Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Unggulan Tak Berarti Menang, Potensi Greysia/Apriyani Atasi Chen Qing Chen/Jia Yi Fan Demi Emas Olimpiade

1 Agustus 2021   18:33 Diperbarui: 2 Agustus 2021   09:38 482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Greysia Polii/Apriyani Rahayu: badmintonindonesia.org

 

Peluang satu-satunya medali emas bagi kontingen bulutangkis Indonesia di Olimpiade Tokyo berada di tangan Greysia Polii/Apriyani Rahayu. Dari tujuh wakil, hanya pasangan ganda putri ini yang sanggup bertahan hingga partai final.

Greys dan Apri akan bertarung menghadapi pasangan Tiongkok, Chen Qing Chen/Jia Yi Fan, Senin (2/8/2021) pagi WIB. Musashino Forest Sport Plaza, Tokyo akan menjadi saksi siapa yang akan menjadi yang terbaik.

Laga menentukan ini tidak akan mudah bagi Greys/Apri. Mereka akan menghadapi pasangan yang sudah enam kali mengalahkan mereka dari sembilan pertemuan. Mereka akan menghadapi pasangan yang sudah merasakan manisnya gelar Indonesia Open, China Open, All England, hingga World Tour Finals.

Namun demikian, Greys/Apri bukan tak punya alasan untuk berharap. Keduanya bukan tak memiliki kans untuk menang. Lolos ke partai puncak setelah melewati banyak tantangan adalah bukti.

Selain itu, Greys/Apri memiliki modal gelar juara di tahun ini, sesuatu yang tak dimiliki pasangan Negeri Tirai Bambu itu. Gelar juara Thailand Open Super 1000 pada awal tahun menjadi bukti bahwa pasangan senior-junior ini patut diperhitungkan.

Tren positif yang tengah menyelimuti Greys/Apri tentu tidak boleh dibiarkan lepas begitu saja. Momentum baik itu sepatutnya berakhir klimaks.

Inspirasi Wang Yi Lyu/Huang Dong Ping

Rekam jejak Chen/Jia memang superior atas Greys/Apri. Peringkat dunia mereka pun berada tiga strip di depan Greys/Apri. Namun Greys/Apri yang berada di rangking enam dunia saat ini bisa menjadi bukti terkini bahwa status unggulan tak otomatis menang.

Greys/Apri berpotensi membalikkan segala prediksi dan membuat catatan statistik sekadar angka-angka mati. Hal mana yang sudah ditunjukkan Aaron Chia/Soh Wooi Yik kala menyingkirkan Marcus Fernaldi Giden/Kevin Sanjaya Sukamuljo di perempat final ganda putra.

Aaron/Soh merusak superioritas Minions sebagai unggulan pertama dan pemenang dalam tujuh pertemuan sebelumnya. Setelah tujuh kali gagal, Aaron/Soh mampu meraih kemenangan dua gim 14-21, 17-21 dalam waktu 33 menit.

Langkah Aaron/Soh akhirnya kandas di babak semi final. Namun mereka berhasil meraih medali perunggu usai mengalahkan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan, pasangan senior yang memiliki jam terbang yang jauh lebih tinggi dan belum lama mengalahkan mereka di penyisihan grup.

Wang Yi Lyu/Huang Dong Ping sabet emas ganda campuran usai memenangi perang saudara menghadapi unggulan pertama: REUTERS/Leonhard Foeger
Wang Yi Lyu/Huang Dong Ping sabet emas ganda campuran usai memenangi perang saudara menghadapi unggulan pertama: REUTERS/Leonhard Foeger

Tidak berhenti di Aaron/Soh. Keunggulan head to head yang tak menjamin kemenangan kembali dipertontonkan di partai final ganda campuran. Pertemuan rekan senegara memang memberi Tiongkok medali emas dan perak.

Namun urusan menjadi lain bagi Zheng Si Wei/Huang Ya Qiong dan Wang Yi Lyu/Huang Dong Ping. Keduanya bermain seakan-akan tidak ada lagi pertandingan setelah itu. Masing-masing berjuang demi rekor pribadi. Masing-masing tidak ingin kehilangan kesempatan meraih emas.

