Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Raket Artikel Utama

Menanti Kiprah Elias Maublanc, Remaja 14 Tahun Asal Tahiti Hadapi para Raksasa di Piala Sudirman 2021

24 September 2021   09:28 Diperbarui: 25 September 2021   17:07 880
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Elias Maublanc, pebulutangkis tunggal putra asal Tahiti siap menggebrak panggung Piala Sudirman 2021: bwfbadminton.com

Tahiti bukan negara yang diperhitungkan di cabang bulutangkis dunia. Secara geografis, luas negara yang terletak di selatan Samudra Pasifik itu lebih besar dari Singapura. Namun, di sektor tepok bulu, negara tetangga di Asia Tenggara itu jauh lebih dikenal.

Berdasarkan sensus penduduk 2002, Tahiti berpenduduk sekitar 169 juta jiwa, tersebar di wilayah kepulauan seluas lebih dari seribu km persegi. Prestasi atlet badmintonnya tenggelam di balik alamnya yang eksotis. 

Munculnya nama Tahiti sebagai salah satu peserta Piala Sudirman 2021, menyusul Piala Thomas dan Uber 2020 yang digelar sepekan berselang, cukup mengejutkan. Kehadirannya seperti mencuat tiba-tiba, bak jatuh dari antah-berantah.

Menariknya lagi, Tahiti akan mengandalkan Elias Maublanc. Pemain ini mulai mencuri perhatian setelah tim-tim peserta merilis nama-nama pemain yang akan berlaga di kedua turnamen beregu itu. Mula-mula dibuka dengan Piala Sudirman yang akan digelar di Vantaa, Finlandia, 26 September-3 Oktober mendatang.

Perhatian dunia yang tertuju kepadanya sekuran-kurangnya karena duaalasan. Pertama, usianya masih belia. Ia baru berumur 14 tahun. Ia menjadi salah satu pebulutangkis termuda yang pernah dan akan tampil di turnamen bergengsi itu.

Selain Elias, Tahiti juga menurunkan sebagian besar pemain berusia di bawah 20 tahun. Tercatat ada delapan pemain muda yang diboyong ke Eropa.

Salah satu pemain muda lainnya adalah Jenica Lesourd. Remaja berusia 15 tahun ini sudah melakukan debut internasionalnya di Kejuaraan Beregu Pria & Wanita Oseania pada Februari 2020.

Kedua, ia mewakili negara yang sama sekali tidak memiliki tradisi bulutangkis. Belum pernah terdengar riak prestasi dan nama pebulutangkis dari negara yang beribukota Papeete itu.

Walau menarik atensi karena hal-hal yang tak terlalu spektakuler itu, tidak berarti Elias dan Tahiti bisa dipandang sebelah mata.

Tahiti menunjukkan semangatnya untuk ambil bagian di Piala Sudirman kali ini. Sebelum ini, Tahiti sempat berpartisipasi di edisi 2017 yang berlangsung di Gold Coast, Australia.

Keikutsertaan Tahiti kali ini adalah berkah dari pengunduran diri Prancis dan Australia. Secara peringkat BWF, kedua negara itu memang lebih pantas ambil bagian, ketimbang Tahiti dan tuan rumah Finlandia.

Mengayun harapan

Elias adalah representasi dari upaya Tahiti untuk mengayun harapan di panggung bulutangkis dunia. Bagi Elias ini akan menjadi debut internasionalnya.

Perjalanan seribu kilo meter selalu dimulai dengan langkah pertama. Demikian petuah klasik dari China. Seperti itulah perjalanan Elias dan tim Tahiti di pentas dunia.

Elias, melansir laman resmi BWF, memiliki mimpi besar. Ia ingin menjadi pemain terhebat di dunia. Salah satu idolanya adalah Lin Dan, jagoan asal China itu.

