Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Raket Artikel Utama

Dari All England Rasa Jepang, 5 Pelajaran demi Prestasi Indonesia di Olimpiade Tokyo

22 Maret 2021   23:38 Diperbarui: 24 Maret 2021   08:49 671
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mewaspadai Lee Zii Jia

Kedua, kemenangan Lee Zii Jia di sektor tunggal putra memantik apresiasi luas. Pemuda 22 tahun berhasil menjungkalkan unggulan dua, sekaligus favorit juara, Viktor Axelsen. Pemain masa depan Malaysia mampu menyudahi perlawanan panjang lebih dari satu jam dengan skor akhir, 30-29, 20-22, 21-9.

Gelar juara itu memberi kepercayaan diri tambahan bagi pemain kelahiran Kedah itu. Sebagai pemain muda sekaligus orang Malaysia kedua yang jadi juara All England di era Superseries pasca Lee Chong Wei, hasil tersebut menyemangatinya.

Ia perlahan tetapi pasti menjawab berbagai ekpektasi dan kritik. Tahun lalu sebagai debutan ia menjadi semifinalis. Lantas, ia bayar kontan dengan gelar juara di edisi kedua keikutsertaannya.

Kemenangan pemain yang akan merangsek dari 10 besar dunia menjadi awasan bagi para pemain tunggal putra lainnya. Merontokkan dua unggulan teratas, setelah sebelumnya Kento Momota di perempat final, membuat para lawan, tersentak sekaligus tergerak untuk meladeninya.

Lee Zii Jia di panggung juara All Englang 2021: https://twitter.com/BadmintonTalk
Lee Zii Jia di panggung juara All Englang 2021: https://twitter.com/BadmintonTalk

Tentu untuk menghadapi Lee, tidak bisa tidak melengkapi diri dengan senjata terbaik. Performa impresifnya di panggung All England menunjukkan potensi luar biasa yang bakal merepotkan setiap lawan. Kini ia tak lagi dipandang sebelah mata. Ia sudah masuk jajaran elite.

Lee akan terus bersaing dengan Anthony Sinisuka Ginting dan Jonatan Christie, dua dari beberapa pemain muda yang kini berada di papan atas. Dua pemain tunggal terbaik Indonesia itu tentu terpacu untuk menjadi lebih baik.

Setelah Hariyanto Arbi tahun 1994, Indonesia belum lagi berjaya. Tersingkirnya skuad Garuda dari All England secara menyakitkan, semoga bisa mengkirstal menjadi tekad baja untuk bisa berprestasi di perhelatan akbar lainnya.

Jojo dan Ginting pasti termotivasi melihat Lee Zii Jia. Ginting misalnya, selalu menang dalam tiga pertemuan mereka. Sebagai wujud nyata, mereka diharapkan bisa terus mengasah diri untuk menjadi lebih baik dan lebih baik lagi.

Bila tunggal putra Malaysia bisa berprestasi di All England, semoga giliran Merah Putih yang berkumandang di Tokyo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun