Baik bahwa ini menjadi sebentuk pertanggungjawaban dan klarifikasi mantan pemain PSG dan Barcelona itu. Meski belum ada kata-kata maaf yang keluar dari mulut keduanya, setidaknya ini memberikan kita pegangan bahwa Zlatan begitu mengedepankan persamaan alih-alih menjadikan perbedaan sebagai amunisi menyerang dan mendiskreditkan pihak lain.
Apakah ini dengan sendirinya menafikan perbuatannya yang membuat Lukaku marah besar? Lebih jauh, apakah seruan ini akan menjadi alarm otomatis baginya dan bagi rekan-rekannya untuk berkata tidak pada setiap bentuk rasialisme?
Jangan-jangan ini cuma sekadar basa-basi. Mimpi dan komitmen seperti yang dikicaukan Ibrahimovic, seperti kita temukan dalam berbagai dimensi dan lini kehidupan, Â tetap menjadi pekerjaan rumah bersama yang tak akan tuntas sampai kapan pun. Bisa jadi kita seperti Sisifus dalam Le Mythe de Sisyphe-nya Albert Camus: menjalankan sebuah proyek besar tetapi sejatinya sia-sia. Absurd. Â Tak ubahnya kerja utopis yang hanya akan terlaksana di dunia khayalan. Bukankah begitu?