Terkait alasan mengagumi Super Dan, Elias mengatakan begini. "Saya terkesan dengan ketenangannya di lapangan, dia benar-benar berbeda dari yang lain. Ketika saya ingin memperbaiki sesuatu pada gerak kaki atau teknik saya, saya terutama menonton pertandingannya."

Elias mendapat berita keterpilihannya dalam skuad Tahiti dari sang ibu. Seperti anak remaja umumnya, ia menunjukkan reaksi setengah tak percaya dengan sedikit protes pada ibunya.

"Mengapa kamu tidak memberi tahu saya sebelumnya, saya hanya punya waktu sebulan jadi sekarang saya berlatih lebih dari biasanya."

Elias memiliki bakat bulutangkis. Apalagi ia menuruni bakat itu dari kakak-kakaknya, Antoine dan Louis Beaubois yang kerap mewakili Tahiti di sejumlah kesempatan.

Untuk itu, Elias seperti sadar bahwa kepercayaan yang diberikan kepadanya menuntut tanggung jawab. Ini tidak hanya soal kesempatan dan berkat semata.

Sebagai bentung pertanggungjawaban, ia berusaha memanfaatkan waktu persiapan dengan sebaik mungkin. Ia menjalani sesi latihan ekstra sebelum sekolah setiap hari. Ia harus menjalani jadwal yang padat saban hari.

"Saya bangun jam 4.30 pagi dan melakukan latihan fisik sebelum berangkat ke sekolah jam 6 pagi. Ketika saya pulang ke rumah pada pukul 14.45, saya akan menyelesaikan pekerjaan rumah dan melanjutkan pelatihan," bebernya.

Bila tidak memiliki jadwal latihan, ia akan menyaksikan sejumlah tayangan di YouTube. Hampir setiap malam ia belajar bulutangkis secara online.

"Jika tidak, saya menonton pertandingan di YouTube untuk mengoreksi gerakan atau strategi saya. Hampir setiap malam saya berlatih dari jam 6-7.30 sore. Saya biasanya terus menonton dan belajar dari pertandingan online sampai saya tertidur."

Rupanya, bulutangkis sudah merasuki sendi-sendi kehidupan, bahkan sampai ke sum-sum tulangnya. Hal ini bisa dilihat dari bagaimana ia menikmati setiap detail dari permainan itu.

"Saya suka segala sesuatu yang membentuk bulu tangkis; suara shuttlecock, suara sepatumu di lantai, kecepatan, strategi, pola pikir, semua hal kecil."

Penggembira tapi berharga

Pada edisi Piala Sudirman kali ini, Tahiti tergabung di Grup B. Sudah diduga, Tahiti akan bersaing dengan tim-tim unggulan. Tahiti terlihat bagai lilliput di antara Taiwan, Korea Selatan, bahkan Jerman.

Langkah pertama Elias dan tim Tahiti akan diayun saat menghadapi Taiwan pada 26 September sebelum bersua juara empat kali Korea Selatan, dan diakhiri dengan duel kontra Jerman.

Di atas kertas, Elias dan rekan-rekan bukan unggulan. Mereka bisa disebut penggembira. Tidak ada pemain Tahiti di semua sektor dengan peringkat di bawah 25 besar dunia.  Tahiti bakal menjadi lumbung poin bagi peserta lain.

Seperti sudah diketahui, Taiwan tidak akan diperkuat dua peraih medali Olimpiade Tokyo 2020. Ganda putra peraih medali emas Lee Yang dan Wang Chi-Lin serta peraih perak di nomor tunggal putri Tai Tzu Ying.

Sebagai gantinya, wakil dari Asia Timur ini akan mengandalkan ganda putra nomor 23 dunia, Lu Ching Yao / Yang Po Han dan Lee Jhe-Huei / Yang Po Hsuan yang menempati ranking 30 BWF.