Apa yang terjadi kemudian membuat dunia tercengang. Wang/Huang yang kurang diunggulkan mampu memberi perlawanan ketata pada Zheng/Huang, penguasa di sector ganda campuran dalam beberapa tahun terakhir.

Tidak hanya itu. Wang/Huang malah mampu memenangi pertandingan. Kemenangan 21-17, 17-21, 21-19 tersebut merontokkan dominasi Zheng/Wang yang begitu digdaya dalam 15 pertemuan sebelumnya. Zheng/Wang boleh memenangi 13 pertemuan, namun rekor impresif itu tak serta merta memberi mereka medali emas.

Justru Wang/Huang yang mempersembahkan emas bagi negaranya. Bukan sang jagoan yang superior itu!

Perang mental

Apakah Greys/Apri akan menorehkan cerita yang sama seperti Wang/Huang? Tentu, demikian harapan dan isi doa kita, bangsa Indonesia.

Namun cerita manis Wang/Huang sudah berlalu. Greys/Apri masih harus berjuang untuk menorehkan cerita mereka sendiri. Untuk bisa menulis dengan tinta emas, mereka harus menghadapi Qingchen/Yifan yang unggul dalam rekor pertemuan.

Secara teknik dan pengalaman kualitas kedua pasangan cukup sepadan. Sama-sama menjadi finalis menjadi tanda bahwa sejauh ini, di kompetisi ini, merekalah yang terbaik. Untuk menjadi yang terbaik dari yang terbaik, mereka harus saling mengalahkan.

Hemat saya, pertandingan ini akan menjadi arena perang mental. Bukan semata-mata teknik atau skill yang menentukan. Mental untuk menghadapi tekanan, mengelola emosi dan ambisi, mengatur ekpektasi, serta mengelola status yang disandang.

Bagi Greys/Apri harapan besar 270 juta rakyat Indonesia, status kurang diunggulkan di hadapan Qingchen/Yifan, rekor Tiongkok yang begitu dominan di panggung Olimpiade dengan lima emas yang pernah mereka raih, harus diramu sedemikian rupa agar jangan sampai mengganggu fokus dan konsentrasi.

Pertama, Qingchen/Yifan pasti merasa lebih percaya diri menghadapi pertandingan ini dengan segala catatan positif yang mereka sandang baik sebagai pemain maupun sebagai wakil Tiongkok.

Namun mereka pun bisa saja tersandera dalam sejarah yang bisa membenani. Ayunan raket mereka pun bisa terbebani rekor dan statistik mentereng tetapi justru bisa jadi bumerang.

Qingchen/Yifan: Getty Images/Lintao Zhang 
Qingchen/Yifan: Getty Images/Lintao Zhang 

Kedua, Qingchen/Yifan dan tim pasti memiliki cara bagaimana menghadapi pertandingan penuh tekanan ini. Salah satu trik yang kerap mereka pakai adalah dengan melakukan intimidasi melalui ekpresi. Mereka tak segan berteriak kencang. Sebuah gestur yang tidak hanya memompa semangat mereka tetai bisa memprovokasi lawan.

Ketiga, menghadapi superioritas dan gaya bermain Qingchen/Yifan, Greys/Apri semestinya sudah bersiap diri. Menjaga fokus agar tak terprovokasi tentu penting.

Selain itu sejauh dapat menghindari kesalahan yang tidak perlu, apalagi kekeliruan elementer.  Greys memiliki masalah dengan servis. Sementara Apri terkadang cepat termakan umpan lawan untuk meraih poin.

Kita berharap Greys/Apri bisa tampil tenang. Mengendalikan emosi, menjaga fokus, bermain taktis, dan mengerahkan segenap kemampuan. Kombinasi dan variasi pukulan, penempatan bola yang akurat, pertahanan yang rapat, hingga smes-smes kencang diharapkan bisa berpadu indah di partai puncak.

Greys memiliki pengalaman menghadapi tekanan di laga-laga krusial. Walau tak muda lagi, ia bisa memberi keyakinan dan meningkatkan mental bertanding Apriyani yang jauh lebih muda. Greys yang taktis diharapkan bisa menyemangati Apri yang kuat dan penuh semangat.

Selamat bertanding Greys/Apri. Apapun hasilnya, perjuangan kalian sudah berarti"emas" bagi kami!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun