Ketar-ketir
Juventus boleh saja memetik poin sempurna. Tiga angka penting untuk mendongkrak posisi mereka ke urutan kedelapan. Sekaligus membuat posisi Sampdoria tertahan di urutan ke-14.
Di balik kemenangan kandang pertama di awal musim, tangis Dybala tak ubahnya antitesis bagi kegembiraan itu. Bila Dybala sampai menitikkan air mata berarti ada sesuatu yang sungguh mengiris hatinya. Ya, cedera, tentu saja.
Cedera itu datang di saat yang tak tepat. Kala ia sedang berjuang untuk konsisten setelah mendapatkan kembali performa terbaik. Terjadi pada waktu Dybala berusaha untuk mengambil peran lebih setelah kepergian Cristiano Ronaldo.
Dybala adalah pemain yang rentan cedera. Nasib serupa Eden Hazard, atau Neymar Junior. Berbeda dengan Ronaldo dan Lionel Messi yang secara usia lebih senior dan pengalaman lebih banyak dari para pemain itu. Selama 15 tahun bersaing di level teratas, badai cedera sepertinya menjauh dari Ronaldo dan Messi.
Melihat Dybala menangis bisa jadi ada sesuatu yang lebih buruk dari perkiraan. Momen emosional yang membuat para penggemar Juventus tak bisa tidak ikut larut. Para pemain lain pun mengalaminya dan beruntung mereka tak sampai hanyut karena terbukti bisa mengunci poin sempurna.
Tetapi setelah Dybala, kemudian Morata, menepi, Juventus bakal merasa kehilangan. Betapa tidak. Dybala adalah pemain Juventus yang paling banyak berkontribusi gol sejauh ini di pentas Serie A. Sebelum mencetak gol keren di laga ini, dua gol dan dua assist sudah ia ukir.
Ditambah lagi tanpa Morata, harapan di lini serang semakin berkurang. Allegri tak punya banyak pilihan. Nyonya Besar pun ketar-ketir. Dengan sisa waktu tiga hari sebelum pertandingan berat menghadapi Chelsea di Liga Champions, tangis Dybala dan rintihan Morata bak alarm yang mengagetkan.
Hantaman pada alam kesadaran Juventus yang tengah berjuang kembali ke jalur positif setelah melewatkan musim yang malang. Baru meraih dua kemenangan dari enam pertandingan di pentas Serie A, salah satu kompetisi yang gagal dimenangi tahun lalu. Belum juga sanggup memutus catatan 20 pertandingan dengan kebobolan alias berharap bisa merasakan "clean sheet."
Begitu juga Juventus masih terus berjuang mengakhiri mimpi panjang menjadi jawara Liga Champions Eropa.
Mata air