Undian Piala Sudirman 2021, Tahiti berada di Grup B: bwfbadminton.com
Undian Piala Sudirman 2021, Tahiti berada di Grup B: bwfbadminton.com

Sementara itu di ganda putra, pasangan yang belum berbicara banyak, Hsu Ya Ching / Hu Ling Fang akan menjadi harapan Tanggung jawab ganda campuran akan dipikul oleh Lee Jhe-Huei/Hsu Ya Ching dan Yang Po-Hsuan/Hu Ling Fang.

DIbanding Taiwan yang pincang, Korea akan menjadi favorit. Pasalnya, Negeri Ginseng akan menurunkan kekuatan terbaik.

Walau tanpa ujung tombak tunggal putri Sung Ji Hyun, An Seyoung akan mengambil peran. Selain itu ada Kim Ga Eun, berperingkat 17 BWF sebagai cadangan.

Choi Solgyu / Seo Seungjae menjadi pasangan ganda putra terkuat di grup ini. Peraih medali perunggu Olimpiade, Kim Soyeong / Kong Heeyong juga ada dalam daftar.

Sementara itu, Lee Sohee / Shin Seungchan adalah satu dari beberapa ganda putri Korea yang berada di papan atas. Seo Seungjae / Chae Yujung akan melengkapi kedalaman skuad Korea Selatan.

Bagaimana tunggal putra Korea? Heo Kwanghee sepertinya akan menjadi ujung tombak. Korea juga menyertakan Jeon Hyeok Jin. Setelah lama absen dengan tampil terakhir kali di All England pada Maret 2018,  Jeon Hyeok berusaha menambah kekuatan di sektor tunggal putra.

Seperti Korea, Jerman pun tidak ingin main-main. Wakil Eropa di grup ini menurunkan semua stok terbaiknya. Mark Lamsfuss, Isabel Lohau (Herttrich), Marvin Seidel dan Linda Efler akan mengisi sektor ganda, sementara Yvonne Li akan mengusung tanggung jawab tunggal putri.

Di tunggal putra, Jerman akan mengandalkan pemain berperingkat 59 dunia, Max Weisskirchen dan Kai Schaeffer yang baru merangsek dari posisi ke-79.

Selain nama-nama ini, Jerman juga mengisi dalam daftar skuadnya beberapa nama lain. Mereka adalah Daniel Hess / Jan Colin Volker (ganda putra); Ann-Kathrin Spri, Thuc Phuong Nguyen (tunggal putri) dan Stine Kuspert/Emma Moszcynynski (ganda putri).

Dibanding tim lain, Tahiti tentu kalah bersaing. Tahiti bukan jagoan. Korea bakal jadi yang terkuat, disusul Taiwan, dan Jerman. Ketiga kontestan ini diprediksi lebih berpeluangmemperebutkan dua tiket ke babak selanjutnya. 

Walau demikian, Tahiti tidak akan membiarkan diri diperlakukan sebagai underdog. Mereka pasti akan berjuang dengan sekuat-kuatnya dan sehormat-hormatnya, walau tak bisa menutupi rasa gentar dan canggung di pentas sebesar itu. Sambil dengan itu, menimba pelajaran dari pertandingan menghadapi para jagoan.

"Kami tahu kami akan menghadapi beberapa yang terbaik di dunia sehingga kami tidak memiliki harapan yang tidak realistis. Kami berharap para pemain mendapatkan banyak pengalaman yang akan memotivasi mereka untuk acara mendatang," ungkap pelatih Tahiti Lo Cucuel.

Ya, berbicara tentang Elias dan Tahiti di Piala Sudirman kali ini adalah tentang kesempatan. Tidak semua pemain muda, apalagi berusia 14 tahun bisa mendapat kans bermain di panggung sebesar Piala Sudirman 2021. Elias mendapat pengalaman berharga yang tidak didapat para pemain muda seusia dia baik dari Indonesia maupun dari negara-negara "raksasa" badminton lainnya.

Selamat berjuang Elias! Semangat Tahiti!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun