Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Kisona Selvaduray dan Tim Thomas Indonesia, Memaknai Kalah dan Menang Secara Wajar

19 Oktober 2021   08:34 Diperbarui: 19 Oktober 2021   08:40 498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tim Thomas Indonesia dan trofi Piala Thomas 2020: bwftournament.com

Kisona kelahiran Seremban, Malaysia, kemudian mencoba bersikap profesional. Alih-alih larut dan hanyut dalam sakit hati dan kekecewaan, ia kemudian berbesar hati menyerahkan urusan selanjutnya kepada keluarga, Asosiasi Bulu Tangkis Malaysia (BAM), dan otoritas terkait.

Entah apa kelanjutan kisah Kisona bersama sang politikus setelah gagal membawa tim putri Malaysia keluar dari fase grup karena gagal bersaing dengan Jepang dan Denmark di Grup D.

Pastinya, serangan pada Kisona mengundang perhatian luas. Bukan tidak mungkin ikut mempengaruhinya di lapangan pertandingan yang berujung dengan rentetan kekalahan.

"BAM mengutuk rasisme di dunia olahraga. BAM benar-benar terkejut dengan pernyataan rasis yang ditujukan kepada tunggal putri kami, S. Kisona."

Demikian kicauan BAM melalui Twitter resmi. Seperti itu pula sikap dan alasan mengapa tindakan tak terpuji itu membuat banyak orang sedih. Bila memang ia bermain buruk, tegurlah ia terkait permainannya dan beri dia motivasi untuk memperbaiki performa. Bukan menyerang anasir pribadi.

Puji berlebihan

Di titik berbeda, Tim Thomas Indonesia kini banjir pujian. Mengakhiri dahaga gelar selama 19 tahun adalah pencapaian tersendiri.

Generasi pemain muda sudah bisa membuat Indonesia kembali ke podium tertinggi turnamen beregu putra yang terakhir kali dicapai 2002 lalu.

Berbagai ungkapan syukur dan apresiasi datang dari mana-mana. Pujuan dan sanjungan mengaliri berbagai lini sosial media dan pemberitaan nasional. Hendra Setiawan dan kawan-kawan, begitu juga tim pelatih dan pengurus PBSI dielu-elukan sebagai pahlawan baru.

Ya, hal-hal semacam ini masih bisa dipahami. Memang sewajarnya mereka dapatkan sebagai balasan atas kerja keras dan pengorbanan yang telah ditunaikan.

Untuk sesuatu yang tidak bisa kita balas, kata-kata apresiasi bisa mewakili penghargaan kita pada perjuangan keras mereka yang berbuah kebanggaan bagi bangsa dan negara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun