermain di dunia nomor. Selain itu, di nomor ganda putri, PBSI langsung menerjunkan pasangan baru, hasil bongkar-pasang.

Di satu sisi, hal ini menunjukkan kemewahan tim Indonesia. Di sisi berbeda, cukup berisiko bila target medali emas sebanyak-banyaknya tetap dipatok.

Seandainya Thailand yang kini menjadi salah satu pesaing terkuat Indonesia di berbagai level kompetisi, mengambil kebijakan serupa, atau Indonesia menyisipkan sejumlah pemain dengan kualitas setara atau lebih tinggi dari Thailand, mungkin hasil akhir akan berbeda.

Ketiga, PBSI sebenarnya mengharapkan para pemain muda dan pelapis bisa menambah jam terbang serentak terlibat aktif dan kompetitif.

Namun, peringkat dunia sungguh menggambarkan hasil akhir. Tidak ada kejutan. Tidak ada cerita tentang kemenangan dramatis dan heroik.

Sektor tunggal patut disorot, baik tunggal putri maupun tunggal putra. Di tunggal putri, penampilan Jorji tidak memuaskan.

Kekalahannya atas pemain Vietnam ranking 58 BWF, sebagai satu-satunya kekalahan tim Indonesia di laga itu, Thuy Linh Nguyen, 14-21 21-17 21-16, memperlihatkan banyak kekurangan. Hasil minor dari lawan dengan peringkat BWF lebih rendah adalah kesimpulan dari mental, kepercayaan diri, determinasi, variasi pukulan, dan ketahanan fisik, sang pemain yang masih menjadi pekerjaan rumah.

Sama halnya para pemain tunggal putra. Harry Hartono, pelatih Chicho cs mengakui betapa jauh pengalaman para pemain Indonesia dari Thailand.

Tunggal ketiga, Bobby Setiabudi yang secara kualitas lebih baik dari lawannya, bermain penuh ketegangan. Ia bermain sambil memikul beban berat. Sayangnya, Bobby belum teruji untuk mengurainya secara positif di lapangan pertandingan.

Hal senada diakui Kabid Binpres PP PBSI, Rionny Mainaky. Mantan pelatih timnas Jepang itu tak bisa menutup betapa para pemain tunggal putra tak bisa bermain bebas dan lepas.

"Serba ragu-ragu mau main apa, terlihat sekali di Chico dan Christian," aku Rionny melansir siaran pers Humas PBSI.

Begitu juga kesan Rionny pada Bobby. "Untuk Bobby, tadi start sudah bagus tapi ketika lawan naik sedikit, tekanan berbalik. Nah itu rasa takutnya tidak hilang-hilang hingga akhir, jadi dia tidak bisa keluar dari tekanan."

Hasil final beregu putra SEA Games 2021, Thailand menang telak 3-0 atas Malaysia: tournamentsoftware.com
Hasil final beregu putra SEA Games 2021, Thailand menang telak 3-0 atas Malaysia: tournamentsoftware.com

Peluang nomor perorangan

Indonesia masih berkesempatan "pecah telur" medali emas dari cabang olahraga andalan di Vietnam kali ini. Pertandingan nomor perorangan adalah kesempatan kedua sekaligus terakhir bagi para pemain Indonesia.

Para pemain putra maupun putri Indonesia harus bisa belajar dari turnamen beregu untuk mengatasi tekanan dan tantangan yang bakal lebih berat. Mereka akan bermain sebagai individu. Tidak ada rekan yang akan menjadi penyeimbang atau penyelamat.

Jadi, para pemain harus tampil "mati-matian" di setiap pertandingan. Mereka akan menghadapi lawan yang sama. Peta kekuatan pun tak banyak berubah. Para pemain Thailand, Malaysia, dan Singapura bakal menjadi pesaing terberat.

Selain membenahi faktor psikologi dan teknik, meningkatkan semangat juang, memulihkan kondisi fisik dan psikis, serta menumbuhkan rasa tanggung jawab pada masing-masing pemain untuk menebus kegagalan di nomor beregu adalah sejumlah hal yang perlu menjadi perhatian.

Bila tidak langsung berbenah, maka pertandingan nomor perorangan yang segera dimulai setelah nomor beregu usai dan tak terputus hingga final, kita hanya akan melihat para pemain Indonesia berguguran satu per satu. Target tiga emas kemudian hanya menjadi angan-angan.

Semoga tidak. Bila sektor tunggal meragukan dan kita "harap-harap cemas" menunggu peluang kedua mereka untuk membuat kejutan, sektor ganda (terutama ganda putra) diharapkan bisa menjaga muka tim Indonesia.

Selamat berbenah dan berjuang!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun